Friday 29 June 2018

"Hana Yori Dango" vs "Hana Nochi Hare": an overall review


"...But nothing has even started between us, you know."

The tears on my cheeks haven't dried. Mata saya masih merah dan bengep saking kebanyakan nangis. Hati saya masih baper jungkir-balik nggak karuan. Saya baru saja selesai menyaksikan sebelas episode drama Hana Nochi Hare, sekuel dari drama fenomenal tahun 2005, Hana Yori Dango (a.k.a Boys Over Flowers), dan kondisi emosional inilah yang membuat saya akhirnya log in ke blog dan mulai menulis. Sungguh. Baper yang memicu produktivitas.

Hana Nochi Hare, to be honest, is a sequel I never knew I needed. I thought they'd better leave Hana Yori Dango as it is. No sequel. No remake. No reboot. But I was proven wrong by Hana Nochi Hare. This drama is neither a remake nor a reboot, and it's not exactly fitting to be called 'a sequel'. It's more like of a 'little sibling', told with respect and love to the original series. It has its own life. Its own edge and charm. But here and there, it still 'bothers' its older sibling with small nudges, familiar scenes, tributes, and similar trope. Just exactly like the youngest member of a family.

Saya ingin mengulas tentang dua seri bersaudara ini. Keduanya boleh dibilang termasuk dalam judul-judul terbaik genre school romance-comedy dengan trope klasik cewek-jelata-ketemu-cowok-kaya-raya, yang jumlahnya di luar sana barangkali ada ratusan. There might be spoilers, both in written details and screenshots, so please proceed on your own risk

Hana Yori Dango (2005)

Makino Tsukushi (diperankan Inoue Mao) beserta keempat anggota geng Flower Four a.k.a F4

Eitoku Gakuen adalah sekolah untuk anak-anak superkaya, ridiculously privileged, dan Makino Tsukushi adalah satu-satunya 'kaum jelata' yang bersekolah di sana. Kehidupan sosial di Eitoku dikontrol oleh empat orang anak-anak donatur terbesar sekolah, yang menamakan diri sendiri Flower Four atau F4. Ada Domyouji Tsukasa, sang leader geng yang dikit-dikit ngajak berantem dan gayanya petatang-peteteng, Hanazawa Rui, Nishikado Soujirou, dan Mimasaka Akira. Kalau ada murid yang bikin kesal anggota F4―or, in most cases, if you piss off Domyouji―maka akan ada surat beramplop merah nyamper di loker sepatu, dan itu adalah 'kode' bahwa murid tersebut boleh digencet beramai-ramai sampai pindah sekolah. Suatu hari, Tsukushi pun dapat surat laknat itu setelah membela teman sekelasnya di hadapan Domyouji. Perang antara Tsukushi, F4, dan seluruh penjuru Eitoku Gakuen pun dimulai.

Hana Nochi Hare (2018)

Geng C5 mengonfrontasi anak-anak SMA lain di depan sekolah.

Hidup Edogawa Oto, siswi kelas 2 SMA Eitoku Gakuen, berbalik 180 derajat saat perusahaan besar ayahnya bangkrut. Dia harus pura-pura berlagak masih kaya-raya di sekolah karena adanya Correct Five, atau C5, yang digawangi Kaguragi Haruto, Taira Kaito, Eibi Sugimaru, Maya Airi, dan Narumiya Issa, yang berprinsip bahwa harkat dan martabat Eitoku Gakuen adalah ketiadaan rakyat biasa di antara siswa-siswinya. Tiap ada murid yang ketahuan jatuh miskin, pasti dapat rapor merah dan diperintahkan pindah sekolah. Masalahnya, Oto harus bertahan hingga lulus SMA di umur 18 tahun demi menjaga kesepakatan pertunangannya dengan Hase Tenma, kawan sepermainan sejak kecil sekaligus model student sekolah elit kompetitor, Momonozono. Kekacauan mulai bergulir saat rahasia Oto diketahui Kaguragi, yang rupanya juga menyimpan rahasianya sendiri.

Cowok tajir terkapar di hadapan sang heroine (Hana Yori Dango, episode 1)

Cowok tajir terkapar di hadapan sang heroine (Hana Nochi Hare, episode 1)

Exactly what I've stated earlier, both Hana Yori Dango and Hana Nochi Hare are your most classic school romance-comedy trope: poor girl meets rich boy. Or, in these cases, insanely rich boy. And then the girl slaps―'punch' would be a better word―some senses into the boy's thick skull. Both series are bizarre, but Hana Yori Dango is even more shameless in showcasing the 'richness' of those Eitoku Gakuen students. So. Freaking. Many. Blings. Gile dah pokoknya siswi-siswi tuh kayak koleksi perhiasan seharga masa depan bangsa dipakai semua ke sekolah tanpa ragu-ragu. Sementara dalam Hana Nochi Hare, semua terlihat cukup... apa ya, toned down. Kesan elit justru lebih diperlihatkan dari potongan seragam, bagaimana cara interaksi orang-orang, teknologi yang dimiliki sekolah, serta berbagai hal-hal subtle lainnya. Nggak ada cerita dalam Hana Nochi Hare, murid perempuan masuk kelas rambutnya disanggul French twist ibarat mau pesta kapan saja layaknya Hana Yori Dango.

