Jika diibaratkan menggunakan istilah-istilah romansa andalan akun-akun media sosial yang model guyonannya mentok di 'Falling in love with people you can't have' doang, Utada Hikaru bagaikan sesosok mantan gebetan sejak bertahun-tahun silam yang saya naksir berat tapi orangnya demen ilang-ilangan. Nongol tanpa pengumuman, lenyap tanpa pamitan. Tiba-tiba aja ngontak ngajak ketemuan. Tetapi kenangan-kenangan yang muncul dari perjumpaan langka kami selalu manis. Selalu indah. Selalu berkesan. Selalu tidak bisa dilupakan. Sehingga meski saya tidak berani banyak berharap apalagi menuntut, setiap waktu, setiap kali, saya bakal otomatis mengiyakan dan menyambut penuh semangat sesi-sesi langka 'reunian dengan mantan gebetan' ini. Saya tahu apa yang akan diperoleh: kebahagiaan sesaat yang bisa diingat-ingat selamanya.
Utada Hikaru is a seasonal artist, if we insist to describe her. She doesn't seem to love basking herself in the glorious spotlight and fame. She releases music because it's what she's good at. It's what she loves doing. And because she cares deeply about her music that she becomes her own self's harshest critic. She doesn't put out stuffs she doesn't accept or acknowledge, to say the least. And that explains the rareness of her tours. That also explains the lengthy in-between periods. When other pop artists in Japan tend to pull out album once a year, or at least three singles in a year only to stay relevant in the ever-changing business, Utada Hikaru's shortest gap is about two years apart. Yeah. Wanna stan Utada Hikaru? Be patient. Be less demanding for a release. That's the only two things you need to possess.
Bicara tentang tur jarang-jarang, Laughter in the Dark Tour 2018―yang entah bermodal kekuatan ilmu hitam apa bisa tersedia di streaming service seakbar Netflix―merupakan tur Utada Hikaru di Jepang setelah jeda 12 tahun. DUA BELAS TAHUN. Anjeng. Berbarengan dengan perayaan debut anniversary-nya ke dua puluh, pula. Kebayang nggak? Sepanjang dua puluh tahun berkarir di dunia musik, Hikaru―yang juga akrab disapa 'Hikki'―secara aktif bikin tur keliling Jepang hanya delapan tahun perdana. Kemudian vakum selama periode yang durasinya setara dengan mengenyam tuntas pendidikan SD - SMP - SMA. Gile.
Terus terang saya tidak berekspektasi aneh-aneh sebelum menekan tombol play di Netflix. Bukan kemarin sore saya kejeblos fandom mbak yang satu ini. Saya tahu. This is THE Utada Hikaru, a reluctant megastar, a songstress who relies at nothing else but her music and singing. Besar kemungkinan bahwa dia hanya akan berdiri di panggung, mentok jalan-jalan dikit, dan bernyanyi. No gimmicks, no theatrical acts, no excessive backdancers. Bahkan konser dimulai tanpa video pembuka atau gestur macam-macam. Cukup Utada Hikaru muncul ke tengah-tengah panggung dalam keheningan yang seketika berubah jadi gemuruh sorak dan tepuk tangan.
*あなた (Anata) starts playing*
OH HOLY HELL. Saya bersujud. Takluk. Tunduk. Menyerahkan jiwa dan segenap rasa. Konon katanya, masyarakat Jepang memiliki ribuan dewa dalam kehidupan sehari-hari mereka. Salah satu dari dewa-dewa itu pasti adalah Utada Hikaru. Yakin. Kekhawatiran awal saya tentang apakah konser ini hanya akan tampak biasa-biasa saja lantaran Hikki nggak bakalan ngapa-ngapain selain berdiri dan nyanyi, seketika dipatahkan oleh videografi dan camera works yang sungguh bikin kepengin berdzikir. The color scheme of lighting in each song, the visual presentation, the delicate extreme close-up shots... I'm dead. Even the shot towards the audience is frigging breathtaking and so aesthetically pleasing. Just one minute since concert video starts and I'm this shook. My wig: snatched.
