July is emotionally taxing. Emosi saya rasanya terkuras habis bulan ini, untuk berbagai macam alasan berbeda. Separuh awal Juli saya gunakan untuk mengikuti berita terjebaknya satu tim sepakbola U-16 Thailand, "Wild Boar" di dalam gua Tham Luang (yang salah satu foto dokumentasi saya embat untuk pembuka tulisan ini) sampai ke aksi penyelamatan. Good news: they pulled it off. Operasi penyelamatan berhasil diselesaikan tuntas. Bad news: jatah umur saya kayaknya langsung berkurang puluhan tahun hanya dalam dua minggu―wait, isn't this another good news?
Peristiwa tim Wild Boar dan pelatih mereka, Coach Ek, terjebak di dalam kompleks gua Tham Luang adalah kondisi langka di mana saya tumben-tumbenannya dilanda baper berkepanjangan. Gelisah seharian dan susah tidur gara-gara kepikiran nasib mereka. Padahal kenal aja enggak. Terakhir kali saya secemas ini tuh ya pas Tohoku Daishinsai―alias gempa Jepang tahun 2011 silam yang saking besarnya sampai memicu tsunami. Tapi itu pun saya deg-degan karena ada sejumlah kawan dan kerabat host family yang tinggal di wilayah tersebut. Lah, dedek-dedek Wild Boar dan pelatihnya ini mah beneran bukan siapa-siapa saya. Cuma ya.. gitu. Sejak pertama kali tahu tentang situasi mereka tanggal 4 Juli lalu, tiap hari saya kerjaannya ngulik berita-berita terbaru. Mencari update informasi perkembangan terkini. Kelar baca satu artikel pasti nangis. Duh, dek. Nggak kebayang lagi deh gimana perasaan orang tua ataupun kerabat dan kawan-kawan mereka.
Banyak kerabat dan anggota keluarga yang berdoa di sekitaran gua Tham Luang. Foto dari sini.
Barangkali faktor kebaperan saya bukan sekadar terjebaknya dedek-dedek dan pelatihnya. Bagaimana masyarakat Thailand dan pihak-pihak berwenang menyikapi hal ini tuh ya.. jempolan. Berapa jempol? Jempol semua orang satu negara lah. Cirambay banget sampai sekarang kalau nginget-inget. Kalau ngulik-ngulik lagi semua artikel dan tweet bertagar #ThaiCaveRescue. Bayangkan. Sepanjang operasi pencarian dan penyelamatan, nggak ada barang sebiji berita resmi yang isinya spekulasi nyari-nyari kambing hitam; kepada siapa kesalahan sebaiknya ditimpakan. Paling-paling ya sebatas netizen ribut sendiri. Berbagai lapisan masyarakat bahu-membahu mengerahkan kemampuan mereka masing-masing, sesuai keahlian. Mereka seolah nggak peduli sama sekali terhadap hal-hal yang tidak bisa dilakukan karena keterbatasan diri. Apa yang bisa dikerjakan, itu yang ditangani. Mulai dari yang grand nan mentereng seperti menyelam di gua demi mencari rute keluar, sampai tindakan-tindakan behind the scene macam memasak makanan untuk regu penyelamat, nyuciin baju-baju penyelam dan rescuer yang kotor, ikhlas sawahnya digenangi air pompaan gua, sampai ngebersihin toilet dan kamar mandi darurat di sekitaran TKP. Target mereka satu: operasi penyelamatan berjalan selancar mungkin.
Gimana nggak mewek ngeliatnya.
Belum segambreng orang-orang yang berbondong-bondong bikin encouragement messages lewat ilustrasi, video, atau surat ke regu penyelamat dan tim Wild Boar. Widih. Bagaikan diserang fruit ninja akrobat ngerajang-rajang bawang. Ketika akhirnya―menyudahi perut mules berhari-hari―ketigabelas orang tim Wild Boar berhasil dibawa keluar oleh tim penyelamat setelah dua minggu lamanya tidak menatap matahari, saya refleks sujud syukur. Sambil nangis beler, tentu saja. Selega itu. Sehepi itu. Sebaper itu. Pengin pelukin dedek-dedek Wild Boar dan anggota kru satu per satu. Pengin ngucapin, "You did great!!" ke semua orang yang ada di TKP. Pengin cium-cium pelatih Ek karena sebagai satu-satunya orang dewasa di kondisi seterjepit itu, di tengah precil-precil, he showed immense amount of responsibility.
I write this down here so I will not forget. That updates and news regarding Tham Luang cave rescue remind me that this is exactly the kind of world I want to live in: so much empathy, compassion, good wishes, and helping hands offered without hesitation to those in need. Benevolence is, and will always be, cool.
Terima kasih, semuanya. Terima kasih atas usaha dan pengorbanan kalian. Terima kasih telah menunjukkan pada dunia―termasuk saya―tentang betapa keren dan luar biasanya menjadi manusia yang mengedepankan kemanusiaan. Terima kasih, Pak Saman Gunan, atas pengorbanan nyawa yang telah dilakukan. Dedek-dedek Wild Boar dan Coach Ek sekarang sudah keluar dari rumah sakit tanpa menderita suatu apa. Your passing will be remembered. It's not in vain, at all.
I write this down here so I will not forget. That updates and news regarding Tham Luang cave rescue remind me that this is exactly the kind of world I want to live in: so much empathy, compassion, good wishes, and helping hands offered without hesitation to those in need. Benevolence is, and will always be, cool.
This image has gone viral, but here's one source.
Terima kasih, semuanya. Terima kasih atas usaha dan pengorbanan kalian. Terima kasih telah menunjukkan pada dunia―termasuk saya―tentang betapa keren dan luar biasanya menjadi manusia yang mengedepankan kemanusiaan. Terima kasih, Pak Saman Gunan, atas pengorbanan nyawa yang telah dilakukan. Dedek-dedek Wild Boar dan Coach Ek sekarang sudah keluar dari rumah sakit tanpa menderita suatu apa. Your passing will be remembered. It's not in vain, at all.
z. d. imama
Aah bahkan baca tulisan ini, saya merinding lagi inget semua berita Tham Luang Cave :(( warga Thailand tuh ya ampun keren-keren banget! Seneng banget rasanya, tau masih ada orang yang bener-bener baik dan mengedepankan kemanusiaan :')
ReplyDeleteIyaa dan seneng banget mayoritas warga dan pemerintah Thailand bijaksana, anak-anaknya dijaga biar nggak kena overexposure...
Delete