ONE OK ROCK Luxury Disease Japan Tour 2023: the TOKYO DOME experience
Awal tahun 2018 lalu, saya berhasil menyaksikan konser ONE OK ROCK untuk yang pertama kalinya dalam hidup di Singapura. TKP tepatnya adalah Singapore Indoor Stadium. Segala gejolak jiwa dan segenap perasaan malam itu tidak lupa saya curahkan panjang lebar ke sebuah postingan blog, persisnya di sebelah sini. Sebagai seorang fangirl yang banyak halu, saya menuliskan, "...if anything, attending Ambitions Asia Tour Live in Singapore makes me wanna go all the way and see ONE OK ROCK concert in their home base: Japan."
Khayalan ini setinggi-tingginya, memang.
Saat itu saya bahkan tidak berpikir panjang atau menyikapi secara serius tentang angan-angan yang kayaknya nggak napak tanah itu. Sebagai wibu veteran karena sudah menganut mazhab ini sejak belum akil balig (I'm not even ashamed with this fact, mind you), sedikit banyak saya sadar bahwa keinginan tersebut lebih mungkin untuk nggak pernah terkabul lantaran prosedur nonton konser musisi Jepang di Jepang sangat tidak ramah orang asing. Pembeliannya perlu pakai akun yang mencantumkan alamat lokal lah, sistem pembayarannya perlu lewat minimarket lah, ada kode khusus yang dikirimkan ke nomor ponsel area Jepang lah, entah apa lagi. Boleh dibilang, mendaki gunung lewati lembah a la Ninja Hattori masih jauh lebih gampang dibanding perjuangan nyari tiket pertunjukan musik Jepang.
Waktu berjalan. Pandemi menyerang, konser dan tur dibatalkan, cita-cita terlupakan. Mestinya bulan Mei tahun 2020 silam, ONE OK ROCK menyambangi Jakarta untuk Eye of the Storm Asia Tour. Bahkan jadwal show nambah sehari saking sold out dalam sekejap dan masih banyak permintaan. Gara-gara wabah COVID-19, semuanya porak-poranda. Sempat lumayan kecewa karena nggak bisa ketemu mas-mas kesayangan di negeri sendiri, tapi setelah beberapa lama, ternyata saya nggak merasa sedih-sedih amat. Nggak terlalu merasa kehilangan. Tanya kenapa? Soalnya album Eye of the Storm jelek. Ini menurut saya, yhaaaa.
Fast forward to 2023.
Beberapa bulan sebelumnya, di paruh akhir tahun 2022, ONE OK ROCK merilis album teranyar mereka berjudul Luxury Disease. Saya. Suka. Banget. Bener-bener no-skip album. Lagu Wonder yang sudah sempat saya anggep lumayan―setelah dihantam trauma panjang thanks to album Eye of the Storm―rupanya begitu ditaruh di antara lagu-lagu penghuni Luxury Disease lain jadi terasa B aja. Saya kembali ngayal halu. "Duh, kayaknya seru deh kalau bisa nonton konser tur album ini di Jepang. Kan Taka pasti nggak mungkin nyanyiin yang International Version, dia bakal bawain lirik yang versi original semuanya."
Might be important to note: yes, I do not care about any of those International Version songs. Not at all.
Bagaikan diiringi lagu Moonlight Densetsu versi bahasa Indonesia yang merupakan pembuka serial animasi Sailor Moon di televisi lokal, "Tiiiiiba-tiba keajaaaaiban terjadiiii...," berkat satu dan lain hal yang terjadi secara beruntun, saya mendapati diri sendiri berada di sini:
Yep. That's right, baby.
You see things correctly; this is everything you need to see.
Homegirl is attending ONE OK ROCK Luxury Disease Japan Tour 2023 at Tokyo Dome, together with a crowd of more than 55,000 people.
Ya Allah. Sampai sekarang pun rasanya masih kayak mimpi. Tiap malam sebelum tidur saya selalu menatap langit-langit, memutar ulang memori, dan meyakinkan diri bahwa pada hari Selasa, 4 April 2023, saya betul-betul menunaikan ibadah akbar yang jadi impian bertahun-tahun: nonton konser ONE OK ROCK di kandang mereka. Di Tokyo Dome. This absolutely feels like a miracle that I'm almost terrified, what if I've spent my whole good luck for this year, or even a lifetime, in one quick swoop for this to happen?