Laughter in the Dark is heavenly to listen to. You know this. We know this. It's the most natural thing ever. Konser Utada Hikaru tidak pernah sekadar memberikan pengalaman "Oh gini ya kalau denger versi non-studio", melainkan hampir selalu menghadirkan sesuatu yang baru lewat aransemen ulang. Adaaaaaa aja yang di-tweak. Transisi dari satu lagu ke lagu lainnya pun amat sangat tidak diduga. Pernah nyangka nggak bahwasanya traveling bisa disambung sedemikian mulus dan tanpa cela ke COLORS? Kagak, kan? Ya sama. Saya juga. But that shit happened. Bitch made that happen.
Selepas COLORS, ada sesi MC sejenak yang diisi obrolan ringan dan pesan-pesan tentang tata tertib menonton konser. Terutama bagi yang merekam atau memotret dengan ponsel. Trivia: all the English sub in this Netflix streaming are done by Utada Hikaru herself. She stated in her tweet that she changed and re-phrased some bits to suit the nature and impression left by foreign language. Seru banget nggak, sih? Utada Hikaru really, really takes matters into her own hands. Jadi makin sayang.
Kemudian Prisoner of Love mengalun dan saya ambyar. Hancur berantakan. Porak-poranda. I GOT FREAKING GOOSEBUMPS Y'ALL. Di hadapan layar laptop, saya mengangkat kedua lengan, mengayunkannya di udara dengan segenap perasaan sembari menahan air mata. Utada Hikaru seolah tidak menyanyi. She breathes the song to life. And if this track is not on the top level of your most potent lagu bucin internasional then I'm so sorry to announce that you've been sorting your playlist wrong. So wrong.
Setelah keceriaan sekaligus kecentilan Kiss & Cry, transisi ke SAKURAドロップス (Sakura drops) cukup mengejutkan. Sejak awal lagu hingga pertengahan, tidak terasa ada perbedaan berarti dengan aransemennya. Standar lah. Mirip-mirip versi studio CD. However, bitch didn't run out of tricks and would never let me down. Pada refrain menuju penghujung lagu, mendadak Utada Hikaru menghampiri keyboard nganggur di atas panggung dan secara langsung menambahkan sendiri unsur synth ala 80-an. Kampreeeeeeeeetttttttt. Hal yang sama terjadi ketika Hikki membawakan Too Proud beberapa lagu kemudian. All was well and without warning, Queentada Slaykaru started rapping. Saya konslet seketika. Refleks jemari saya menekan tombol pause. Do I need at least one rap single from this bitch? Do I? Yes, I most likely do. But will she bless us with one? That is a completely different matter.
Penggemar gim Kingdom Heart dimanjakan dengan 光 (Hikari) versi orkestra. Saya lagi-lagi harus mengepel hati yang babak bundhas, remuk berserakan di lantai gara-gara medley Forevermore, First Love, dan 初恋 (Hatsukoi) digeber pada pertengahan konser tanpa kenal ampun. Mendengarkan Hikki nyanyi First Love terkesan surreal. Her voice changed. Her techniques has matured. How she carries the song also changed. Utada Hikaru adalah tipe musisi yang tidak pernah memaksakan diri untuk masuk ke dalam imej awal sebuah lagu lamanya, namun justru mengubah dan menyesuaikan lagu tersebut dengan kondiri dirinya saat ini. First Love is always a good track, but I personally think Laughter in the Dark version is far more enchanting.
Now, everyone. Praise the lords and stream Utada Hikaru's "Laughter in the Dark" Tour 2018 on Netflix. It will be two and a half hours of joy, of eargasm, of good music and pleasing visuals. It feels both grand and intimate. Raw and real. Full of heart and honesty. Sesi MC membahas banyak hal-hal personal dan pengakuan-pengakuan sederhana tentang bagaimana Utada Hikaru hidup. Bertebaran celah-celah kecil untuk mengintip bagaimana sebenarnya sosok perempuan yang kayaknya hingga detik ini masih nggak cukup menyadari seberapa besar dampak karyanya. Seberapa kuat keberadaannya. She still looks as if she's unsure. As if she's still trying to make sense of things. And I deeply love her for that.
