Saturday, 2 September 2017

How to be a Pro at 'Simple Living'... When Nothing Happens in Your Life


"Urip kok ngene-ngene wae."

Saya yakin ungkapan seperti itu pernah, minimal satu kali, mampir di telinga kita semua. Bahkan mungkin kalimat "Hidup kok gini-gini aja sih?" justru terlontar dari mulut kita sendiri. Termasuk saya. Entah bagaimana dengan orang lain, tetapi bagi saya yang pernah berkhayal tersedot ke dunia digital dan mendapatkan digimon partner lalu bertualang bersama sejumlah anak-anak terpilih lain, atau tiba-tiba mendapat surat bukti diterima di Sekolah Sihir Hogwarts, atau menyaksikan pendaratan Gundam di lapangan belakang sekolah, kehidupan nyata yang memiliki prinsip sesederhana 'Nothing comes without a price' terasa sangat biasa saja. Apalagi seperti yang telah diketahui melalui tulisan ini, saya tidak punya uang. Lalu hidup mau ngapain?

Saya tahu di luar sana bertebaran orang-orang yang mengkampanyekan prinsip "Live Your Life to Its Fullest", lengkap dengan berbagai argumentasi pendukung. Misalnya menyuruh banyakin jalan-jalan, piknik, traveling. Macam-macam. Bagus, sih. Cuma hal-hal tadi nyaris tidak ada yang applicable dalam hidup saya karena faktor finansial. Survival code saya yang terdiri dari 3 I: Internet, Indomie, dan inner beauty ini kesulitan mengikuti nasihat-nasihat ciamik tersebut.

That being said...

Kali ini saya akan menuliskan hal-hal yang dapat dilakukan untuk hidup yang lebih adem-ayem ketika kenyataannya mentok di segitu-gitu aja. Bodo amat. Memang hidup kadang-kadang bisa nggak keren, kok. All hail #KizminLyfe.


No Energy to Scrutiny People's Life

Sikap ini bisa diterapkan untuk menghindari rasa iri, dengki, atau kecenderungan bergunjing, bahkan membanding-bandingkan hidup sendiri dengan orang lain. Entah baik atau buruk, tapi saya terbilang malas meluangkan waktu meng-update diri sendiri mengenai hidup orang. Apalagi yang hubungannya tidak akrab-akrab amat. Saya nggak merasa perlu tahu siapa pacaran dengan siapa, siapa habis piknik ke mana, makan siangnya apa, habis belanja di mana, dan hal-hal sejenis. Terus terang saya bukan orang yang menyenangkan untuk dijatuhi gosip sebab biasanya tanggapan yang akan kalian dapatkan cuma, "Oh", atau "Wah", atau "Hmm".

Wish for Impossible Things Instead of Achievable Things

Ada kan, tipe-tipe orang yang saking kepenginnya suatu barang, atau berhasrat mendapatkan sebuah pengalaman, sampai stres sendiri karena nggak kesampaian. Ingin punya mobil keren, misalnya. Nah... supaya tidak terjadi hal seperti itu, coba ubah keinginan-keinginan 'masuk akal' itu menjadi impian-impian halu. Kayak saya, misalnya. Jomblo kelamaan lalu berargumen ingin menikahi pilot Gundam saja. Mau naik pesawat nggak kebayar tiketnya? Berkhayallah jadi nabi, agar siapa tahu nantinya dikasih kesempatan naik Buraq juga oleh Tuhan YME. Tadinya ingin Porsche? Ganti menjadi ingin punya Firebolt, atau naga peliharaan.


The "Ngapain?" Principle

Salah satu siasat kunci untuk hidup yang lebih chill adalah mempertanyakan faedah dan signifikansi berbagai macam hal sebelum mengambil tindakan. Biasanya, ini akan berujung pada tidak adanya tindakan apa pun. Woles sekali, bukan. Mari kita cari contoh. Ada temen yang isi feed media sosialnya senang-senang terus? Party, jalan-jalan, makan enak di restoran fancy? Tergoda sih untuk meng-update feed kita dengan hal-hal serupa agar tidak kalah dengan teman dan kenalan... tapi ngapain? Kan sudah tahu kalau nggak punya uang. Ngapain dipaksain?

