Saturday 2 June 2012

the golden ticket called SNMPTN Undangan


this is quite a serious entry.
hanya sekadar menyampaikan apa yang ada di kepala.
ini sebatas opini saya.

perasaan saya.
curhatan saya. http://www.emocutez.com

wanna know the trigger?
well, gegaranya di pelepasan siswa sekolah gue, sebanyak hampir seratus orang murid yang sudah mendapatkan kursi di kampus lewat SNMPTN Undangan diminta duduk di kursi barisan depan.

and, after hearing the sitting arrangements, some people shouted, “Boo!!”
untung waktu itu baru gladi resik, jadi yang denger hanya orang-orang sekolah aja, nggak ada orangtua atau wali murid (kecuali bagi anak yang orangtuanya jadi guru di sekolah gue).



honestly i felt a little offended.
lalu saya mendengar bisik-bisik semacam ini dari teman-teman yang duduk di kanan-kiri:

“kenapa sih duduknya harus dibedain?”

“padahal kita sudah susah-susah menghilangkan pembatas antara yang dapat Undangan dengan yang enggak…”

“sekolah nggak bisa biasa aja gitu, ya?”

….and some more similar whispers.


yang terlintas pertama di kepala saya:
“kok elo malah nyalahin pihak sekolah, sih?”
http://www.emocutez.com

tidakkah itu wajar jika suatu sekolah ingin menunjukkan pada wali murid dan orangtua bahwa ada nyaris seratus siswa yang sudah berhasil diterima kuliah?

tidakkah itu normal jika suatu sekolah ingin memberikan sedikit kebanggaan lebih terhadap orangtua dan wali murid siswa-siswi tersebut?



and if i may remind you, pals,
siswa-siswi yang diterima lewat SNMPTN Undangan tidak diistimewakan.
saya (alhamdulillah) termasuk murid yang sudah memperoleh kuliah via Undangan, dan saya diperlakukan biasa-biasa saja. tidak ada perlakuan khusus, no.

saat pelepasan siswa,
saya duduk di kursi yang mereknya sama.
dalam gedung yang sama sempit dan sama panasnya.
akan menerima rapor dan ijazah yang terbuat dari bahan yang sama.
sama halnya dengan teman-teman lain yang masih harus bersaing di SNMPTN Tulis.

saya hanya duduk sedikit lebih di depan.
itu saja.
http://www.emocutez.com


kenapa saat salat berjamaah kalian tidak meributkan siapa yang berhasil dapat shaf paling depan, tapi meributkan siapa yang duduk di depan sewaktu wisuda SMA?

kenapa kalian yang diterima lewat SNMPTN Undangan merasa telah menghilangkan pembatas? memangnya ada?

kenapa kalian, yang dengan hebat berusaha berjuang sekali lagi di SNMPTN Tulis,
menyoraki saat teman-teman yang lain diminta duduk di barisan depan?
merasa direndahkan? siapa yang merendahkan?



personally, aku tidak pernah merasa ada perbedaan antara mereka yang berhasil diterima SNMPTN Undangan, mendaftar di SNMPTN Undangan tapi tidak diterima, dan sama sekali tidak mendapat kesempatan untuk ikut seleksi jalur Undangan. pun, aku tidak pernah merasa sudah bersikap dan berperilaku untuk menghilangkan pembatas antara golongan-golongan tersebut.

karena sebenarnya bagiku garis pemisah itu tidak ada. http://www.emocutez.com


bagi yang merasa sudah berpartisipasi untuk ‘meniadakan’ pembatas…
bagi yang merasa dibeda-bedakan hanya karena urutan duduk saat wisuda…
bagi yang merasa seharusnya sekolah bersikap ‘biasa saja’…
i’m sorry to say, tapi di mataku justru kamulah yang menciptakan pembatas itu sendiri.

http://www.emocutez.com
kamulah yang diskriminatif.


Tuhan Maha Adil, kawan.
tidak ada bedanya antara mereka yang lewat jalur SNMPTN Undangan dan SNMPTN Tulis.  tidak ada yang lebih hebat.

mungkin kalian, teman-teman pendaftar SNMPTN Tulis, sering dihibur—atau menghibur diri—dengan kata-kata indah,

“peserta SNMPTN Tulis yang berhasil diterima itu lebih hebat karena bisa mengalahkan ribuan peserta.”
http://www.emocutez.com

tapi bagiku nggak gitu juga, tuh.
selama tiga tahun di SMA (atau empat tahun untukku), peserta SNMPTN Undangan mati-matian berusaha tetap fokus pada urusan studi ditengah godaan hanging-out, kegiatan organisasi yang asyik, kenikmatan futsal, nonton film, pacaran, dan lain sebagainya.

mereka kerja keras (mungkin lebih keras dari yang lain) dalam jangka waktu lama sampai akhirnya berhasil memperoleh tiket emas untuk ikut Undangan. jika pada akhirnya ada yang tidak diterima dan harus ikut SNMPTN Tulis, bisa saja itu karena memang persaingan di jurusan yang mereka pilih terlalu ketat dan nilai dari sekolah kurang mencukupi.


tidakkah sudah semestinya,
teman-teman kalian yang berdarah-darah selama tiga tahun kini tinggal menyemangati kalian peserta SNMPTN Tulis?

tidakkah sudah semestinya,
kalian yang usahanya selama tiga tahun mungkin kalah dari yang lain, selama satu atau dua bulan banting tulang untuk meraih mimpi?


bagiku,
perbedaan yang kamu sebut-sebut itu tidak pernah ada.
jika kamu merasa dibedakan, mungkin masalahnya ada pada dirimu sendiri :)


stay original since the day i was born,
z. d. imama

3 comments:

  1. selamat ya,.. keterima di mana nih?
    kita senasib nih kayaknya

    ReplyDelete
  2. alhamdulillah keterima di UI :)
    senasib gimana nih maksudnya?

    ReplyDelete
  3. Well, I'm the one of the fail-ers from the university invitation.
    Baca ceritanya kok jadi sedih ya.
    Aku failed tapi gak bisa tuh ngebenci temen yang udah senasib sepenanggungan selama 3 tahun di SMA.
    Sakit hati? Iya pasti, tapi sakit hati karena menyesal telah memilih jurusan yang tidak meloloskan undangan ku.
    Melihat kawan sukses ya legowo lah kalo itu bukan rezeki kita.
    Malah siapa tahu ntar bisa jadi kawan bisnis.

    They who did that bad things to every success kids in univ invitation will never grown ups.

    I feel bad for you, just nevermind what the bakas did to you

    ReplyDelete