Utada Hikaru melangkah keluar panggung tanpa gestur berlebihan. She just.. walked away. No smoke, no fireworks, no confetti, nothing. She never makes promises. Tidak ada yang tahu―bahkan mungkin termasuk Utada Hikaru sendiri―kapan tur berikutnya digelar, atau malah jangan-jangan Laughter in the Dark Tour 2018 ini akan jadi yang terakhir. Ritme rilisan-rilisan musik dari Hikki adalah misteri akbar yang Sherlock Holmes nggak bakalan sanggup memecahkan.
Setlist lengkap "Laughter in the Dark" Tour 2018:
Saya paham betul bahwa saat ini lapak Spotify tidak menyediakan audio Laughter in the Dark Tour 2018―kalau lapak iTunes sudah nangkring―, tapi jika ada di antara kalian yang ingin membandingkan nuansa lagu-lagu di konser dengan studio CD, tak perlu ragu-ragu dan silakan disimak playlist berikut ini:
For a calm-and-collected crowd of solo female singer, they are very much hyped and cheerful.
Masha Allah I cannot―udah boleh mimisan belum sih???
I ain't kidding nobody when I say this concert looks gorgeous and fucking classy.
Laughter in the Dark is heavenly to listen to. You know this. We know this. It's the most natural thing ever. Konser Utada Hikaru tidak pernah sekadar memberikan pengalaman "Oh gini ya kalau denger versi non-studio", melainkan hampir selalu menghadirkan sesuatu yang baru lewat aransemen ulang. Adaaaaaa aja yang di-tweak. Transisi dari satu lagu ke lagu lainnya pun amat sangat tidak diduga. Pernah nyangka nggak bahwasanya traveling bisa disambung sedemikian mulus dan tanpa cela ke COLORS? Kagak, kan? Ya sama. Saya juga. But that shit happened. Bitch made that happen.
Selepas COLORS, ada sesi MC sejenak yang diisi obrolan ringan dan pesan-pesan tentang tata tertib menonton konser. Terutama bagi yang merekam atau memotret dengan ponsel. Trivia: all the English sub in this Netflix streaming are done by Utada Hikaru herself. She stated in her tweet that she changed and re-phrased some bits to suit the nature and impression left by foreign language. Seru banget nggak, sih? Utada Hikaru really, really takes matters into her own hands. Jadi makin sayang.
Kemudian Prisoner of Love mengalun dan saya ambyar. Hancur berantakan. Porak-poranda. I GOT FREAKING GOOSEBUMPS Y'ALL. Di hadapan layar laptop, saya mengangkat kedua lengan, mengayunkannya di udara dengan segenap perasaan sembari menahan air mata. Utada Hikaru seolah tidak menyanyi. She breathes the song to life. And if this track is not on the top level of your most potent lagu bucin internasional then I'm so sorry to announce that you've been sorting your playlist wrong. So wrong.
Setelah keceriaan sekaligus kecentilan Kiss & Cry, transisi ke SAKURAドロップス (Sakura drops) cukup mengejutkan. Sejak awal lagu hingga pertengahan, tidak terasa ada perbedaan berarti dengan aransemennya. Standar lah. Mirip-mirip versi studio CD. However, bitch didn't run out of tricks and would never let me down. Pada refrain menuju penghujung lagu, mendadak Utada Hikaru menghampiri keyboard nganggur di atas panggung dan secara langsung menambahkan sendiri unsur synth ala 80-an. Kampreeeeeeeeetttttttt. Hal yang sama terjadi ketika Hikki membawakan Too Proud beberapa lagu kemudian. All was well and without warning, Queentada Slaykaru started rapping. Saya konslet seketika. Refleks jemari saya menekan tombol pause. Do I need at least one rap single from this bitch? Do I? Yes, I most likely do. But will she bless us with one? That is a completely different matter.
