Friday 22 May 2020

#NostalgiaInQuarantine: rewatching Kamen Rider Kuuga



Usai berbulan-bulan meninggalkan blog ini mati suri, akhirnya saya menulis lagi. It's baffling how the past few months feel like a different time. My yearly planner (which now has turned into a quarantine agenda) looks wild, especially in March. Awal bulan Maret saya masih menandai banyak tanggal konser, pergi ke acara nonton DVD konser rame-rame, dan di akhir bulan yang sama sudah masuk masa karantina. Semua acara ditunda. Semua rencana dibatalkan. 

It feels surreal even now.
Last year seems so far away; a totally unrecognizable era.

Syukurlah kantor saya mampu menerapkan sistem bekerja dari rumah, sehingga ada sedikit waktu yang biasanya saya gunakan untuk komuting yang bisa dialihkan ke hobi (yang seabrek-abrek ini). Saya pun memutuskan menggeledah koleksi video-video serial, variety show, dan film yang masih belum sempat saya tonton. Membaca tumpukan buku-buku yang menunggu disentuh dan antriannya makin panjang seiring hari. Menyibukkan diri di kosan. Lumayan untuk mengalihkan perhatian, konsentrasi, sekaligus energi, apalagi pemerintah Indonesia embuh banget dalam penanganan pandemi ini. Tiap buka berita bawaannya ingin jambak-jambak jembut rambut orang saking dongkolnya.

Okay. So,

Kamen Rider Kuuga.


Dulu semasa saya kanak-kanak―meski saya tidak ingat seberapa kanak-kanaknya diri ini―, serialnya sempat ditayangkan di stasiun televisi lokal. Terus terang, saya hampir sama sekali nggak punya memori yang tersisa tentang storyline dan plot Kuuga. Ingatan saya berhenti di Odagiri Joe memerankan Godai Yusuke, pengembara yang kalau sudah bokek ya balik kerja sambilan di sebuah restoran rumahan milik pakdhe-pakdhe yang konon dulunya juga hobi berkelana. Naah... berhubung Kuuga banyak digaung-gaungkan sebagai salah satu Kamen Rider terbaik dan saya kenal orang-orang yang suka bangetbangetbanget dengan serial ini, saya memutuskan untuk rewatch. Dua puluh tahun setelah serial ini tayang di layar kaca masyarakat Jepang.

Does this live up to today's standard?

The answer is YES. 

In all capitals.

Godai Yusuke, jika dipikir-pikir, sebenarnya digambarkan sebagai sosok protagonis yang terbilang misterius. Tidak 'tersentuh'. Sepintas dia kelihatan kayak cowok kelewat optimis yang happy-go-lucky setiap hari dan selalu memperbaiki mood dan mental orang-orang di sekelilingnya, tetapi di sisi lain penonton tidak pernah dibiarkan terlalu terlibat dalam pergolakan batin yang dia alami. Bahkan pada saat dia kalah bertarung. Yusuke selalu mengacungkan ibu jari dan bilang, "Nggak apa-apa" atau "Semua akan baik-baik saja" ke semua orang dengan wajah penuh senyum. Kita sebagai penonton—atau setidaknya saya—nggak mendapatkan gambaran akurat gimana perasaan dia dengan potongan-potongan kebenaran yang semakin terkuak di tiap episode. Penonton tidak diperlihatkan secara eksplisit. Nggak ada tuh adegan Yusuke berteriak frustrasi, kebingungan dengan pilihan-pilihan yang harus dia ambil, apalagi mutung gara-gara dialah satu-satunya yang harus ambil pengorbanan terbesar. Titik terdekat saya dalam upaya memahami isi hati Godai Yusuke adalah melalui posisi Sawatari Sakurako, mahasiswi master arkeologi yang sepanjang serial kerjaannya meneliti transkrip huruf-huruf Linto dan Gurongi, juga menerka-nerka kondisi psikologis mas Yusuke. Cuma sekadar tebak-tebak buah manggis.

Jangan paksa aku untuk selalu optimis, Bang~

Godai Yusuke ikrib sama Pak Polisi Ichijou sampai jogging bareng pagi-pagi.

