Friday 27 April 2018

Love not found: "Watashi ga Renai Dekinai Riyuu" review


"How many people will answer 'Yes' when they are asked, 'Are you in love?'"

Siang ini saya memindahkan sejumlah judul serial drama Jepang baru ke harddisk eksternal. Aktivitas sakral sekaligus berbahaya, sebab sering kali, sambil menunggu semua file selesai dipindahkan, saya iseng nonton-nonton lagi drama lama di harddisk dan akhirnya tenggelam kembali dalam gempuran emosi yang sebelumnya sudah pernah dialami. And this is exactly what happens today. Ngulik koleksi serial lawas dan menyetel ulang beberapa judul yang sempat meninggalkan jejak di hati. One of them is "Watashi ga Renai Dekinai Riyuu" (2011), which translates to "The Reasons I Cannot Find Love". This series has a good lineup of casts, fun and somehow relatable story (especially for loveless person like the one typing this post), not to mention notable soundtracks thanks to Amuro Namie.

Watashi ga Renai Dekinai Riyuu tidak mau berpura-pura. Sejak menit pertama, dia sudah memproklamasikan diri bahwa kisah ini adalah mengenai cinta, dan menitikberatkan sudut pandang perempuan. Bahkan sebelum dipertemukan dengan tokoh utama, penonton disuguhi alasan beberapa perempuan-perempuan Jepang yang melajang. Contohnya?

"Right now, work is more fun than love." - Office lady, 32 years old. 

"First of all, there is no encounter." - Part-timer, 27 years old. 

"I have forgotten how to love." - Medical officer, 35 years old. 

Anything from above that feels familiar? 

Sepanjang 10 episode yang diracik menyenangkan, Watashi ga Renai Dekinai Riyuu mengulas perjalanan romansa empat orang perempuan dengan tipe masalah yang berbeda. Menyandang peran protagonis adalah Fujii Emi (diperankan Karina), seorang periang, straightforward, agak tomboy, dan selalu bersemangat yang bekerja sebagai teknisi di perusahaan stage lighting. Demi menghemat pengeluaran dan bosan hidup sendirian, Emi memutuskan pindah dari apartemennya dan tinggal di sharehouse―alias ngontrak rumah bareng-bareng―bersama dua adik angkatannya semasa sekolah: Ogura Saki (Yoshitaka Yuriko) dan Hanzawa Mako (Ooshima Yuuko). Mereka pun menyadari, bahwa meskipun memiliki kepribadian yang berbeda satu sama lain, ada kesamaan yang menghubungkan ketiganya: sepak terjang asmara mereka berantakan semua.

Ketomboyan Emi berdampak pada perlakuan teman-teman dan kolega kerja yang seolah-olah 'lupa' bahwa dia juga perempuan; termasuk Hasegawa Yu (Tanaka Kei), sahabat karib sekaligus mantan pacar Emi yang disukainya. And I shit you not, the girl even confessed; they dated for a short while before the dude broke it off because he thought 'they were better stay friends'. Ini bukan masalah perasaan yang dipendam, melainkan flat out rejection. Hiks. I feel you, mbak Emi. Saki, sementara itu, tidak pernah merasa menemukan cinta. She goes by with a long string of playful dates and one-night-stands and never once gets into relationship. Jelas, perilaku Saki bertolak belakang dengan kenyataan yang dihadapi the virgin of the group, Mako, yang langganan ditolak pria-pria gebetannya karena dianggap terlalu serius dan membebani.

Three single ladies in a sharehouse. It's definitely fun.


Rumahnya lucu banget, bikin sirik.

Namun masalah romansa tidak eksklusif menghampiri para jomblo. Ini dihadirkan dalam Watashi ga Renai Dekinai Riyuu dengan menyoroti kehidupan pernikahan bos perusahaan tempat Emi bekerja, Shiraishi Takumi dan istrinya, Misuzu. Bagaimana kondisi hubungan mereka setelah begitu lama menghabiskan waktu bersama-sama, krisis yang menghadang, serta berbagai permasalahan rumah tangga lainnya. Keempat cerita berlatar belakang berlainan tersebut pelan-pelan mengalir di depan mata penonton tanpa tergesa-gesa, sekaligus tanpa ragu-ragu. Pacing-nya stabil. Nggak ada episode yang mendadak terasa ngaret ataupun sebaliknya. Pembagian porsi screen time antara Emi, Saki, dan Mako terbilang adil, walau tidak bisa dipungkiri Emi masih tetap menjadi fokus utama. Ya namanya juga protagonis, kan.

Saya sudah menyaksikan puluhan judul drama ber-genre romance (atau mungkin ratusan, who really counts anyway), tetapi hingga detik ini Watashi ga Renai Dekinai Riyuu berhasil bertahan sebagai salah satu drama yang paling menarik untuk disimak. You just can't drop it. You just want to keep watchingMaybe it's the strong, promising casts. Maybe it's the screenwriter's doing. Maybe it's my own biased judgment, but almost everything falls into the right place and at the right amount. And I don't think I'm the only one thinking this way because Watashi ga Renai Dekinai Riyuu achieved a very, very high rating despite being "just a romance drama series".


Lagu Love Story dari Amuro Namie yang didapuk sebagai soundtrack melengkapi alasan mengapa saya sangat menyukai Watashi ga Renai Dekinai Riyuu. Man, the lyrics. It attacks and stabs you right in the heart. Waspadai sergapan baper.

"Now I'm grown and I've got everything I've wanted, but I know in exchange that I cannot obtain your smile and the eternity you gave me."

Aaaand there goes the reason why love is not found.
z. d. imama

5 comments:

  1. Sama banget, kalau lagi beberes file pasti berujung ngecekin drama/film lama dan ujungnya beberes pun jadi sangat lama :)) waah ini kayaknya menarik niih, related sama kehidupan hahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ini seru banget mbak Heeeeer huhuhu gara-gara drama ini juga saya langsung nge-stan Ooshima Yuko karena ternyata kualitas aktingnya beda kelasss sama rekan-rekan ekebinya yang lain :))))

      Delete
    2. wah sama saya juga suko yuko, emang dia member terbaik yang pernah dimiliki akb48

      Delete
  2. Wah mau dong transfer film :))))

    ReplyDelete
  3. Hello, Zi! I've been reading ur blog (and actually following ur twitter) dan ini baru pertama kalinya mutusin buat komen hehehe. This is my most favorite J-drama too (karena itulah saya gatel pengen komen), karena ceritanya yang "dekat" banget sama kita, no ikemens and dramatic scenes involved (ga kayak drama-drama romance Jepang yg lain), semuanya natural dan yang paling saya suka: cewek-cewek "jomblo" (yang suka dianggap ngenes) ga digambarin se-ngenes itu di drama ini (makanya saya pernah sebel waktu temen saya bilang ini drama ngenes, lah berarti hidup saya ngenes dong? #curhat). Bahkan Tokyo Tarareba Musume (yang minus Karina dan diganti Eikura Nana) aja belom bisa menggantikan drama ini di hati.

    Looking forward for ur blog posts about J-dramas, Zi! Spread the love! And nice to meet you btw hope we can talk more.

    P.S. I also like Takeuchi Ryoma. Have you tried Ninomiya's Black Pean? It's really good.

    ReplyDelete