this is quite a serious entry.
hanya
sekadar menyampaikan apa yang ada di kepala.
ini sebatas opini saya.
perasaan
saya.
wanna know the trigger?
well, gegaranya di pelepasan siswa
sekolah gue, sebanyak
hampir seratus orang murid yang sudah mendapatkan kursi di kampus lewat SNMPTN
Undangan diminta duduk di kursi barisan depan.
and, after hearing the sitting arrangements,
some people shouted, “Boo!!”
untung waktu
itu baru gladi resik, jadi yang denger hanya orang-orang sekolah aja, nggak ada
orangtua atau wali murid (kecuali bagi anak yang orangtuanya jadi guru di
sekolah gue).
honestly i felt a little
offended.
lalu saya
mendengar bisik-bisik semacam ini dari teman-teman yang duduk di kanan-kiri:
“kenapa sih duduknya harus dibedain?”
“padahal kita sudah susah-susah menghilangkan
pembatas antara yang dapat Undangan dengan yang enggak…”
“sekolah nggak bisa biasa aja gitu, ya?”
….and some more
similar whispers.
yang
terlintas pertama di kepala saya:
“kok elo
malah nyalahin pihak sekolah, sih?”
tidakkah itu wajar jika suatu sekolah ingin
menunjukkan pada wali murid dan orangtua bahwa ada nyaris seratus siswa yang
sudah berhasil diterima kuliah?
tidakkah itu normal jika suatu sekolah ingin
memberikan sedikit kebanggaan lebih terhadap orangtua dan wali murid
siswa-siswi tersebut?
and if i may remind you, pals,
siswa-siswi
yang diterima lewat SNMPTN Undangan tidak diistimewakan.
saya
(alhamdulillah) termasuk murid yang sudah memperoleh kuliah via Undangan, dan saya
diperlakukan biasa-biasa saja. tidak ada perlakuan khusus, no.
saat
pelepasan siswa,
saya duduk
di kursi yang mereknya sama.
dalam gedung
yang sama sempit dan sama panasnya.
akan menerima
rapor dan ijazah yang terbuat dari bahan yang sama.
sama halnya
dengan teman-teman lain yang masih harus bersaing di SNMPTN Tulis.
saya hanya
duduk sedikit lebih di depan.
kenapa saat salat berjamaah kalian tidak meributkan siapa
yang berhasil dapat shaf paling
depan, tapi meributkan siapa yang duduk di depan sewaktu wisuda SMA?
kenapa kalian yang diterima lewat SNMPTN Undangan merasa telah menghilangkan
pembatas? memangnya ada?
kenapa kalian, yang dengan hebat berusaha berjuang sekali
lagi di SNMPTN Tulis,
menyoraki saat teman-teman yang lain diminta duduk di
barisan depan?
merasa direndahkan? siapa yang merendahkan?
personally, aku tidak pernah merasa ada
perbedaan antara mereka yang berhasil diterima SNMPTN Undangan, mendaftar di
SNMPTN Undangan tapi tidak diterima, dan sama sekali tidak mendapat kesempatan
untuk ikut seleksi jalur Undangan. pun, aku tidak pernah merasa sudah bersikap dan
berperilaku untuk menghilangkan pembatas antara golongan-golongan tersebut.
bagi yang
merasa sudah berpartisipasi untuk ‘meniadakan’ pembatas…
bagi yang
merasa dibeda-bedakan hanya karena urutan duduk saat wisuda…
bagi yang
merasa seharusnya sekolah bersikap ‘biasa saja’…
i’m sorry to say, tapi di mataku justru
kamulah yang menciptakan pembatas itu sendiri.
kamulah yang
diskriminatif.
Tuhan Maha Adil, kawan.
tidak ada bedanya antara
mereka yang lewat jalur SNMPTN Undangan dan SNMPTN Tulis. tidak ada yang lebih hebat.
mungkin
kalian, teman-teman pendaftar SNMPTN Tulis, sering dihibur—atau menghibur
diri—dengan kata-kata indah,
“peserta SNMPTN Tulis yang berhasil diterima itu lebih
hebat karena bisa mengalahkan ribuan peserta.”
tapi bagiku nggak gitu juga, tuh.
selama tiga tahun di SMA (atau empat
tahun untukku), peserta SNMPTN Undangan mati-matian berusaha tetap fokus pada
urusan studi ditengah godaan hanging-out,
kegiatan organisasi yang asyik, kenikmatan futsal, nonton film, pacaran, dan
lain sebagainya.
mereka kerja
keras (mungkin lebih keras dari yang lain) dalam jangka waktu lama sampai
akhirnya berhasil memperoleh tiket emas untuk ikut Undangan. jika pada akhirnya
ada yang tidak diterima dan harus ikut SNMPTN Tulis, bisa saja itu karena
memang persaingan di jurusan yang mereka pilih terlalu ketat dan nilai dari
sekolah kurang mencukupi.
tidakkah
sudah semestinya,
teman-teman
kalian yang berdarah-darah selama
tiga tahun kini tinggal menyemangati kalian peserta SNMPTN Tulis?
tidakkah
sudah semestinya,
kalian yang
usahanya selama tiga tahun mungkin kalah dari yang lain, selama satu atau dua bulan banting
tulang untuk meraih mimpi?
bagiku,
perbedaan
yang kamu sebut-sebut itu tidak pernah ada.
jika kamu
merasa dibedakan, mungkin masalahnya ada pada dirimu sendiri :)
stay original since the
day i was born,
z. d. imama
selamat ya,.. keterima di mana nih?
ReplyDeletekita senasib nih kayaknya
alhamdulillah keterima di UI :)
ReplyDeletesenasib gimana nih maksudnya?
Well, I'm the one of the fail-ers from the university invitation.
ReplyDeleteBaca ceritanya kok jadi sedih ya.
Aku failed tapi gak bisa tuh ngebenci temen yang udah senasib sepenanggungan selama 3 tahun di SMA.
Sakit hati? Iya pasti, tapi sakit hati karena menyesal telah memilih jurusan yang tidak meloloskan undangan ku.
Melihat kawan sukses ya legowo lah kalo itu bukan rezeki kita.
Malah siapa tahu ntar bisa jadi kawan bisnis.
They who did that bad things to every success kids in univ invitation will never grown ups.
I feel bad for you, just nevermind what the bakas did to you