Kadang, saat membaca atau menyaksikan suatu serial, saya mengernyitkan kening tanda tidak setuju dengan bagaimana sang penulis merancang pasangan tokoh rekaannya. Penentangan saya bisa hadir dalam beberapa pola. Pertama, sudah sejak awal eneg duluan. Kedua belah pihak―menurut pandangan saya selaku konsumen karya―nggak jelas dan nggak punya hal-hal yang menarik apalagi kontributif untuk disandingkan. Namun entah atas pertimbangan apa, pengarangnya gas pol aja.
Ini. Nyebelin. Banget. Tapi. Yodalah. Ya.
Ini. Nyebelin. Banget. Tapi. Yodalah. Ya.
Kedua, skenario ketika saya sejatinya tidak punya masalah khusus dengan pasangan ini di awal-awal kisah, namun lambat laun kok salah satu pihak (atau justru semuanya) mengalami perkembangan karakter yang degradatif. Jadi nggak mutu. Jadi norak. Jadi bikin saya sebel. Jadi nggak punya lagi unsur-unsur yang bikin saya tertarik dengan nasib dan masa depan mereka selaku pasangan. Bayangkan saya berdiri mengamati di kejauhan, lengan terlipat di dada, memutar bola mata seraya nyeletuk bete, "Yaelaaah bubarin aja ngapa??" Cuma yaa.. berhubung sudah kepalang tanggung, penulis tetap maksain. Apalagi kalau protagonis utama. Beuh. Bakal kekeuh bener macem simpatisan capres-cawapres.
Pola ketiga terjadi apabila ada faktor kejutan. Anggaplah dua tokoh yang sejak awal interaksinya akrab, menyenangkan, kompak sekaligus komplementatif satu sama lain sehingga pembaca―atau penonton―berharap dengan antusias, menunggu kapan mereka akan diceritakan 'resmi' bersama-sama sebagai pasangan. Eeeeeeeh ndilalah kok tiba-tiba sang penulis cerita menukik, menikung, melakukan manuver tajam dan tanpa tedeng aling-aling dia menumpas segala kemungkinan yang ada selama ini dengan seenaknya menjodohkan tokoh-tokoh tadi dengan tokoh lain yang... nggak dapet aja chemistry-nya. Apakah sekarang ada yang sedang melirik koleksi komik Bleach di lemari? Tenang. Saya mengerti perasaan itu.
Sampai sini sudah jelas kan bahwa saya nggak akan ngomongin teknik perkapalan atau hal-hal ilmiah sejenisnya? Jangan salah jamaah, guys. Apa yang hendak saya paparkan jauh lebih tidak berfaedah untuk kemaslahatan umat dunia: beberapa contoh tokoh-tokoh fiktif yang merebut hati saya dan bikin saya ingin mereka bisa jadi pasangan, tetapi kapalnya tidak pernah berlabuh.
"Me versus the author" moments.
ALAMAKJANGGGG. I ship this pairing. Wholeheartedly. So. Fucking. Hard. Ketika baca novel Harry Potter and the Prisoner of Azkaban dan ada adegan Hermione nonjok Malfoy, saya sebenernya sudah mulai merancang skenario sendiri di benak terkait mereka berdua. Ngayal halu. Terus terang, saya termasuk pihak-pihak yang tidak setuju Hermione dikisahkan menikah dengan Ron.Apalagi konon katanya budhe Rowling semula memang tidak berniat menjadikan mereka pasangan, kan. Banyak orang berpikir bahwa Hermione terlalu pintar untuk Ron, tapi saya justru tidak mempermasalahkan itu. Ada hal-hal yang lebih bikin saya kepikiran dengan kehidupan mereka selaku pasangan dibanding perbedaan level intelegensia. Gimana, ya. They are friends for years and have experienced many adventures, also dangers, together, but I don't think they match as romantic partners. As lovers. As two people living under the same roof every day and spend countless hours near each other. Do Hermione and Ron provide room for each other to grow? Do they have shared interests to talk about (other than Harry and their past adventures) and things to do and explore together? Does this fictitious couple... work?
All I can tell is that Hermione settles.
And bet my ass, it really doesn't feel like her.
This matchmaking between Ron and Hermione is anime level of betrayal.
Sementara itu, saya mengamati bahwa Hermione dan Draco justru punya banyak momen di mana kepribadian mereka bisa bergerak dan berkembang karena dipicu satu sama lain. Apalagi mempertimbangkan arah plot canon dari budhe Rowling yang menyatakan bahwa Draco tidak berhasil jadi orang jahat. He questions. He gets confused. He does his share of evil work as a teenager under constant pressures and threats. Dia cuma salah asuhan; dibesarkan di tengah keluarga Darah-Murni yang membenci setiap orang yang lahir berbeda. Keturunan campuran dicibir, punya orang tua Muggle dianggap hina, bahkan sesama Darah-Murni tapi kere ceremende juga direndahkan. Saya sanggup berbusa-busa sampai tahun 2020 ngomongin betapa Hermione harusnya bisa bersama-sama Draco. Sehingga agar volume tulisan ini masih terkendali, mari kita sudahi sejenak. Lanjut di kolom komentar saja (itu pun jika ada yang berkenan meninggalkan satu atau dua jejak).
