Monday, 20 March 2017

That One Comedic Delight is "Water Boys"


Kadang kala ada film yang membuat kita mengutuki diri sendiri setelah selesai menontonnya. Bukan karena kualitasnya jelek, tetapi karena menyesali kenapa tidak dari dulu-dulu menyaksikan film tersebut. Hal tersebut saya alami beberapa kali, salah satunya dengan Water Boys. Film yang rilis di Jepang tahun 2001 silam ini baru saya tonton 16 tahun kemudian... padahal file-nya sudah ter-download entah sejak kapan. Bego betul.

Water Boys, arguably, is one of the most hilarious Japanese movies I've ever watched.

Sangat menghibur. Kisahnya tidak ambisius ataupun pretensius. Bener-bener 'cowok SMA banget', yang mana masih mengedepankan soal persahabatan dan bertingkah bego bareng-bareng... tapi sudah mulai lirik-lirik cewek dan paham masalah mesum dikit-dikit. Saya sukses dibuat terbahak-bahak sejak sepuluh menit pertama. Film Water Boys ini lugu, apa adanya, tidak banyak tempelan sub-plot di sana-sini tapi tetap gokil.

Oh, lupa bilang. Ini film Jepang ya... karena saya #BudakYapan™.


Cerita dibuka melalui sudut pandang satu-satunya anggota klub renang SMA Tadano, Suzuki (diperankan Tsumabuki Satoshi), yang tidak pernah menang kejuaraan. Klub renang SMA Tadano tidak populer sehingga sulit mendapat anggota baru. Artinya, jika Suzuki lulus nanti, kemungkinan klub renang akan bubar. Sedih, kan. Suzuki pun sering mengalami existential crisis akibat merasa lemah dan tidak mampu menyelamatkan klubnya.

Bawaannya nangis di bawah shower. Persis kayak saya pas lagi sedih.


SMA Tadano kemudian kedatangan seorang guru, Sakuma Megumi, yang kemudian dimandati sebagai pengawas klub renang. Berhubung Sakuma-sensei ini cakep, sejumlah cowok pun berbondong-bondong mendaftar sebagai anggota baru klub renang. Namun ternyata oh ternyata... Sakuma-sensei bermaksud membentuk klub synchronized swimming dan bukan klub renang biasa. Cowok-cowok yang tadinya ingin bergabung ke klub renang pun langsung kabur semua karena synchronized swimming identik dengan anak perempuan. Tinggal Suzuki, Sato (diperankan dengan sangat geblek oleh Tamaki Hiroshi), Ohta, Kanazawa, dan Saotome yang masih tersisa.

Sakuma-sensei berencana mengadakan pertunjukan synchronized swimming untuk Festival Sekolah yang diselenggarakan sehabis libur musim panas. Masalah muncul ketika Sakuma-sensei harus cuti panjang oleh sebab suatu alasan mendesak. Suzuki dan teman-temannya jadi tidak punya pelatih untuk synchronized swimming, padahal mereka semua masih newbie. Apa yang harus mereka lakukan...?

Cowok-cowok yang termakan pesona Sakuma-sensei.

Lima orang yang tersisa.

Parah. Parah. Saya tidak bisa berhenti tertawa menyaksikan Water Boys. Minimal cengar-cengir. Bahkan memasuki beberapa menit awal saya sudah ngakak sampai tersedak-sedak. Kacau banget lah pokoknya. Walaupun terbilang sports movie, Water Boys sama sekali tidak menyentuh perkara turnamen-turnamen yang biasanya menjadi latar belakang motivasi 'kebangkitan' suatu klub atau tim olahraga. Gol tujuan Suzuki dan kawan-kawannya ya memang sebatas Festival Sekolah saja. Sederhana. Realistis. And funny as hell.

Film ini sangat ringan dan begitu happy-go-lucky, bahkan tidak ada karakter jahat di dalamnya (kalaupun ada... berarti saya yang cukup bego untuk tidak menyadarinya saking sibuk tertawa). Salah satu hal yang saya paling sukai dalam Water Boys adalah bagaimana interaksi antara Suzuki, Sato, Saotome, Ohta, dan Kanazawa diperlihatkan. Karakter mereka masing-masing berbeda, namun kelimanya bisa berteman akrab meski tidak jarang dihiasi berantem-berantem unyu yang kembali akur beberapa menit kemudian. Shots-shots yang memperlihatkan kelima cowok-cowok itu dalam satu deret juga merupakan favorit saya sepanjang film. Menyenangkan sekali melihat mereka tampil berentengan dengan kompak.

Tidak percaya? Nih, contoh-contohnya:




Seringnya, dalam sebuah film, kita sebagai penonton pasti punya satu atau dua adegan favorit yang paling membekas di kepala (kadang juga hati, soalnya bikin baper). Saya sulit menemukan scene favorit di Water Boys karena semuanya sangat kocak dan sulit untuk 'diabaikan'. Namun, ada sebuah peristiwa di game center yang paling sukses membuat saya nyengir geli. Screenshot-nya bisa dilihat di bawah ini:


Berdasarkan penilaian pribadi, saya berikan Water Boys 8.5/10. Agak bias karena saya diam-diam penggemar Tsumabuki Satoshi dan Tamaki Hiroshi, namun saya berani bilang bahwa Water Boys benar-benar menghadirkan sebuah hiburan murni yang menyenangkan dan menghangatkan hati. Bikin nostalgia pada masa-masa saya sekolah di Kyoto Tachibana High School, yang beberapa kisahnya bisa ditemukan di bagian awal-awal blog ini (mohon maklumatnya karena saya masih sangat alay di kala itu). Tentu saja, tampang cengoh Suzuki juga menjadi poin yang cukup saya nanti-nantikan sepanjang film. Tsumabuki Satoshi could totally look like a dumbass and I would still think that he's cute.


Kenapa coba nggak dari dulu nonton ini...
#PenyesalanMendalam

z. d. imama

5 comments:

  1. Belom nonton yang satu ini... alesannya cowoknya kurang unyu2.. haduuuh alesan apa iniiih hahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah saya terpelatuk di frase "kurang unyu". Menurut saya mereka cukup kyut, kok. Anak SMA lokal banyak yang lebih dekil soalnya hahahaha.. *kemudian disambit bambu runcing*

      Delete
  2. TAMAKI HIROSHI BOTAK DAN KRIBO YA AMPUUUUN HAHAHAHAHA AKU SAMPEK GAK NGENALIN :))))

    ReplyDelete
    Replies
    1. NONTON KAK CHIKA YAMPON INI GEMESH BANGET AKU CAPEK KETAWA???

      Delete
  3. GDI, I should have watch this instead of the Thai version 8")))

    sidenote: dont even try.

    ReplyDelete