I swear to god, I love Hana Yori Dango. This series will forever hold a particular place in my heart, being that drama which sent me into the magnificent land of Arashi fandom. But I must admit that Hana Nochi Hare thrives, and it successfully results in something so beautifully done. This 'little sibling' manages to get out from the looming shadow of its 'older sibling'. Every similar scenes and familiar sights are love letters to its predecessor. Tributes. Those are never copycat attemptsI can feel it. I just know.

Makino Tsukushi, proletar sejati. (Hana Yori Dango, episode 2)

Edogawa Oto, the fallen princess. (Hana Nochi Hare, episode 2)

Sekarang mari merambah pembahasan tokoh-tokoh dan pemeran. Saya rasa kita semua yang pernah nonton Hana Yori Dango pasti merasa yang namanya Domyouji Tsukasa (Matsumoto Jun) emang tai. At least, at face value, he's a total trash. Modal tajir doang. Songong, temperamental, marah-marah melulu, mau menang sendiri, setiap konflik batin yang dialaminya selalu disalurkan lewat berantem dan bullying... duh daftar dosanya masih panjang, nih. Bahkan setelah bertemu Tsukushi, sikap dan kelakuan Domyouji tidak serta-merta jadi mendingan. Masih tai, namun sisi baik dalam dirinya mulai bisa ditemukan satu per satu. Relationship antara Domyouji dan ketiga anggota F4 lainnya pun sempat rada-rada layak dipertanyakan: dese pernah dengan entengnya ngejotos Hanazawa Rui di hadapan teman-teman sekolah cuma gara-gara bete. This brat doesn't need extra pocket money. He needs therapy. Man, go see your therapist. Your anger management sucks big time

Sementara itu, Kaguragi Haruto (diperankan dengan sangat baik oleh Hirano Sho) betul-betul berkebalikan dengan Domyouji. He's basically a spineless, awkward, suffering from inferiority complex boy who's pretending to be tough, all-high-and-mighty by playing leader and talking big. He doesn't really have a good grasp on reality and common sense, and to some extent, it's cute and hilarious. Momen-momen saat segala sisi vulnerability Haruto diperlihatkan tiap kali dia belajar sesuatu dari kenyataan, menurut saya adalah salah satu bagian terpenting dari Hana Nochi Hare. Berbeda dengan Domyouji yang keras kepala dan kegedean gengsi sejak lahir, Haruto punya dorongan rasa ingin tahu sangat besar dan kemauan untuk bersentuhan dengan hal-hal asing yang tidak pernah dia kenal sebelumnya. Hidup baru Oto yang melarat, misalnya. 

Domyouji Tsukasa, contoh terbaik cowok T3 (Tajir Tapi Tai) sepanjang masa.

Tentang cinta segitiga yang merupakan 'lagu wajib' kedua serial drama ini, menurut saya apa yang terjadi antara Edogawa Oto - Hase Tenma - Kaguragi Haruto dalam Hana Nochi Hare jauh lebih mengoyak-koyak perasaan dibandingkan senpai-nya, yakni Makino Tsukushi - Hanazawa Rui - Domyouji Tsukasa. Everything just feels too pure, so genuine. Padahal saya tipe yang relatif tegas dan bisa dengan cepat bilang, "Udeeeeh lo sama dia aja lah!" saat dihadapkan pada dua pilihan. But not this time. Rasanya tidak tega harus melihat salah satu dari Tenma atau Haruto kalah prioritas, menerima bahwa perasaan Oto terhadapnya kalah kuat jika dibandingkan yang lain.

The 'rich and snob outside, fragile inside' Kaguragi Haruto.

Berbicara soal akting... Sugisaki Hana adalah cahaya Asia, saudara-saudara. I kid you not. Inoue Mao sebagai Tsukushi memang seru dilihat. Sepak terjangnya berangasan. Biar miskin yang penting ogah ngalah, gitu. But Sugisaki Hana is waaaaay beyond young Inoue Mao's league. She plays a lot with subtle facial expressions, gestures, and her eyes. We can actually see the difference when Oto is pretending to be happy, trying hard to look happy, and when she's honestly happy. Mungkin inilah salah satu penyebab terbesar kenapa baper yang saya derita sejak menyimak episode kelima hingga terakhir nggak sembuh-sembuh. Very convincing acting. Very pleasing. Nggak ada yang berlebihan, kecuali duitnya anak-anak Eitoku Gakuen.

Please give Hana Nochi Hare a try. 

Check it out. Sit and watch this gem. Please.
I swear, it's good.

z. d. imama

*P.S.: easter egg terkampret sepanjang sebelas episode Hana Nochi Hare hadir dalam selembar poster bioskop berjudul "Yu wo Wakasenai Hodo no Sameta Ai" (Love So Cold It Can't Boil Water). Ini adalah parodi dari award-winning movie yang juga dibintangi oleh Sugisaki Hana. Judul aslinya "Yu wo Wakasu Hodo no Atsui Ai", diterjemahkan secara internasional jadi "Her Love Boils Bathwater". Pernah saya bahas di sini.

Tawa saya saat melihat poster keparat ini sungguh tidak manusiawi.

3 comments:

  1. This was such a good read, thank you!!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Thank you for leaving me a nice comment, this makes me happy :")

      Delete
  2. Karena baru selesai nonton Hana Nochi Hare, jadi baru berani baca reviewnya hehe (takut kespoiler).. Daan this is exactly what i thought while watching Hana Nochi Hare!! Terkoyak-koyak banget hati ini lihat Oto diantara 2 pilihan karena Haruto dan Tenma sama berkualitasnya huhu.. Haruto sebagai fanboy Tsukasa juga ya ampun kok cute banget :D

    ReplyDelete