I wouldn't even believe myself if I told my last-year-self I'm going to ONE OK ROCK concert in 2023. Kayaknya saya akan meneriaki diri sendiri, "Lo tuh sinting ya???" (Reality check: maybe I'm a little bit crazy in the decision-making department)
Ibu, lihat Ibu, anakmu berhasil nonton ONE OK ROCK di yaban!!
Tiket ONE OK ROCK Luxury Disease Japan Tour 2023 nggak tersedia versi cetak. 100% e-ticket. Nggak boleh cuma modal screenshot, pula. Harus benar-benar dibuka dari aplikasi khususnya dan diperlihatkan ke petugas yang mengecek tiket. Nantinya layar ponsel bakal dicocol (maafkan keterbatasan kosakata saya) pakai semacam stempel elektronik, dan keluar notifikasi bahwa tiket yang kita pegang sudah ditebus.
Motret layar ponsel demi pamer tiket.
Berdasarkan jadwal yang tertera, pertunjukan akan dimulai pukul 18:00 JST. Open gate, alias waktu di mana penonton mulai boleh dipersilakan masuk ke dalam ruangan, dijadwalkan pukul 16:00. Berhubung saya katro dan takut nyasar di venue segede gaban macam Tokyo Dome, gagal menemukan posisi bangku sendiri lalu berujung nyusahin atau ganggu penonton lain, saya mulai mencari-cari pintu akses yang mestinya dimasuki, yaitu Pintu 41. Jam di ponsel saat itu masih menunjukkan angka 16:15. Sebagian besar jamaah konser masih berkeliaran di luar. Ada yang antri beli merchandise, ada yang antri beli makanan (dan menghabiskan belanjaan makanannya), ada yang di toilet buat ganti baju atau buang setoran.
Pemandangan di pintu masuk gedung sekitar jam 16:20. Super selow dan antiruwet. No rusuh rusuh club.
Sekali masuk dome, penonton udah nggak bisa balik ke area luar sampai pertunjukan selesai. This is the point of no return. Tapi kalau perut mendadak keroncongan lagi, atau tenggorokan haus, atau mengalami panggilan alam, penonton bisa jajan atau ke toilet yang tersedia di dalam Tokyo Dome. Bahkan bisa beli bir dan minuman beralkohol lain loh (kalau mau). Kurang asyik apa coba, headbang mengiringi suara nyanyian Taka sambil tipsy tipis-tipis?
Mendekati pukul enam sore, arus penonton yang masuk ke venue makin deras. Perut saya makin mules. Tegang, gaes. Untuk menenangkan diri, saya mengalihkan perhatian dengan mengamati lalu-lalang penonton... dan berakhir benar-benar terdistraksi karena ANJIR CAKEP-CAKEP BENER DAH ORANG-ORANG. Asli. Mas, mbak, om dan tante (malah saya sempat melihat beberapa kakek dan nenek) yang hadir di sana untuk menyaksikan ONE OK ROCK benar-benar tampak seperti 100% functional human being, nggak kayak sebagian besar kerumunan yang saya lihat ketika berada di acara-acara sebuah fandom lain yang tidak akan saya sebut namanya demi keselamatan diri (safety first, my friend). Mas-mas yang duduk di sebelah saya juga ganteng banget banget bangettt. Saya setengah mati berusaha nggak sering-sering menoleh ke arah dia karena itu adalah tindakan yang super duper creepy dan saya belum ingin mendemosikan diri menjadi orang creepy.
Jam 18:00 pun tiba.
Lampu padam, penonton tak lagi diam.
Nyomot dari Instagram ONE OK ROCK. Penonton nggak boleh foto-foto acaranya.
Intro mengalun. Penonton heboh. Jantung saya serasa akan menjebol permukaan dada saking deg-degannya. Mata saya (dan sekian puluh ribu manusia lainnya) mulai mencari-cari sosok anggota ONE OK ROCK di panggung. Tomoya muncul di belakang drum set seperti biasa. Penonton bersorak-sorai. Kami makin jelalatan berusaha menemukan Ryota atau Toru. Tiba-tiba lampu sorot membelah kegelapan di depan mata saya, dan ternyata Ryota dan Toru nongol di tengah-tengah penonton, berdiri di jalan sempit yang jadi area lalu-lintas penonton sekaligus pemisah satu zona dengan yang lainnya. Jeritan dan tepuk tangan meledak di mana-mana, mengiringi sepanjang Ryota dan Toru berjalan ke arah panggung dan mengambil tempat mereka masing-masing di sisi kiri dan kanan.
Sekarang tinggal vokalisnya.