Support system dalam Kamen Rider Kuuga juara abis. Godai Minori, adik satu-satunya sekaligus anggota keluarga terdekat Yusuke tahu rahasia identitasnya dan bersikap suportif. Yah, meski di awal kisah dia sempat keki dan cemas, sih. But who wouldn't anyway. Bahkan kawan di pihak kepolisian yang semula cuma asisten inspektur Ichijou Kaoru aja, makin ke belakang semua orang di Unit Investigasi Gabungan Khusus jadi ngasih kepercayaan dan dukungan ke Kuuga selaku "Unidentified Creature No. 4". Kuuga memang nggak diberikan 'temen' sesama Kamen Rider seperti sejumlah serial Heisei lain, namun dia juga tidak pernah benar-benar dibiarkan berperang sendirian.

Relasi Yusuke-Ichijou digambarkan bromance maksimal. Nggak ngerti lagi. Saya belum sempat ngulik jurang gelap internet untuk meneliti lebih dalam sambil berupaya membuktikan hipotesis, tapi saya tidak akan heran jika menemukan fanfic BL yang mengusung mereka berdua sebagai pasangan. Sedekat itu. Seuwu itu. Apalagi waktu mendekati pertarungan pamungkas... 

Makin-makin, lah.

Kamen Rider Kuuga tidak diperlihatkan tiba-tiba jago. Ada momen ketika Yusuke kewalahan menggunakan kekuatannya. Ada momen ketika dia harus berlatih ekstra karena kekuatan lawan di luar kemampuannya saat itu. Ada momen ketika nasib hidup-matinya justru bergantung di keputusan musuh yang enggan menang dengan gampang karena nggak seru. Ada momen ketika Yusuke harus didorong faktor eksternal untuk membangunkan kekuatan ke titik maksimum. Perkembangan sosok jagoan yang nggak instan ini menarik banget. Menyenangkan sekali ditonton. Apalagi kekuatan Kuuga memang bukan suatu hal wajar. Protagonisnya sama-sama berusaha mempelajari dan mengenali jati dirinya yang baru, alih-alih mendadak perkasa.

Walaupun serial superhero macam sentai dan tokusatsu sepertinya tidak pernah punya bujet yang terlalu melimpah―sehingga mereka cenderung menghadirkan 'wajah baru' sebagai tokoh utama lantaran relatif murah―, sinematografi Kamen Rider Kuuga melampaui ekspektasi saya. Badai anjir. There are shots taken in certain ways that are just... tasteful. They build tensions just right. Sometimes they also scatter hints. Subtle hints all around. They really know how to convey something even without speeches. Words aren't really necessary. Koreografi pertempurannya tidak kalah cakep-cakep. Seneng deh lihat stunt motor ditampilkan jelas, nggak bruwet kusut seolah nyari celah tipuan mata. Scoring dari Sahashi Toshihiko membantu menghidupkan suasana dengan porsi yang pas. Rasanya tiap Yen bujet betul-betul dialokasikan dengan sangat tepat guna. Puas pol.

Pertempuran sesama anak motor.

Ada banyak sekali adegan-adegan favorit yang saya abadikan dalam bentuk screenshot. Saking seringnya saya tenggelam dalam screenshoot-spree, kuantitas gambar yang terkumpul sudah cukup mumpuni untuk dibikinin folder terpisah. Tapi walaupun begitu, personal ultimate pick sepanjang 49 episode Kamen Rider Kuuga adalah pertemuan Pak Ichijou dengan Rose-Tattooed Woman yang diberi kode nama "Unidentified Creature B1". IT IS SO FRIGGING COOL IT ALMOST FEELS ROMANTIC. Like, I am thisssssssssss clooooooose from shipping them together. (Forbidden-slash-impossible romance is indeed my hard kink, sorry not sorry about that).

Their first meeting. Cakep kan kan kan...