Penggemar gim Kingdom Heart dimanjakan dengan 光 (Hikari) versi orkestra. Saya lagi-lagi harus mengepel hati yang babak bundhas, remuk berserakan di lantai gara-gara medley Forevermore, First Love, dan 初恋 (Hatsukoi) digeber pada pertengahan konser tanpa kenal ampun. Mendengarkan Hikki nyanyi First Love terkesan surreal. Her voice changed. Her techniques has matured. How she carries the song also changed. Utada Hikaru adalah tipe musisi yang tidak pernah memaksakan diri untuk masuk ke dalam imej awal sebuah lagu lamanya, namun justru mengubah dan menyesuaikan lagu tersebut dengan kondiri dirinya saat ini. First Love is always a good track, but I personally think Laughter in the Dark version is far more enchanting.
Now, everyone. Praise the lords and stream Utada Hikaru's "Laughter in the Dark" Tour 2018 on Netflix. It will be two and a half hours of joy, of eargasm, of good music and pleasing visuals. It feels both grand and intimate. Raw and real. Full of heart and honesty. Sesi MC membahas banyak hal-hal personal dan pengakuan-pengakuan sederhana tentang bagaimana Utada Hikaru hidup. Bertebaran celah-celah kecil untuk mengintip bagaimana sebenarnya sosok perempuan yang kayaknya hingga detik ini masih nggak cukup menyadari seberapa besar dampak karyanya. Seberapa kuat keberadaannya. She still looks as if she's unsure. As if she's still trying to make sense of things. And I deeply love her for that.
Utada Hikaru melangkah keluar panggung tanpa gestur berlebihan. She just.. walked away. No smoke, no fireworks, no confetti, nothing. She never makes promises. Tidak ada yang tahu―bahkan mungkin termasuk Utada Hikaru sendiri―kapan tur berikutnya digelar, atau malah jangan-jangan Laughter in the Dark Tour 2018 ini akan jadi yang terakhir. Ritme rilisan-rilisan musik dari Hikki adalah misteri akbar yang Sherlock Holmes nggak bakalan sanggup memecahkan.
Setlist lengkap "Laughter in the Dark" Tour 2018:
- M1. あなた (Anata)
- M2. 道 (Michi)
- M3. traveling
- M4. COLORS
- M5. Prisoner of Love
- M6. Kiss & Cry
- M7. SAKURAドロップス (Sakura drops)
- M8. 光 (Hikari)
- M9. ともだち (Tomodachi)
- M10. Too Proud
- M11. 誓い (Chikai)
- M12. 真夏の通り雨 (Manatsu no Tooriame)
- M13. 花束を君に (Hanataba wo Kimi ni)
- M14. Forevermore
- M15. First Love
- M16. 初恋 (Hatsukoi)
- M17. Play A Love Song
- Encore: M18. 俺の彼女 (Ore no Kanojo)
- Encore: M19. Automatic
- Encore: M20. Goodbye Happiness
Saya paham betul bahwa saat ini lapak Spotify tidak menyediakan audio Laughter in the Dark Tour 2018―kalau lapak iTunes sudah nangkring―, tapi jika ada di antara kalian yang ingin membandingkan nuansa lagu-lagu di konser dengan studio CD, tak perlu ragu-ragu dan silakan disimak playlist berikut ini:
Agak merasa ada yang kurang dengan tidak dimasukkannya Beautiful World maupun 桜流し (Sakura nagashi) dalam setlist. Nggak apa-apa. Kekecewaan seremeh ini masih bisa ditahan pakai banget. Kebebasan mutlak berlaku bagi mbak Utada Hikaru, mantan gebetan kesayangan saya. Please just live happily and craft musics in happiness.
z. d. imama
No comments:
Post a Comment