Penonton makin nggak sabar. Ritme tepuk tangan makin cepat, suara-suara memanggil "Takaaaa!!!" makin terdengar di sana-sini. Layar besar di atas panggung mulai tersinkronisasi dengan kamera yang menyorot berbagai tempat, seakan-akan ikut dalam permainan Where's Taka. Pencarian berakhir tatkala fokus kamera tertuju pada suatu titik di klaster penonton, merekam salah seorang dari mereka yang mendadak membuka jaket hitam dan muncullah Taka. The crowd went WILD. Broooooo. Apa kabar penonton jelata yang posisinya di sekitar dia?? Gimana rasanya dijejerin Taka?? Masih sehat?? Belum hilang akal??
Komentar perdana saya: "Bang, kagak takut gerah apa pake lengan panjang...?"
...and the show begins.
M01. Wonder (Japanese version)
Konser dibuka dengan lagu paling B Aja™ di seantero album Luxury Disease, but the song does its job well in getting the audiences going. Pas bagian chorus penonton ikut nyanyi rame-rame. "Don't you ever WONDER? If you only had ONE BREATH! Tell me, would your ONE LOVE, pull you out of the DEEP END?"
M02. Save Yourself (Japanese version)
Well, duh. Tentu saja yang dinyanyikan tetap versi bahasa Jepang. Isn't it the whole point of watching them at home? Saya hampir nangis saking bahagia banget di titik ini, karena mungkin mendengarkan Save Yourself dinyanyikan dalam bahasa Jepang akan menjadi sebuah kemewahan yang tidak saya dapatkan jika kelak ONE OK ROCK melakukan Asia Tour dan mungkin mampir ke Jakarta.
M03. アンサイズニア (Answer is Near)
Okay, this one is unexpected. Gegap gempita seisi Tokyo Dome tidak main-main ketika intro dimainkan. Clearly, this track is fan favorite, meskipun nggak heran juga. Adalah sebuah fakta yang perlu diakui bahwa dalam album 残響リファレンス (Zankyo Reference) (2011) memang nggak ada lagu jelek. Yeah, the answer is inside of me.
M04. Let Me Let You Go (Japanese version)
I'm gonna admit something: this song BANGS hard. Tadinya ketika mendengarkan album Luxury Disease, saya lebih menyukai Vandalize dibandingkan Let Me Let You Go. Tapi begitu lagu ini dibawain di konser... ALLAHU AKBAR, SERU SEKALI, PEMIRSA!!! Berbondong-bondong menyanyikan bagian chorus dan mengalunkan "Go, oh, go, why'd you let me let you goooo??" adalah sebuah nikmat duniawi yang tidak akan saya dustakan sampai kapan pun.
Para jamaah yang berbahagia
M05. Clock Strikes
Album 人生x僕= (Jinsei Kakete Boku wa) (2013) tempat lagu Clock Strikes bernaung, menurut penilaian pribadi saya, juga termasuk salah satu rekaman tanpa cela dari ONE OK ROCK. Histeria ketika Taka mengacungkan jari tangannya lurus ke atas meniru jarum jam di awal lagu benar-benar nggak terbendung. Saya juga jerit dari ujung tenggorokan saking dahulu, tatkala nonton Ambitions Asia Tour 2018 di Singapura, entah kenapa Taka nggak melakukan gerakan ikonik itu. Jadi baru kali ini pengalaman saya sebagai fangirl terbilang kaffah. Kalau boleh saya bilang sih Clock Strikes tuh lagu pamer. This is that track where Taka gets his moment to fully become a show-off, menunjukkan kapasitas vokalnya dengan tarikan panjang "Believe that time is always foreveeeer woooooo ooooh aaaaaaaaah!"
M06. カゲロウ (Kagerou)
Bingung, nggak? Saya sih bingung, TAPI SENENG. BANGET. Sama sekali nggak menduga lagu Kagerou dari album lawas ゼイタクビョウ (Zeitakubyou) (2007) bakal nongol di konser ini. Para fans juga menyambut meriah saat Kagerou dimainkan. Banyak mas-mas yang lonjak-lonjaknya jauh lebih semangat berkali-kali lipat di lagu ini, apalagi mungkin udah lumayan panas karena lagu-lagu sebelumnya.
