Catatan
Tanpa Judul
oleh:
Zulfana Desnatya Imama
Sastra
Rusia – Universitas Indonesia
Halo,
adik-adikku kelas tiga SMA/SMK yang cantik-cantik dan ganteng-ganteng, yang
akan menghadapi Ujian Nasional, sudah bosan belajar, dan mungkin akan membaca
tulisan panjang yang agak kacau ini.
Jadi,
dari mana sebaiknya aku memulai?
Terus
terang, aku sedikit takut menulis hal-hal bertema menyemangati seperti ini. Aku
bukan motivator populer macam Mario Teguh, bukan ustadzah tenar macam Mamah
Dedeh, bukan pula sosok karismatik macam Barack Obama. Tapi semoga, setelah
membaca tulisan ini, kuharap paling tidak kalian merasa sedikit lebih tenang.
Aku
tidak akan banyak bercerita tentang diriku sendiri, karena aku tidak mengikuti
ujian tulis SNMPTN (yang sekarang namanya ganti lagi jadi sesuatu yang tidak
kuingat) dan ujian mandiri universitas, padahal temanku menasehati kalau sebaiknya tulisan bertema begini lebih ditekankan pada ujian tulis.
Jadi bersukarialah, adik-adik, karena aku tidak akan curhat. Uhm, mungkin tetap ada sedikit curhat colongan, tapi yaa... kurasa tidak akan parah-parah amat.
Inti
tulisan ini akan kumulai dengan dua kata:
Kenali
dirimu.
Bukan
dalam arti pencarian jati diri. Aku tidak sefilosofis itu. Tapi aku ingin
kalian menyempatkan diri untuk menarik napas dan berpikir, mengenang, mengingat
kejadian-kejadian yang pernah ada sepanjang karir kalian sebagai pelajar.
Sadari
kelemahanmu.
Temukan
kekuatanmu.
Cari
cita-citamu.
Ketahui
apa yang ingin kamu lakukan dan apa yang ingin kamu pelajari.
Apa
yang menarik rasa ingin tahumu.
Dua
poin terakhir bisa kalian pakai sebagai bantuan dalam menentukan pilihan jurusan/program
studi universitas. Tidak apa-apa kalau kalian memang ingin sekali belajar
tentang hal-hal yang sekarang jadi favorit banyak orang (misal: kedokteran,
komunikasi, manajemen, akuntansi, sastra inggris), tapi memilih program studi
non-favorit pun bukan aib memalukan. Semua
jenis program studi universitas muncul karena lulusannya dibutuhkan oleh
masyarakat, jadi aku harap kalian mau merenungkan hal ini.
Temukan
tempat di mana kamu mungkin bisa berkontribusi dengan tulus dan senang.
Dengarkan
suara hatimu, bukan egomu.
Kenali
kekuatanmu dan kelemahanmu. Aku tidak akan menyarankan untuk mengurangi
kelemahan yang kalian miliki. Tidak masalah kalau kalian punya kekurangan di
satu (atau dua, atau tiga, atau empat) mata pelajaran. Itu wajar. Semasa belum
jadi mahasiswa, aku adalah pelanggan tetap remidi matematika, fisika, dan
kimia. Nilai sempurna untuk matematika berhasil kudapatkan hanya sampai kelas
tiga SD (ini betulan, KPK dan FPB yang diajarkan di kelas 4 adalah pertanda
awal kebobrokan yang membuatku sadar kalau aku memang lemah dalam berhitung).
No one’s perfect.
Weakness makes you human. It’s not a problem.
Focus
on your strength.
And if you think you’re only
average, don’t slack off. Don’t be satisfied just yet and stop your fight
mid-way. Ingatlah bahwa “biasa-biasa saja” memiliki
jarak yang sama dekat untuk ke atas atau ke bawah. You can always make a million excuses to justify your act of giving up,
but if you can find one reason—just one reason—to keep going, you’ll move
forward anyway.
Setelah
kalian berhasil mengetahui cita-cita, menetapkan arah, dan menemukan tujuan,
saranku yang kedua adalah:
Percaya.
(don’t you dare saying that I sound like
Agnes Monica,
I don’t copy her “Dream, Believe, Make it
Happen” catchphrase.)
Bukan
yakin, ya. Percaya.
Beda-beda
tipis sih, tapi “yakin” itu rasanya sedikit terlalu sombong.
Percayalah
pada diri sendiri. Percayalah pada kemampuanmu. Percayalah bahwa apa yang kamu
lakukan sekarang tidak akan sia-sia.
Dan
yang paling penting:
percayalah pada Tuhanmu.
Jangan
malu berdoa sampai menangis. Jangan segan meminta pada Tuhanmu, karena saat
semesta berbalik memusuhimu, hanya Dia yang bisa memberimu perlindungan. Tapi jangan ragu menunjukkan pada-Nya seberapa
keras kita berusaha, seberapa ingin kita mewujudkan cita-cita. Usaha tanpa
doa, meski berhasil, tidak akan membawa berkah. Namun doa yang tidak didampingi
usaha keras hanya akan membuat malaikat tertawa.
Jangan
gengsian pada Tuhanmu sendiri.
Percayalah
bahwa Dia melihat tiap butir keringat yang kamu cucurkan. Percayalah bahwa Dia
mendengar doamu dan doa orang tuamu. Percayalah bahwa Dia akan mengabulkan
permohonanmu. Tetapi yang paling utama, percayalah bahwa Dia akan memberikan
apapun yang terbaik bagimu.
You may have a good plan for your life,
but God always has the master plan.
And when God’s plan and yours don’t
match, trust God’s.
It probably isn’t easy at
first to accept God’s plan, but you’ll soon learn about changing perspectives. Because even the darkest night has its end—when the sun rises.
Don’t push yourself to be the
best among others. Push yourself to be your best self—jadilah
dirimu yang terbaik.
No need to stress yourself in order to
become number one. Remember, life is
not about being the winner. Life
is about being a survivor.
So stay your ground, look ahead in front
of you, don’t step back and fight your battles while believing that God will
always watch over you.
…because anyone who survives the battles,
wins.
good luck,
z. d. imama
*PS: tulisan ini juga dimuat di blog alumni SMAN 1 Surakarta, dengan sedikit penyesuaian.
begitu memotivasi. +100 buat postingan ini :) !
ReplyDeletemakasih mbak pesannya :)
ReplyDelete