Tuesday, 5 September 2017

A small infinity with Do As Infinity at Nakama Festival


Generasi yang tumbuh besar dimanjakan oleh maraton serial animasi Jepang di televisi nasional hampir tidak mungkin asing dengan anime Inu Yasha, yang pernah tayang on-off di Indosiar. Dari Inu Yasha-lah kebanyakan anak-anak dan remaja saat itu mengenal Do As Infinity. Gimana mau nggak kenal kalau setiap seminggu sekali terpapar lagu Fukai Mori dan Shinjitsu no Uta yang menjadi ending theme Inu Yasha?

Faktor nostalgia menyebabkan saya tidak banyak berpikir sewaktu mendengar kabar bahwa Do As Infinity akan tampil sebagai closing guest star di Nakama Festival, sebuah festival Jepang yang diselenggarakan di Eco Park Ancol, 2-3 September 2017 kemarin. Jujur saja, saya agak kaget dan sempat menduga apakah Nakama Festival adalah semacam proyek Roro Jonggrang―dadakan dan pengerjaannya kebut-kebutan, to the extent dalam semalem harus bisa jadi―karena saya sama sekali tidak mendengar gaung adanya festival ini di mana-mana sampai kira-kira sepuluh hari sebelum acara berlangsung. Kayak nggak sempat promosi, gitu. Padahal klaim acaranya: The Biggest One-Stop Japanese Entertainment. Sing tenanan wae.

But nevertheless I booked my ticket and went.

Berhubung lokasinya cukup jauh dan terbilang challenging bagi saya (yang belum pernah ke Ancol), tiket Nakama Festival yang saya beli hanya tanggal 3 September 2017. Berangkat di sore hari menjelang petang alih-alih sejak pagi. Mendedikasikan diri cuma demi menonton Do As Infinity. Apalagi harga tiket yang sangat terjangkau, Rp165,000 saja―sudah termasuk biaya masuk ke area Ancol. All-standing karena namanya juga festival. Tapi bos, jika bisa nonton Do As Infinity seharga di bawah Rp200,000 sih... jongkok pun saya jalani.

Tadi sudah bilang kan kalau saya curiga festival ini proyekan Roro Jonggrang yang saking mendadaknya sampai tidak sempat promosi dengan baik? Prasangka itu, setelah saya tiba di lokasi, justru menguat. Di sekitar lokasi acara indoor yang semestinya terdapat banyak stall tidak ditemukan siapa-siapa. Boro-boro manusia, setan pun kayaknya nggak ada yang lewat.

WHERE. ARE. THE. PEOPLE??

Tenda penukaran tiket. No queue. No rows. No one.

Baiklah mari kita mencoba ber-khusnudzon layaknya masyarakat ketimuran. Barangkali orang-orang sudah pada berkumpul semua di dalam, jadinya nggak ada yang sibuk nuker-nuker tiket. Mereka pengunjung festival sejati yang datang sejak pagi hari dan bukannya mepet-mepet sama jam performance Do As Infinity seperti saya.

Tiket sudah ditukar. Hari mulai menggelap.

Menuju area panggung saya makin terheran-heran. Sekosong itu. Padahal dekorasinya luar biasa cantik, niat, dan lengkap. Apa jangan-jangan karena penyelenggaraan Nakama Festival yang bentrok dengan banyak acara? Selain bertepatan dengan long weekend Hari Raya Iduladha, Nakama Festival juga berbarengan Comic Frontier dan handshake festival JKT48. Bahkan saking jumlah pengunjung di bawah perkiraan, tampaknya pihak panitia memutuskan untuk tidak menyalakan lampu penerangan di bagian-bagian yang relatif sepi.

Ada instalasi lampu tapi nggak dinyalakan. Hemat biaya semampunya?

Lampion dan banner di mana-mana.

Samping stall makanan dan minuman juga berhias lampion.

Jumlah lampion dan banner yang menghiasi Nakama Festival kayaknya mencapai ratusan buah. Iya, sebanyak itu. Ada pula semacam lampu jalan buatan di sepanjang jalan setapak (yang sayangnya juga tidak dinyalakan―mungkin lagi-lagi untuk memangkas biaya). Street direction yang terbuat dari papan-papan kayu pun bertebaran, memastikan pengunjung tidak ada yang nyasar. Niat banget anjir. Spot untuk foto-foto terbilang lumayan banyak karena lampion-lampion dan dekorasi lain. Saya jadi baper sendiri menyaksikan ketimpangan antara tingginya kualitas produksi dengan jumlah orang datang yang minim. NAKAMA FESTIVAL DESERVES A LOT MORE CROWD. Rasanya ingin sekali meng-Accio! semua pengunjung GJUI terakhir ke Ancol saat itu. Mending kalian mainnya ke sini saja deh. Lebih cihuy dan jelas nggak berdesakan.

Panggungnya pun bagus. Wait, that should be in capitals. PANGGUNGNYA BAGUS. And the sound comes out clean. Seniat itu. Sekeren itu. Bahkan panggung festival-festival Jepang yang saya datangi sebelumnya (sebut saja AFAID, Ennichisai, apalagi GJUI) mendadak di benak saya jadi terasa seperti panggung pensi.

Performance stage di Nakama Festival. Bagus!

Well... foto tersebut diambil dari HP XiaoMi saya yang murah sih. Namun setidaknya sudah cukup menggambarkan, kan? Saya saja agak syok ketika pertama kali menyaksikan panggungnya. Sampai refleks berseru. "ANJER APAAN NEH??" tanpa bisa ditahan. Apalagi jika mengingat bahwa saya mendapatkan semua ini cukup dengan merogoh kocek tidak sampai dua ratus ribu rupiah. Buset. Konser amal apa ya?