M07. Mad World (Japanese version)
Lagu ini juga favorit!! Sebagaimana diderita sejumlah lagu-lagu ONE OK ROCK yang tersedia dalam dua versi lainnya, lirik Mad World versi bahasa Jepang dan International Version BEDA JAUH, dan menurut saya lebih lucu, lebih riil, sekaligus lebih merakyat versi bahasa Jepang. It's a total shame that the International Version lost the funny edge the Japanese version has. Sehingga, tentu saja saya sepenuhnya menikmati pengalaman jejingkrakan bersama Taka dan menyerukan "Anna jibun ga ima, iya hora kou natta yo ima!!" dari lubuk jiwa terdalam.
M08. Vandalize (Japanese version)
SOUND THE ALARM!!! Akhirnya dimainin juga dia. Keterlibatan psikologis saya dengan lagu ini kayaknya udah nggak sehat. I don't know about you but the part of the lyrics that go, "Breaking bottles on the pavement just to watch it crash" does something to me that I cannot explain. Maybe it vandalizes my heart.
Orang ini juga tukang vandal perasaan.
M09. So Far Gone
We're going slower. Saatnya menurunkan tensi dengan memasuki lagu-lagu yang lebih tenang dan tidak lompat-lompat heboh. So Far Gone termasuk satu dari sedikit lagu dalam album Luxury Disease yang nggak dibuat dua versi, alias full English untuk rilisan Jepang maupun internasional. This is a good ballad if you ask me.
(MC) I Want You Back (The Jackson 5)
Usai menggeber So Far Gone, ada sesi MC pendek. One thing leads to another dan Toru, Ryota, dan Tomoya tiba-tiba memainkan intro I Want You Back dari The Jackson 5. Katanya Taka sambil ketawa-ketawa, ini lagu yang sering mereka mainkan pas sesi rehearsal. Glad to know my beloved band is a group of cultured men.
(MC) 努努 (Yume Yume)
Saya MENJERIT. Sejujurnya ini masih masuk dalam sesi MC, alias momen tarik napas, minum, dan ngobrol-ngobrol hore. Taka mengode Toru untuk "Main lagu itu yuk?" sembari cengar-cengir cengengesan, dan sebagai bapak rekan satu band yang baik, Toru pun mengiyakan. Surreal banget denger Yume Yume secara langsung, denger Toru nge-rap di depan mata, mengingat ini tuh lagu jaman jebooooot. Yume Yume hanya dimainkan hingga chorus pertama, dan begitu kelar, Toru seketika curhat, "Sumpah otot lidah gue udah belibet banget sekarang, saking gak pernah nge-rap lagi." Ya makanya sering-sering dilatih dong, Bang~
M10. Heartache (Japanese version)
MC berakhir, namun sesi lagu slow masih berlanjut. Sudah saatnya kita semua mendapatkan lagu yang termasuk dalam ONE OK ROCK Starter Pack. I'm dead serious. Saya yakin seyakin-yakinnya bahwa lagu Heartache, bersama dengan Wherever You Are dan The Beginning adalah trifecta yang berhasil membuat banyak orang ngeh akan keberadaan ONE OK ROCK, kejeblos dalam fandom ONE OK ROCK, atau ya.. menjadi alasan orang bilang "Gue suka ONE OK ROCK juga kok" ketika cuma pernah dengerin tiga sampai lima lagu. Sooo this is heaaaartaaaacheeee...
M11. Gravity
Mantaaaaap. Sebagai track yang hanya ada di album Luxury Disease versi rilisan Jepang, Gravity termasuk lagu yang saya nanti-nantikan untuk dibawakan. Meskipun nggak ada vokal Fujihara Satoshi (Offical Hige Dandism) sebagaimana versi albumnya, tidak masalah. Ini momen transisi yang bagus banget untuk mengakhiri pojok sendu dan menuju momen lonjak-lonjak lagi. My feet won't touch the ground! Your gravity will not keep me down! I'm not falling for it, no~
Instrumental break
Taka minum. Ryota, Tomoya, dan Toru menguasai panggung. Pengin banget banget banget nonton rehat gonjrang-ganjreng ini di versi rekaman supaya bisa lebih puas memelototi Yamashita Toru dengan kibasan gondrongnya yang bikin gatel nyuruh potong rambut itu. Pada titik ini semua orang sudah kemringet. Taka kemringet. Toru kemringet. Ryota kemringet. Tomoya kemringet. Saya kemringet. Mas-mas ganteng yang berdiri di sebelah saya juga sudah panas kemringet, sesekali meneriakkan "TAKAAAAA!!" dengan gelegar suara membahana.
M12. Neon
Make your daddy ashamed, Tokyo to LA!
SING IT! Na na na na...