From: the neverending series called "Meitantei Conan" I once wrote a whining post about.
Selain Hermione dan Draco, Conan dan Ai adalah pasangan yang saya dukung sepenuh hati. Awalnya, saya biasa-biasa saja terhadap Ran. Tokohnya masih terasa lucu dan cukup menyenangkan lah. Kuat, jago bela diri, tapi takut setan. Rada cerewet dan galak pun. Saya tidak punya masalah besar dengan kepribadian Mouri Ran di volume-volume awal serial Detektif Conan. Namun seiring waktu (apalagi setelah tankoubon jilid ke-50 dan diperparah lewat film demi film), mbak karateka yang konon jawara kompetisi ini kok makin lama kayaknya makin minta ditenggelemin Bu Susi ke dasar Laut Arafuru. Apa-apa dikit manggil-manggil Shinichi. Dapet masalah dikit, tanggung jawab dilimpahin ke Shinichi. Bapaknya ditangkep polisi karena tuduhan palsu, marahnya justru ke Shinichi lantaran nggak ada di lokasi―kalau dese nongol kan ngarepnya penangkapan Kogoro dicegah. Belakangan Ran juga sering lupa tentang fakta bahwa dia mampu berantem, harus nunggu dikasih motivasiMario Teguh atau Erlangga Greschinov Shinichi dulu (entah lewat telepon atau flashback masa lalu) baru deh bak-buk-bak-buk-dhuar kicking asses here and there.
Anjir. Ngetik gini aja udah bete.
*Melolong, menjambak-jambak rambut sendiri, menggelepar di lantai kamar.*
Kemunculan Haibara Ai di jilid 18 justru semula saya cuekin. "Sokap neh anak baru???" demikian kira-kira yang terlintas di benak saya. Sambil lalu. Eeehhh lambat-laun saya menyadari bahwa dinamika sosialnya dengan Conan sangat menarik diperhatikan. Diamati. Dikapalin. Mereka punya level kepercayaan yang seimbang. Mampu berdiskusi tentang banyak hal bareng-bareng. Bahkan tiap Conan fanboying Sherlock Holmes maupun Arthur Conan Doyle, Ai nggak protes. Nggak mengeluh. Justru santai menimpali―karena paham materinya―walau terkadang tanggapannya rada nge-troll. Hubungan mereka jauh, jauh, jauuh lebih sehat dan progresif.
Saya curiga hal ini disadari Aoyama-sensei sendiri. Sebab seiring dengan tumbuhnya penggemar pasangan Conan dan Ai, porsi episode fanservice Shinichi dan Ran akhir-akhir ini jadi membludak. Seolah-olah mengingatkan pembaca, siapa sebenarnya main couple di cerita yang kagak tamat-tamat itu. Haibara Ai dipaksa mundur jauh. Perannya hanya muncul sekelebat sebagai tukang obat. Nongol-nongol ngasih antidote percobaan ke Conan, yang lantas membesar jadi Shinichi selama beberapa waktu dan ngabisin durasi untuk pacaran sama Ran. I'm fuming. I'm enraged. I'm!!! Freaking!!! Angry!!!
Now, THIS is the power couple I'm talking about. Yes I know Tomoyo loves Sakura, but I deeply wish she'd be just like Kinomoto Touya who's bi af and end up together with Eriol, because... WON'T IT BE AWESOME?? And twisted as hell. Dark, twisted, and fucked-up romance is my biggest kink, I guess? And it would be nice seeing someone who don't own any drop of magical prowess stands together with once-the-strongest-wizard-ever who lived hundreds of year before reincarnated himself.
Tentu saja angan-angan saya tidak terkabul.
If any of my ship(s) sail, this kind of post would not be written.
Sebenarnya saya masih punya lebih banyak pasangan-pasangan tokoh fiksi non-canon. Mereka yang saya dukung segenap jiwa agar bersama-sama, tetapi keinginan tersebut tidak sesuai dengan kehendak penulis. Plus editor. Sayangnya jika saya paparkan semua, tulisan ini nggak bakal ada ujungnya. Lebih baik disudahi saja sebelum makin luber ke mana-mana. Sebagai penutup, saya akan menyatakan bahwa Oozora Tsubasa dan Nakazawa Sanae layak dipertanyakan sebagai pasangan yang dikisahkan menikah atas dasar cinta. Okelah, Sanae memang sudah head-over-heels dengan Tsubasa sejak belum menstruasi (do NOT argue with me on this), tapi Tsubasa...? Sejak kapan? Sejauh ingatan saya, dia justru lebih berapi-api saat ditendangi bola oleh Hyuga Kojiro dibanding momen apa pun dengan Sanae. Does he marry her for convenience only? Daripada nyari baru mending tembak aja yang udah jelas naksir, gitu.