Apalagi sosok samaran manusia milik Gurongi bertato mawar satu ini ibarat terinspirasi Princess Serenity dari Sailor Moon. Aura dan pembawaannya 'Tuan Putri' banget sampai-sampai tampak out of place, nggak cocok gabung sama rakyat jelata. Saya udah deg-degan mentok pas mereka jumpa kali pertama. Antena firasat saya berkedut-kedut heboh nggak jelas, penasaran bakal di-follow up seperti apa dua karakter ini. Akankah Mbak Mawar—saya panggil gitu aja lah biar lebih gampang—mati di tangan Pak Ichijou? Atau sebaliknya? Gimana nih sutradara???

Selang beberapa episode kemudian...



AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAARRRRRRRRGGGGGGHHHHHHHH!!! *internal scream*

NGERTI KAN MAKSUD SAYA??? Ngerti kan kenapa saya menempelkan deskripsi keren-mampus-sampai-nyaris-romantis??? Gila gila gila. Monangis. Pada dua adegan terpisah yang situasinya serupa itu, konklusinya sama: Mbak Mawar pergi meninggalkan Pak Ichijou yang tersungkur dalam kondisi masih hidup. Nggak dibunuh meskipun bisa. Walau ada kemampuan dan punya kesempatan. Padahal Mbak Mawar sempat ditembakin pakai peluru khusus dan berhasil dilukai. Gimana saya nggak gregetan sendirian, coba...

Apa perlu saya turun tangan dan ngebikinin fanfic-nya?
Udah siap buka akun Archive On Our Own, nih.

*Tarik napas panjang.*
Oke, lanjut.


Secara pribadi, saya suka bagaimana desain Kuuga dengan berbagai variasi form-nya (Dragon, Pegasus, Titan, dan lain-lain) cenderung tidak ambisius. Ada satu patokan dasar dan dari situ dikembangkan secara tidak berlebihan. Bahkan tidak jarang kesannya kayak cuma recoloring. TAPI JUSTRU KEREN??? Nggak ketempelan revisi nggak penting, gitu. Terus terang saya masih gondok jika teringat Kamen Rider Gaim, yang mana Kiwami Arms-nya mendadak fakir estetika dan kalah karismatik jauh dibandingkan Kachidoki Arms.

Now tell me what looks more regal than black-and-golden combo?


My final thoughts on Kamen Rider Kuuga?

«««««

Five stars out of five. Solid. Sekarang saya mengerti—dan sangat mewajarkan—kenapa banyak orang mengelu-elukan serial ini sebagai salah satu favorit mereka, bahkan setelah puluhan judul Kamen Rider yang lebih baru, lebih modern, lebih canggih muncul di layar televisi. Kuuga is something that leans towards what's classic without feeling dated. Aspek yang membocorkan umur serial ini hanya teknologi-teknologi tertentu pada masanya, seperti display komputer atau televisi tabung. Mungkin sepuluh tahun lagi, kalau saya masih hidup, rewatching Kamen Rider Kuuga bakal jadi aktivitas menarik. Let's see if this series would age as well as it does today.


Chou henshin!

*P.S.: Dokter Tsubaki Shuichi yang dipercaya menghandel urusan perawatan medis Godai Yusuke ganteng bangetttt. Parrrahhh. Lumayan mirip Eita, pula. Auto naksir tanpa ketolong.

z. d. imama

3 comments:

  1. Karena kelamaan #dirumahaja kita mulai membuka2 memori2 lama kita ya, mulai dari film, arsip2 email dll.

    smg pandemi segera berakhir

    ReplyDelete
  2. Asli, kamen raider. Dulu sebelum pandemi saya sering makjegagik ngaca-ngaca pegang sabuk kencang-kencang dan kemudian berfantasi berubah wujud menjadi seorang kamen raider. Sungguh nostalgic.

    Sekarang harus mikirin biaya cicilan dan tagihan token listrik yang menghantui :(

    ReplyDelete
  3. Neh yg mau nostalgia kuuga, mampir ke channel youtube saya, sya juga pecinta berat serial kuuga, https://youtube.com/channel/UCIT6LYaQo41bO-LuxpXtbGA

    Yt : OK FiLM

    ReplyDelete