Contrary to popular opinions―only if Western music reviewers count as 'popular' opinions to you―I truly like Neon. Seru aja gitu. Berasa ONE OK ROCK nge-cover lagu Panic! At the Disco meskipun lagu ini emang dibikinin, bukan nyanyiin ulang. This is the kind of song I'm dancing to when I'm drunk.
M13. Deeper Deeper
Taka berdehem dua kali. Lalu, "PrrrrrrRAAAAAAAAAHHH!!!" dan seisi Tokyo Dome pecah. Here we are going loudeeeeer! Again!! Kayaknya sampai kapan pun Deeper Deeper akan tetap jadi favorit khalayak masyarakat. Mau berapa kali pun dimainkan, lagu ini bakal memancing hasrat lonjak-lonjak a la kelinci baterai Duracell. We never, we never, we will not stop right here!
M14. Renegades (Japanese version)
This is where the red ocean appears. Kalau sebelum-sebelumnya lautan merah muncul di lagu Mighty Long Fall, kali ini ia mengisi setiap sudut Tokyo Dome ketika Renegades dilantunkan. Nggak ada mosh pit karena konser kali ini all-seated, but it felt amazing all the same. Layar besar di atas panggung menampilkan gerbang raksasa yang pelan-pelan membuka, mirip adegan dalam video klip. Orang-orang yang kenal ONE OK ROCK dari adaptasi film Rurouni Kenshin lumayan hepi nih, sejauh ini sudah ada dua lagu soundtrack-nya yang dimainin.
M15. Your Tears Are Mine
Satu lagi dari Mayora lagu yang baik versi Internasional maupun Jepang sama-sama 100% berbahasa Inggris. I swear upon everything on this planet, this is definitely a show-off song. Lagu pamer skill. Vokalnya Taka indaaaaaaaah banget di sini. Jauh lebih bening dibanding muka cici-cici idola K-pop yang suka nampang jadi duta merek produk perawatan kulit lokal yang jelas-jelas nggak mereka pakai. Sebelum menyanyikan Your Tears Are Mine, Taka sempat ngasih wejangan berbunyi kurang lebih, "Coba bikin orang lain bahagia, mungkin dengan begitu kita bisa menemukan kebahagiaan untuk diri kita juga." I'm not at all ashamed to admit that I cried when he sang, "You're beautiful even when you feel broken."
Open up that tearductssss!!!
M16. The Beginning
It's official. Memang yang menang banyak adalah orang-orang yang kenal ONE OK ROCK berkat adaptasi film Rurouni Kenshin. Lagunya nongol tiga nih! Jamaah ONE OK ROCK Starter Pack bergembira ria. Namun memang harus diakui bahwa The Beginning adalah lagu bagus yang sanggup memicu reaksi bagus dari penonton, nggak peduli berapa tahun sudah terlewati sejak ia dirilis. Say another word I can't hear youuuu...
M17. キミシダイ列車
Ya Allah. Ketika intro mengalun, rahang saya jatuh hingga ke lantai. Mangap lebar banget. Sebelumnya saya sudah bilang kan, lagu-lagu dalam album 残響リファレンス (Zankyo Reference) (2011) nggak ada yang jelek. None. Cuma gimana ya, terus terang sama sekali nggak menyangka bakal muncul dua lagu dari album itu yang masuk ke setlist konser Luxury Disease kali ini. Are you ready now? We are ready now for tonight!! (Udah siap dari tadi, Bang!!!)
M18. the same as...
When this song came, somehow I could sense that we were in the beginning of the end. Tensi the same as... lebih turun dibandingkan lagu-lagu sebelumnya, dan mengingat tenggorokan saya juga sudah lumayan serak, sepertinya tidak aneh jika kami semua telah mendekati penghujung pertunjukan. Pada titik ini saya mules bukan main, nggak ikhlas konsernya selesai, belum mau pulang dan mengakhiri malam ajaib ini (for ME, it is a miracle), cuma kok ya nggak punya kekuatan menghentikan waktu atau memutarbalikkan...
M19. We Are (Japanese version)
The crowd was freaking amazing here. Bener-bener kayak paduan suara. Barangkali karena bagi sebagian jamaah konser, We Are adalah lagu tema 18際 (18sai—18 Fes) perdana yang digelar oleh NHK tahun 2016 silam, dan melibatkan 1000 orang remaja berusia 18 tahun. Maybe they do have personal attachment with the song, because everyone sang their parts like their life depends on it.