Isi kepala saya memang gini-gini doang.
Pola ketiga terjadi apabila ada faktor kejutan. Anggaplah dua tokoh yang sejak awal interaksinya akrab, menyenangkan, kompak sekaligus komplementatif satu sama lain sehingga pembaca―atau penonton―berharap dengan antusias, menunggu kapan mereka akan diceritakan 'resmi' bersama-sama sebagai pasangan. Eeeeeeeh ndilalah kok tiba-tiba sang penulis cerita menukik, menikung, melakukan manuver tajam dan tanpa tedeng aling-aling dia menumpas segala kemungkinan yang ada selama ini dengan seenaknya menjodohkan tokoh-tokoh tadi dengan tokoh lain yang... nggak dapet aja chemistry-nya. Apakah sekarang ada yang sedang melirik koleksi komik Bleach di lemari? Tenang. Saya mengerti perasaan itu.
Sampai sini sudah jelas kan bahwa saya nggak akan ngomongin teknik perkapalan atau hal-hal ilmiah sejenisnya? Jangan salah jamaah, guys. Apa yang hendak saya paparkan jauh lebih tidak berfaedah untuk kemaslahatan umat dunia: beberapa contoh tokoh-tokoh fiktif yang merebut hati saya dan bikin saya ingin mereka bisa jadi pasangan, tetapi kapalnya tidak pernah berlabuh.
"Me versus the author" moments.
Hermione Granger x Draco Malfoy
From: Harry Potter and the Whole-ass Series about The Boy Who Lived.
Artist's credit as written on the art.
ALAMAKJANGGGG. I ship this pairing. Wholeheartedly. So. Fucking. Hard. Ketika baca novel Harry Potter and the Prisoner of Azkaban dan ada adegan Hermione nonjok Malfoy, saya sebenernya sudah mulai merancang skenario sendiri di benak terkait mereka berdua. Ngayal halu. Terus terang, saya termasuk pihak-pihak yang tidak setuju Hermione dikisahkan menikah dengan Ron.
All I can tell is that Hermione settles.
And bet my ass, it really doesn't feel like her.
This matchmaking between Ron and Hermione is anime level of betrayal.
Sementara itu, saya mengamati bahwa Hermione dan Draco justru punya banyak momen di mana kepribadian mereka bisa bergerak dan berkembang karena dipicu satu sama lain. Apalagi mempertimbangkan arah plot canon dari budhe Rowling yang menyatakan bahwa Draco tidak berhasil jadi orang jahat. He questions. He gets confused. He does his share of evil work as a teenager under constant pressures and threats. Dia cuma salah asuhan; dibesarkan di tengah keluarga Darah-Murni yang membenci setiap orang yang lahir berbeda. Keturunan campuran dicibir, punya orang tua Muggle dianggap hina, bahkan sesama Darah-Murni tapi kere ceremende juga direndahkan. Saya sanggup berbusa-busa sampai tahun 2020 ngomongin betapa Hermione harusnya bisa bersama-sama Draco. Sehingga agar volume tulisan ini masih terkendali, mari kita sudahi sejenak. Lanjut di kolom komentar saja (itu pun jika ada yang berkenan meninggalkan satu atau dua jejak).
Edogawa Conan x Haibara Ai
(or Kudo Shinichi x Miyano Shiho if you prefer their actual names)From: the neverending series called "Meitantei Conan" I once wrote a whining post about.
Selain Hermione dan Draco, Conan dan Ai adalah pasangan yang saya dukung sepenuh hati. Awalnya, saya biasa-biasa saja terhadap Ran. Tokohnya masih terasa lucu dan cukup menyenangkan lah. Kuat, jago bela diri, tapi takut setan. Rada cerewet dan galak pun. Saya tidak punya masalah besar dengan kepribadian Mouri Ran di volume-volume awal serial Detektif Conan. Namun seiring waktu (apalagi setelah tankoubon jilid ke-50 dan diperparah lewat film demi film), mbak karateka yang konon jawara kompetisi ini kok makin lama kayaknya makin minta ditenggelemin Bu Susi ke dasar Laut Arafuru. Apa-apa dikit manggil-manggil Shinichi. Dapet masalah dikit, tanggung jawab dilimpahin ke Shinichi. Bapaknya ditangkep polisi karena tuduhan palsu, marahnya justru ke Shinichi lantaran nggak ada di lokasi―kalau dese nongol kan ngarepnya penangkapan Kogoro dicegah. Belakangan Ran juga sering lupa tentang fakta bahwa dia mampu berantem, harus nunggu dikasih motivasi
Anjir. Ngetik gini aja udah bete.
