Saya pernah sedikit curhat tentang rasanya jadi anak perempuan tahun 2017 kemarin. Hingga saat ini kondisi dan pendapat saya tidak cukup banyak berubah. Masih sama. Masih tetap merasa jadi anak perempuan itu susah dan merepotkan. Bahkan mungkin opini tersebut menguat, apalagi sekarang pihak yang makin rajin disalahkan saat ada pelecehan seksual (terhadap perempuan) dan perselingkuhan ya justru perempuannya. Tapi yang akan saya obrolkan di sini bukan hal-hal seberat itu. Cerita bermula dari pertanyaan saya pada salah satu kenalan, seorang mbak-mbak cantik (berdasar penilaian pribadi), apa merek personal care yang rutin dia pakai. Menurut saya, wajahnya tampak bersih. Penasaran dong produk apa yang sanggup memberikan hasil seperti itu. Mbak X ini, dengan nada bicara yang tidak bercanda, menjawab. "Aku nggak pakai apa-apa kok, tapi aku sering wudhu soalnya selalu solat sunah".
Ooookay.
Beberapa waktu kemudian, saya berhasil tahu bahwa mbak tersebut menggunakan produk-produk Paula's Choice dan La Mer sehari-hari. Selain itu juga rutin mengunjungi salah satu aesthetic center ternama di kota. Oookay (2). "Sering wudhu soalnya selalu solat sunnah" sempak Dajjal..
Tagihan air wudhu kayaknya nggak segini...
Kemudian saya mikir. Mengenai jawaban penuh dusta tersebut. Apa faktor penyebab kalimat itu terlontarkan? Kenapa? Sebenarnya tujuan yang ingin dicapai dari respon tersebut tuh apa? Saya merenungkan hal ini karena punya banyak waktu luang hingga sampai pada dua kesimpulan. Versi khusnuzon―prasangka baik―dan versi suuzon―prasangka buruk. Kalau nyari versi beyond help, sebut saja Fadli Zon.
- Edisi khusnuzon: Mbak Tsantique menyampaikan kebohongan (bercampur bragging ketakwaan) demi menghindari gunjingan dan komentar, "Cakepnya cuma gara-gara perawatan" atau sejenisnya.
- Edisi suuzon: Mbak Tsantique tidak mau rahasia tsantique-nya ketahuan.
Sesi mikir saya jadi makin panjang.
Let's start on the "khusnuzon" version. Dahulukan berprasangka baik sebelum buruk. Sebagaimana mendahulukan pakai baju dari lengan kanan ke lengan kiri. Meski saya tetap sulit mengerti kenapa ketakutan dikatai harus bikin seseorang jadi berbohong, sepertinya budaya(?) dan kebiasaan bergunjing atau ngasih komentar dengan niat melukai ini perlu dibahas sedikit. Sedikit aja, lah. Kagak usah banyak-banyak.
Saya tidak meragukan soal keberadaan komentar-komentar kurang mengenakkan. Lha wong saya sendiri pernah dibilang "Gitu aja dandan" karena mengaplikasikan sunscreen sebelum pergi ke supermarket yang jaraknya sepuluh menit naik sepeda motor. Maka apabila ada pengakuan dikatai "Cakep karena dandan" atau "Cakepnya modal perawatan doang" oleh orang lain, saya percaya-percaya saja. Menurut saya, entah kenapa banyak masyarakat yang sangat mengagungkan konsep "tampang orisinil" secara berlebihan, sampai-sampai merawat diri terkesan sebagai hal yang memalukan atau perlu ditutup-tutupi. Sehingga saat ada pertanyaan seperti yang saya ajukan di atas, malah direspon dengan kebohongan. Padahal justru wajar jika seseorang terlihat lebih bersih atau menarik karena dirawat. Ya nggak sih? Ibarat rumah, bentuk bangunan bagus atau jelek adalah urusan arsitek yang merancang dan para tukang yang mewujudkan, namun rumah yang rajin dibersihkan dan diperhatikan kondisinya akan lebih oke dibanding yang berantakan kan?
Sah-sah saja untuk tidak terlalu peduli pada kondisi kulit tubuh (termasuk wajah). Mau cuci muka pakai sabun mandi, silakan. Mau nggak pakai body lotion, monggo. Mau ke mana-mana bareface tanpa riasan dan tanpa mengoleskan tabir surya, terserah. That body is yours. Tapi plis lah nggak usah mencibir atau sengit terhadap mereka yang meluangkan waktu, uang, serta tenaga secara khusus untuk merapikan diri. Masih banyak hal lain yang bisa dinyinyirin rame-rame. Kinerja legislatif Indonesia, misalnya. Atau customer service First Media.
And this is coming from me, somebody who's incredibly insecure over pretty girls whom I've seen, like, everywhere. Let that sink in. Just... let people taking care of themselves without the fear of getting shamed for not being "original" enough.
Lather up that moisturizer. (Picture source.)
Sekarang kita ke versi favorit umat manusia: suuzon.
Frankly speaking, I fail to see any other possible reasons other than what I wrote above: Mbak Tsantique tidak mau rahasia tsantique-nya ketahuan. Kenapa harus enggan? Memangnya hal buruk macam apa sih yang bisa terjadi jika produk yang digunakan merawat diri terbongkar ke orang lain? Mentok-mentok, akan ada pihak yang juga tergoda membeli dan menggunakan produk serupa. Melakukan rutinitas perawatan yang sama. That is, under terms and conditions that one can afford such things. Jangan-jangan justru hal itu yang tidak dikehendaki? Why? Is it for competitive reason? The need and pressure to out-pretty the other? Saya tidak tahu secara pasti, cuma ya namanya suuzon... saya hanya bisa menebak-nebak. Berasumsi. Berprasangka buruk.
Hhhhh. Jadi kesal kan. Wudhu dulu deh supaya wajahnya bersih dan cerah... eh, bukan. Supaya perasaan lebih tenang karena muka keguyur air dingin, maksud saya.
z. d. imama
Waktu dia jawab kalau dia sering wudhu itu, kamu gak nanya, "Air wudhunya pake SK II ya, Mbak?" Hihi.
ReplyDeleteKan belum tentu penganut mahzab Yapan ~
DeleteHahaha tagihan air wudhu ternyata mahal yaa :))) Sering ketemu yang begini, ga cuma cewek, cowok pun ada yang suka komen "rajin wudhu makanya, biar mukanya kinclong blablabla" okaayy :)))
ReplyDeleteSebagai tanda syukur udah dikasih raga yang sehat tetap harus meluangkan waktu dan tenaga untuk merawat tubuh. Lagipula kebersihan sebagian dari iman. Berlomba2 tampil lebih bersih dengan segala kosmetika sesuai dengan kemampuan apa adanya malah kompetisi yang sehat.
ReplyDeleteAku sendiri sebagai cowok kadang meluangkan waktu untuk merawat diri seperti membeli lulur, handbody dan cream malam wajah. Bukan yang harga selangit ya, levelnya kosmetika kere hore. Meski kere hore asal rutin InsyAllah diberi perubahan. Dari yang dulunya buluk, setidaknya besok-besok jadi berfaedah di mata orang T,T T,T T,T >,<
Maskeran aja yuk tiap hari biar kulitnya mulus kyk pantat bayi 😙
ReplyDeleteKamu janjinya kan bukan mau ninggal komen di postingan yang iniiiii :"))))
Delete