M20. Wasted Nights (Japanese version)
I'm so sorry for not giving enough fuck about anything that's from Eye of the Storm album, but Wasted Nights is one of the better tracks. Cukup bersyukur bisa dengerin Taka nyanyi Wasted Nights secara langsung karena lumayan meredakan kebencian ketidaksukaan pribadi terhadap album tempat lagu ini bernaung. He dragged that last "I don't wanna wait, no more waaaaaaaaaaaaaaaaaaasted niiiiiiiiiiiiiiiiiggghts" until forever. Gila emang tarikan napasnya. Numero uno.
DONE.
Kelar. Bubar.
Tenang, masih ada encore. Tapi tetap saja, untuk sementara waktu, Taka, Ryota, Tomoya, dan Toru balik ke backstage untuk melakukan apa pun yang ingin mereka lakukan. Mungkin ngulet. Mungkin juga minum. Atau nyomot entah cemilan apa yang tersedia di belakang panggung. Sekaligus ganti baju, mengingat apa pun yang mereka pakai udah basah kuyup. Keguyur keringet sendiri. And the crowd started to light up the dome with their phone torch to call for encore. Merinding banget. Sekian puluh ribu orang nyalain senter ponsel bareng-bareng, mengayunkan tangan di udara. Sungguh ukhuwah konseriyah.
M21. When They Turn The Lights On (Encore)
Menangiiiisssss. This song is beyond heavenly. Apalagi saat dicocoklogi dengan bagaimana kami semua menyalakan senter ponsel... oh yeah so we turn the lights on. Apalagi lagunya kan diawali vokal tanpa iringan musik sama sekali ya, jadi dari keheningan tiba-tiba menyeruak suara Taka, "I been climbing since I was young..." Duh Gusti, memang terlalu indah. Hamba nggak kuat.
M22. Stand Out Fit In (Japanese version) (Encore)
Lagu ini jauh, jauh, jauuuh lebih oke dinyanyikan live daripada rekaman studionya. Abso-freaking-lutely. And I genuinely think that this song is a good encore piece. Kayak memang ditakdirkan untuk dinyanyikan ketika mau menyudahi sesuatu. Maybe I started to warm up to this song, maybe not, but I can honestly say that singing along to Stand Out Fit In in Tokyo Dome was not a bad experience.
No 完全感覚Dreamer (Kanzen Kankaku Dreamer), yang belakangan saya ketahui ternyata dibawakan sebagai encore untuk pertunjukan Tokyo Dome hari berikutnya. No Prove and no Broken Heart of Gold, despite Prove being my ultimate favorite track from the Luxury Disease album and the grandest one, arrangement-wise. But of course it doesn't matter. What matters is that tonight is a magical night. Tonight is a night that is nearly impossible to happen to me but it happens nonetheless. Saya bahkan nggak merasa iri sedikit pun kepada orang-orang beruntung yang berhasil nangkep lemparan pick gitar dan bas, stik drum, bahkan kaos(!!!) dari Taka, Ryota, Toru, dan Tomoya di salam penutup konser. Me attending this concert spends a huge amount of luck already.
I might be stating the obvious, namun sebagaimana yang saya alami ketika menghadiri Man with a Mission Chasing the Horizon Tour Final: ONE MAN 2018 di Koushien Stadium, sepanjang tiga jam durasi konser, sama sekali nggak ada manusia di sekitar yang angkat-angkat ponsel dan rekam-rekam. Damai banget, kawan. Indahnya kebersamaan. Saya yang pendek ini nggak terhalang sedikit pun untuk menikmati pemandangan seisi Tokyo Dome dari ujung kanan hingga ujung kiri. Kapan ya bisa ngalamin yang begini lagi...
See you again, ONE OK ROCK.
Hopefully this won't be the last miraculous thing I am able to pull, because my life is a series of YOLO decisions that I will never ever regret. Semoga album kalian yang berikutnya akan jauh lebih bagus. Semoga suatu hari nanti akan tiba momen di mana saya bisa mendengarkan Prove dinyanyikan langsung oleh Taka (kalau boleh rikues sih yang Japanese version aja karena saya purist snob).
z. d. imama
*P.S.: Foto-foto manggung yang bertebaran di tulisan ini diambil dari akun Instagram ONE OK ROCK, Taka, Toru, Ryota, dan Tomoya, berhubung sepanjang konser penonton dilarang jeprat-jepret dalam bentuk apa pun.
*P.P.S.: Khusus pertunjukan hari berikutnya (Rabu, 5 April 2023), ada momen-momen ketika encore di mana Taka ngasih izin penonton untuk rekam-rekam, hence some videos you might find going around the internet.