Sebelum Do As Infinity tampil, saya sempat menyaksikan Enka Girls (belakangan ketahuan kalau grup ini diproduseri oleh Kevin Aprilio―yang tampaknya masih berikhtiar dalam perjalanannya menjadi Lord Idol setelah proyekan Vierra dan Princess terbilang sudah tiada kabar) dan Tokyolite. Tokyolite sempat membawakan cover lagu Heart of Sword ~Yoake Mae~ dari  T. M. Revolution dan kayaknya bukan cuma saya yang terkejut saat lirik "Hitori de wa tooi ashita wo.." dinyanyikan, karena aransemennya terbilang berbeda dari versi aslinya. Saya sampai nyaris lupa sedang di festival nonton live performance. Hampir saja terpikir mencari tombol rewind supaya bisa mendengarkan ulang aransemennya dari awal.

Mendekati pukul delapan malam, akhirnya saat yang ditunggu-tunggu para wibu spesialis hari Minggu pun tiba.

Sudah berapa kali saya bilang, "Panggungnya bagus"?

Penontonnya tertib, nggak ada yang kelewat ngasak. Suka deh.

Full band. Live. Bangsat. Berbekal duit receh saya mendapatkan flesh-and-blood Do As Infinity menyanyikan lagu-lagu mereka. Pakai bawa-bawa rombongan band-nya, pula. Tidak sekadar bermodal Van Tomiko dan Owatari Ryo kemudian sisanya "Ya sudah gampang lah pakai rekaman saja". Saya jadi merenungi saat AFAID 2013 menghadirkan Kalafina tanpa anggota band mereka. Tetap kece sih nonton mbak Wakana, Keiko, dan Hikaru karaoke di hadapan umat wibu dalam Plenary Hall JCC. Cuma harus diakui: kurang greget. Nggak kayak sekarang.

Van Tomiko manggung cuma pakai flat shoes dan dress-setengah-daster saja cakepnya minta ampun. Berhubung saya terlalu khusyuk menonton dan tidak banyak mengangkat ponsel untuk mengabadikan momen... berikut foto penampilan mbak Tomiko tempo hari yang dipotret oleh @jovidominico.

Do As Infinity tampil selama kurang lebih satu jam, membawakan sebelas lagu (ada yang bilang sepuluh, tapi di catatan saya sih totalnya sebelas track). Delapan lagu dinyanyikan lebih dahulu, lantas dilanjut sesi MC sebelum ditutup dengan tiga lagu beruntun. Hits-hits wajib seperti Tooku Made, Boukenshatachi, RakuenShinjitsu no Uta dan Fukai Mori pun tidak absen dari setlist. Ketika Fukai Mori dibawakan, seluruh penonton sing along dari awal hingga akhir. Emang dasar lagu wajib festival Jepang sih, saya rasa sedikit dari pemirsa yang tidak familier dengan Fukai Mori. Sayang, Yesterday & Today tidak dibawakan. Padahal saya sangka akan dijadikan encore...

Terima kasih Nakama Festival untuk pengalaman langka ini. Do As Infinity menambah daftar musisi Jepang yang pernah saya saksikan langsung penampilannya―sebelum ini ada Kalafina, flumpool, LiSA, T. M. Revolution, Aoi Eir, dan... siapa lagi sih? Kayaknya baru itu. Cry. Semoga tahun-tahun mendatang akan ada lagi Nakama Festival jilid berikutnya dengan kualitas yang lebih oke dan pengunjung yang lebih ramai. Promosinya diperbaiki, lah. Jangan kayak gini lagi. Toh bukan saya sendiri yang merasa Nakama Festival kebangetan kosongnya. Banyak sekali keluhan serupa yang disampaikan pengunjung via Twitter dan blog, salah satunya milik mbak Dwi Nanoki di sini

Saya nggak mau baper lagi gara-gara festival sepi. Capek hati.

z. d. imama

8 comments:

  1. Nyesel banget baru tau ini pas hari H, malemnya pula. It deserves a lot of crowd, honestly! Van Tomiko's voice is enough to lure everyone. Mungkin karena promonya kurang kenceng yah? Sayang banget :( semoga tahun depan ada lagi. Thanks for sharing!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aduh sayang lho mbak, tahunya terlambat... Padahal bisa dibilang ini festival dengan kualitas produksi paling satisfying sepanjang saya pernah datangi. Iya, semoga kelak bisa diadakan lagi.

      Delete
  2. Artikel yang bagus. Melihat Nakama yang membuka lowongan pekerjaan untuk mengisi beberapa posisi EO sementara mereka sedang sibuk dengan persiapan event ini, memang sangat disayangkan, terutama dari sisi marketing dan persiapan lainnya yang terkesan mendadak. Semoga Nakama membaca artikel ini ya ^_^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau bisa disampaikan link blog saya ke pihak Nakama-nya sendiri, tolong ya Kak huhuhu

      Delete
  3. Aku kelupaan acara ini padahal malemnya gak ada acara sehabis nonton marathon...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waduu sayang sekali kak... ini saking ngenesnya aku sampai sekarang tiap inget masih suka baper sendiri wk

      Delete
  4. Saya mulai menyesali mengapa tidak bisa tinggal di Ibukota karena Ibukota punya banyak sekali event-event seperti ini....

    Bahkan Bandung saja jarang sekali (nyaris tidak pernah??) bisa mengundang artis-artis Jepang seperti ini.

    Menangis.

    ReplyDelete
  5. Komen ah...
    Sekali lagi terima kasih kepada panitia nakama festival yang sudah muncul ke bumi . Selain lagu2 nostalgia lainya yg bikin aku seneng lagu2 baru DOAI itu komposernya mas Sawano aargghhh.....

    ReplyDelete