Be That Eco-Friendly Trash

Nggak apa-apa hidup gitu-gitu melulu. Bukan masalah seumur-umur nggak pernah menang penghargaan apa pun (boro-boro Nobel Prize, Murid Teladan saja tidak masuk nominasi). Bodo amat nggak jadi sosok manusia yang berkontribusi dalam terciptanya perdamaian dunia. Barangkali hidup kita memang cuma menuh-menuhin bumi, tapi selama kelakuan kita nggak menciptakan 'polusi' tambahan, ya sudahlah. Sebab di zaman sekarang banyak pihak berlomba-lomba menjadi orang yang tampak lucu, pintar, keren, atau populer... namun sedihnya, justru melupakan bahwa jauh lebih penting jadi orang yang baik.

Keep your head up straight, people.
It's totally cool to have a completely-not-cool life.

z. d. imama

13 comments:

  1. iya sie jadi orang baik lebih penting, tapi kan lebih baik lagi kalo kita jadi orang baik punya Porsche dan suka ngajak temennya jalan2 keluar negeri.. ahay. ada gak yah :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. "Tapi lebih baik lagi" kalau nggak jadi kenyataan ya buat apa :))))

      Delete
  2. Kalau aku memilih rajin ngeblog atau apdet sosmed aja, karena entah kenapa dari dua itu bisa menghasilkan sesuatu yang aku inginkan, walau kadang bukan berupa duit. :))

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku juga mau dong kak bisa rajin apdet sosmed... Jadi Kak Chika kapan nraktir Marche lagi? *kemudian dilempar ke atas wajan rosti*

      Delete
  3. Dirimu kui lho, senengnya mikir yg gimanaaa gitu padahal nyatanya njenengan ki lebih dr sekedar gimana gitu. Saya percaya itu

    ReplyDelete
  4. This is so me. Baca tulisan ini terus batin langsung jerit, "Ini gue banget!!"

    Dan siasat yang aku lakukan ya sama seperti yang kamu lakukan di nomor satu: no energy to scrutiny other people's lives. Aku ya gak mau update kehidupan orang lain. Takut iri terus menyesali nasib sendiri kenapa jadi orang kok medioker amat. Buka medsos pun pas mau update doang. Lihat-lihat sebentar yang recent update. Kalau dengan sengaja mencari tahu sih, nggak. Kalau pas lihat status orang yang sepertinya hidupnya menyenangkan sekali, ya cukup, "Oh, enak ya." Sudah. Cukup sampai di situ. Terus lihat yang lain.

    Dan ini kenapa tiap kamu update aku jadi terinspirasi ingin nulis hal yang sama. =))

    ReplyDelete
  5. Istirahat dari sosmed kalo saya! Kemarin sempet ga buka sosmed selama beberapa waktu, rasanya lumayan tenang dan bikin bahagia juga karena ga terpapar komentar-komentar netyzen yang kadang bisa bikin badmood seketika 8))))

    Biasanya dilanjutkan dengan menonton seluruh hasil downloadan dibarengi dengan sebotol aqua dan kuaci bungkus. Seharian full di kamar saja, hidup bahagia dan lebih tenang. Tapi beresiko terkena sembelit sih ini kalau terlalu sering dilakukan....

    ReplyDelete
  6. I live by that "tapi ngapain?" phrase. Membuat hidupku yang cuma "gini-gini aja" ini jadi "gini-gini aja tapi gak papa".

    ReplyDelete
  7. Baru beres kuliah untuk dapatin gelar kedua, dan menggalau ga ngerti mau ngapain abis ini.

    Contemplating ke belakang, flashback, ngerasa koq hidup bener2 medioker luar biasa, organisasi ga ikut, komunitas apa kabar, kompetisi jangan harap.

    Sekarang sedang menjalani hari2 dengan badai penyesalan yang tak kunjung reda karena 23 tahun hidup sebagai orang ansos yang mungkin sekampus ditanyain siapa saya juga gak ada yang tahu. :))

    ReplyDelete
  8. baru baca ini karena dishare lagi di twitter. setuju sama poin The "Ngapain?" Principle, hahaaaa. pengen Feed IG kaya Raline Shah yang selfie bibir monyong aja bisa dilike sampe 100 ribu. tapi apa daya. ngapain juga. sadar diri bahwa yaaa muka saya gini-gini aja. toh gak posting poto selfie bibir monyong juga ga bikin hidup kere bin melarat. selama tiap pagi saya masih dikasih nafas aja kayaknya udah beruntung banget. meski jadinya emang cuma menuh-menuhi bumi aja.

    ReplyDelete