*Melolong, menjambak-jambak rambut sendiri, menggelepar di lantai kamar.*
Saya curiga hal ini disadari Aoyama-sensei sendiri. Sebab seiring dengan tumbuhnya penggemar pasangan Conan dan Ai, porsi episode fanservice Shinichi dan Ran akhir-akhir ini jadi membludak. Seolah-olah mengingatkan pembaca, siapa sebenarnya main couple di cerita yang kagak tamat-tamat itu. Haibara Ai dipaksa mundur jauh. Perannya hanya muncul sekelebat sebagai tukang obat. Nongol-nongol ngasih antidote percobaan ke Conan, yang lantas membesar jadi Shinichi selama beberapa waktu dan ngabisin durasi untuk pacaran sama Ran. I'm fuming. I'm enraged. I'm!!! Freaking!!! Angry!!!
Daidouji Tomoyo x Hiiragizawa Eriol
From: Cardcaptor Sakura, which was the first ever series teaching me about sexuality without a single sexual scene. #LoveWins, people.
Shoutout to this person for editing the picture above.
Now, THIS is the power couple I'm talking about. Yes I know Tomoyo loves Sakura, but I deeply wish she'd be just like Kinomoto Touya who's bi af and end up together with Eriol, because... WON'T IT BE AWESOME?? And twisted as hell. Dark, twisted, and fucked-up romance is my biggest kink, I guess? And it would be nice seeing someone who don't own any drop of magical prowess stands together with once-the-strongest-wizard-ever who lived hundreds of year before reincarnated himself.
Tentu saja angan-angan saya tidak terkabul.
If any of my ship(s) sail, this kind of post would not be written.
Sebenarnya saya masih punya lebih banyak pasangan-pasangan tokoh fiksi non-canon. Mereka yang saya dukung segenap jiwa agar bersama-sama, tetapi keinginan tersebut tidak sesuai dengan kehendak penulis. Plus editor. Sayangnya jika saya paparkan semua, tulisan ini nggak bakal ada ujungnya. Lebih baik disudahi saja sebelum makin luber ke mana-mana. Sebagai penutup, saya akan menyatakan bahwa Oozora Tsubasa dan Nakazawa Sanae layak dipertanyakan sebagai pasangan yang dikisahkan menikah atas dasar cinta. Okelah, Sanae memang sudah head-over-heels dengan Tsubasa sejak belum menstruasi (do NOT argue with me on this), tapi Tsubasa...? Sejak kapan? Sejauh ingatan saya, dia justru lebih berapi-api saat ditendangi bola oleh Hyuga Kojiro dibanding momen apa pun dengan Sanae. Does he marry her for convenience only? Daripada nyari baru mending tembak aja yang udah jelas naksir, gitu.
Isi kepala saya memang gini-gini doang.
z. d. imama
Aku juga suka draco x hermione karena keren beda asrama dan beda kelakuan bisa bersatu, dari awal tau hermione jadinya sama ron aku nggak bisa nerima karena lho emang selama ini hermione tertarik sama ron, kok nggak keliatan :( kayak ujug2 dipasangin :( sampai sekarang aku nggak bisa nerima sih hehe monmaap
ReplyDeleteSebetulnya ngebaca karakter Hermione dan Ron sejak awal tuh emang udah kerasa ANEH BANGET kalau mereka dipaksa nikah.. nggak jelas titik temunya di mana, ya udah emang sahabatan a la Three Musketeers gitu ditambah Harry but that's it
DeleteThis writing resonate with me becos damn, Hermione really should not ended up with Ron. Draco is such a fantastic idea that I spend my days perusing fanfiction for this ship :”) it’s too bad that Rowling denied this chemistry rather harshly! Keseeel tapi mau bagaimana~ anyway do you also read dramione fanfics?
ReplyDeleteI have bunch of good Dramione fanfics in my bookmark list!! Been swimming in this corner of Harry Potter fandom since years ago :"))))
DeleteAku sebenernya ga masalah dengan romione tapi bener, sempat kepikir kalo dramione ini bakal jadi powerful couple gitu ahaha.. Dan yang terakhir, Tomoyo and Eriol haduuuh sama banget kesel karena mereka enggak canon :((
ReplyDeleteaku sukanya jelaslah Conan kui, tp lama ga beli bukunya lg, tar beli lg deh, eh btw aku balik lg hosting di blogspot hehehe
ReplyDeleteMeski saya tau judulnya sebuah ungkapan, tetap saja kepikiran soal kapal hehehe.
ReplyDeleteNumpang nyimak mba. Saya suka gaya bahasanya