Saturday 6 April 2013

For You, the Next Generation




Catatan Tanpa Judul
oleh: Zulfana Desnatya Imama
Sastra Rusia – Universitas Indonesia


Halo, adik-adikku kelas tiga SMA/SMK yang cantik-cantik dan ganteng-ganteng, yang akan menghadapi Ujian Nasional, sudah bosan belajar, dan mungkin akan membaca tulisan panjang yang agak kacau ini.

Jadi, dari mana sebaiknya aku memulai?

Terus terang, aku sedikit takut menulis hal-hal bertema menyemangati seperti ini. Aku bukan motivator populer macam Mario Teguh, bukan ustadzah tenar macam Mamah Dedeh, bukan pula sosok karismatik macam Barack Obama. Tapi semoga, setelah membaca tulisan ini, kuharap paling tidak kalian merasa sedikit lebih tenang.

Aku tidak akan banyak bercerita tentang diriku sendiri, karena aku tidak mengikuti ujian tulis SNMPTN (yang sekarang namanya ganti lagi jadi sesuatu yang tidak kuingat) dan ujian mandiri universitas, padahal temanku menasehati kalau sebaiknya tulisan bertema begini lebih ditekankan pada ujian tulis. Jadi bersukarialah, adik-adik, karena aku tidak akan curhat. Uhm, mungkin tetap ada sedikit curhat colongan, tapi yaa... kurasa tidak akan parah-parah amat.

Inti tulisan ini akan kumulai dengan dua kata:


Kenali dirimu.


Bukan dalam arti pencarian jati diri. Aku tidak sefilosofis itu. Tapi aku ingin kalian menyempatkan diri untuk menarik napas dan berpikir, mengenang, mengingat kejadian-kejadian yang pernah ada sepanjang karir kalian sebagai pelajar.

Sadari kelemahanmu.
Temukan kekuatanmu.
Cari cita-citamu.
Ketahui apa yang ingin kamu lakukan dan apa yang ingin kamu pelajari.
Apa yang menarik rasa ingin tahumu.

Dua poin terakhir bisa kalian pakai sebagai bantuan dalam menentukan pilihan jurusan/program studi universitas. Tidak apa-apa kalau kalian memang ingin sekali belajar tentang hal-hal yang sekarang jadi favorit banyak orang (misal: kedokteran, komunikasi, manajemen, akuntansi, sastra inggris), tapi memilih program studi non-favorit pun bukan aib memalukan. Semua jenis program studi universitas muncul karena lulusannya dibutuhkan oleh masyarakat, jadi aku harap kalian mau merenungkan hal ini.

Temukan tempat di mana kamu mungkin bisa berkontribusi dengan tulus dan senang.
Dengarkan suara hatimu, bukan egomu.

Kenali kekuatanmu dan kelemahanmu. Aku tidak akan menyarankan untuk mengurangi kelemahan yang kalian miliki. Tidak masalah kalau kalian punya kekurangan di satu (atau dua, atau tiga, atau empat) mata pelajaran. Itu wajar. Semasa belum jadi mahasiswa, aku adalah pelanggan tetap remidi matematika, fisika, dan kimia. Nilai sempurna untuk matematika berhasil kudapatkan hanya sampai kelas tiga SD (ini betulan, KPK dan FPB yang diajarkan di kelas 4 adalah pertanda awal kebobrokan yang membuatku sadar kalau aku memang lemah dalam berhitung).

No one’s perfect.
Weakness makes you human. It’s not a problem.
Focus on your strength.

And if you think you’re only average, don’t slack off. Don’t be satisfied just yet and stop your fight mid-way. Ingatlah bahwa “biasa-biasa saja” memiliki jarak yang sama dekat untuk ke atas atau ke bawah. You can always make a million excuses to justify your act of giving up, but if you can find one reason—just one reason—to keep going, you’ll move forward anyway.

Setelah kalian berhasil mengetahui cita-cita, menetapkan arah, dan menemukan tujuan, saranku yang kedua adalah:


Percaya.
(don’t you dare saying that I sound like Agnes Monica,
I don’t copy her “Dream, Believe, Make it Happen” catchphrase.)


Bukan yakin, ya. Percaya.
Beda-beda tipis sih, tapi “yakin” itu rasanya sedikit terlalu sombong.

Percayalah pada diri sendiri. Percayalah pada kemampuanmu. Percayalah bahwa apa yang kamu lakukan sekarang tidak akan sia-sia.

Dan yang paling penting:
percayalah pada Tuhanmu.


Jangan malu berdoa sampai menangis. Jangan segan meminta pada Tuhanmu, karena saat semesta berbalik memusuhimu, hanya Dia yang bisa memberimu perlindungan. Tapi jangan ragu menunjukkan pada-Nya seberapa keras kita berusaha, seberapa ingin kita mewujudkan cita-cita. Usaha tanpa doa, meski berhasil, tidak akan membawa berkah. Namun doa yang tidak didampingi usaha keras hanya akan membuat malaikat tertawa.

Jangan gengsian pada Tuhanmu sendiri.
Percayalah bahwa Dia melihat tiap butir keringat yang kamu cucurkan. Percayalah bahwa Dia mendengar doamu dan doa orang tuamu. Percayalah bahwa Dia akan mengabulkan permohonanmu. Tetapi yang paling utama, percayalah bahwa Dia akan memberikan apapun yang terbaik bagimu.


You may have a good plan for your life, but God always has the master plan.
And when God’s plan and yours don’t match, trust God’s.


It probably isn’t easy at first to accept God’s plan, but you’ll soon learn about changing perspectives. Because even the darkest night has its end—when the sun rises.


Don’t push yourself to be the best among others. Push yourself to be your best selfjadilah dirimu yang terbaik. No need to stress yourself in order to become number one. Remember, life is not about being the winner. Life is about being a survivor. So stay your ground, look ahead in front of you, don’t step back and fight your battles while believing that God will always watch over you.

…because anyone who survives the battles, wins.




good luck,
z. d. imama

*PS: tulisan ini juga dimuat di blog alumni SMAN 1 Surakarta, dengan sedikit penyesuaian.

2 comments: