Monday 29 January 2018

Eating Out Experience: Meatman Nikuo (Lunch Edition) and one more.


Who doesn't love lunch? Dari segala ritual makan tiga kali sehari yang jadi budaya banyak khalayak manusia, makan siang adalah satu-satunya sesi mengunyah yang sangat jarang dilewatkan orang. Bahkan berbagai pola diet pun nyaris tidak ada yang mengharamkan makan siang, meski banyak yang menganjurkan skip sarapan atau makan malam. Kali ini saya akan berbagi dua lokasi makan siang oke―berdasarkan benchmark penilaian pribadi―untuk dua kondisi dompet yang berbeda: saat sedang cukup punya duit, dan nggak terlalu punya duit. Keseimbangan hakiki. Berhubung standar tipikal milenial adalah berfoya-foya dahulu berpusing-pusing kemudian, saya mula-mula akan berbagi lunch recommendation ketika dompet masih lumayan tebal. Tempat itu tak lain dan tak bukan adalah:

Meatman Nikuo.

I guess no surprise there. Papan tandanya memang sudah terpapar mentereng di awal postingan. Placed in a small alley behind a work building, Meatman Nikuo indeed feels like a hidden gem, even more so because it doesn't have much decorations from the outside and no sign of restaurant around the building's perimeter. Namun begitu tiba di lorong yang benar dan menyusuri sepanjang jalan, mata akan disambut oleh sepetak dinding hitam pekat berhias lentera dan ornamen kayu gantung bertuliskan menu-menu yang disajikan, serta sebuah pintu geser dari kayu khas bangunan Jepang.

Ada jendela yang memperlihatkan sepintas kondisi dapur Meatman Nikuo

Pintu masuk Meatman Nikuo. Papan kuning di bawah bertuliskan "We're Open"

Sebagaimana restoran Jepang otentik pada umumnya, Meatman Nikuo menyajikan menu spesial yang hanya bisa dinikmati saat jam makan siang khusus di hari itu saja. Lunch set of the day ini disebut Higawari, dan setiap harinya dihidangkan menu berbeda. Nggak bisa milih, sih. Tapi ya gitu. Apa yang kita dapat hari ini tidak sama dengan yang akan kita dapat besok lusa kalau datang berkunjung lagi. Menarik, kan. Coba sebulan penuh makan siang pakai Higawari-nya Meatman Nikuo, barangkali bisa hapal permainan kombinasi menu dalam special lunch set mereka.

Saya lupa tidak memotret daftar kombinasi menu lunch set of the day pada saat mengunjungi Meatman Nikuo bersama teman saya, mbak Ika, hanya saja penampilan makan siang kami berdua hari itu seperti ini:

That looks way better than my food for the past month. (Picture by mbak Ika)

Berhubung detil menu Higawari siang itu lupa tidak difoto, saya akan mencoba menjabarkan semampunya masakan-masakan yang termasuk ke dalam lunch set. Sebagaimana yang terlihat pada gambar di atas, paket terdiri dari nasi putih, tiga main side dishes alias lauk utama, satu mini salad, dan tiga small side dishes termasuk sup miso. Masih bonus ocha (free refill) dan complementary after meal coffee. Lengkap bener kayak kamus edisi revisi.

Small side dishes ada di lajur bawah, terdiri dari sup wakame miso (tahu wakame kan, itu lho salah satu jenis rumput laut yang cukup populer), vegetable pickles a.k.a asinan sayuran, dan sepotong tori baitan, bakso ayam dengan sedikit taburan daun bawang. Nggak ada yang nggak enak. Mau nangis ya Rabb. Baksonya pun masih ada tekstur jelas daging cincang yang menyenangkan ketika digigit. Mini salad yang disajikan lumayan beragam isi sayur-mayur di dalamnya. Bahkan ada brokoli, bawang merah, hingga lobak merah diiris tipis-tipis segala. Bukan sekadar kol dan wortel dimayonesin macam punya Hoba-Hoba Kento.

Saya bisa menyebutkan ini ikan apa, Pak Jokowi! (Picture also by mbak Ika)

Moving on to the three main side dishes. Pertama-tama adalah saba shioyaki (atau salt-grilled mackerel) dengan didampingi tumisan sayur-mayur di bawahnya dan dilengkapi oleh daikon oroshi―parutan lobak. Ikan mackerel-nya enak, tetapi berhubung rasa asin dari garam cukup kentara sehingga memang disarankan untuk dimakan bersama nasi sebagaimana mestinya. Jangan dicemilin duluan atau belakangan. Saba shioyaki di Meatman Nikuo adalah lauk yang kenikmatan sejati baru mampu dirasakan bila didampingi nasi.

The most surprising dishes of all three. (Picture still by mbak Ika) 

Masakan yang paling bikin kaget. Sumpah. Saya mengerti dan mengakui bahwa tahu adalah bahan makanan enak, tapi nggak menyangka bahwa bisa kayak gini tingkat kelezatannya (halah). No, seriously. The dishes posted up there was The Bomb™. Semacam menyesal tidak menginvestigasi lebih lanjut apa nama menunya sehingga barangkali lain waktu bisa memesan lagi versi porsi utuh. Tahunya saat digigit lembuuuuut banget bagaikan akhlak nabi dan bumbu yang tidak overwhelming (barangkali malah cuma shoyu atau saus tiram) menyebabkan rasa asli dari bahan-bahan makanan yang dipergunakan bisa terasa seluruhnya. Tumisan jamur enoki yang jadi pendamping betul-betul jadi penyeimbang yang pas. Sumpah berasa mau nambah porsi.

 Raw fish!!!! FTW!!!1!!!! (Picture by mbak Ika.. again)

Mendapatkan maguro (tuna) mentah yang diberi sedikit aksen rasa dengan shoyu, irisan halus nori, potongan daun bawang, dan telur puyuh tentu membuat saya bersemangat. Apalagi daging tuna yang disajikan tidak berbau amis. Saya yang pada dasarnya doyan sushi dan sashimi, bahkan terbilang lumayan kalap dengan liar jika berhadapan dengan mereka termasuk nigirisushi―sushi ber-topping potongan ikan mentah yang dibentuk dengan tangan oleh chef-nya―segera melahap habis semuanya. Tandas tanpa sisa.

Segala kenikmatan duniawi terpapar di atas ternyata hanya menimbulkan financial damage sebesar Rp98,175 dengan rincian harga Higawari Rp85,000 ditambah pajak serta service charge. Tidak terlalu bikin bangkrut, sekalipun untuk jelata sekelas saya. Nikuo Meatman bisa ditemukan di Summitmas I Building (di luar gedung, berjajar dengan Kantor Pos Indonesia cabang Summitmas), Jalan Jenderal Sudirman Kav. 61-62, Jakarta Selatan. Buka setiap hari dengan jam operasi berbeda-beda. Untuk hari Senin - Sabtu: 11:30 - 14:30 & 17:30 - 22:00, sementara khusus hari Minggu 14:30 - 22:00. Jika ada di antara kalian yang pernah menyambangi Meatman Nikuo juga dan punya rekomendasi menu, silakan tulis di kolom komentar yah.

Sekarang mari memasuki babak kedua postingan ini. Kira-kira bisa makan enak di mana ketika tidak terlalu punya uang? Saat budget makan siang tidak boleh melebihi Rp50,000―bahkan diusahakan jangan sampai Rp35,000―tetapi tidak mau makan di warung demi memperbaiki mood? Sini, saya bagi informasi mengenai escape point pribadi.

Kios masakan ikan patin.

Terletak di kantin basement Menara Sudirman, Jalan Jenderal Sudirman Kav. 60, Jakarta Selatan yang akhir tahun lalu baru selesai direnovasi. Tinggal masuk ke lobi Menara Sudirman, turun satu lantai menuju kantin basement melalui tangga di samping ATM kemudian berjalan lurus ke bagian agak dalam hingga menemui lapak seperti ini:

Kamera HP saya jelek jadi cahaya lampunya pecah.

Namanya juga khusus masakan ikan patin, dagangan yang ditawarkan berkisar di variasi olahan ikan patin. Ada patin bakar, pindang patin, dan patin asam pedas. Paket satu porsi terdiri dari nasi (boleh memilih nasi putih atau merah), ikan patin, serta sambal pelengkap berupa sambal kecap dan sambal mangga muda. Bumbunya tidak terlalu pekat, sehingga barangkali bagi manusia-manusia yang kurang suka ditonjok garam maupun rempah berlebih kayak saya, masakan ini terbilang bersahabat di lidah.

Harga? Saat ini Rp28,000, setelah beberapa kali mengalami inflasi. Ketika saya pertama kali membeli, satu paket ikan patin masih dibanderol Rp25,000. Selang beberapa waktu naik menjadi Rp26,000 sebelum akhirnya berubah lagi ke harga yang sekarang, setelah kantin Menara Sudirman selesai renovasi. Masih cukup terjangkau kan? Terlebih jika mengingat ikan-ikan patin di kios ini gembrot-gembrot bukan main sampai saya yakin pasti mereka semua pernah jadi korban body-shaming oleh sesama ikan lain saat masih di dalam kolam, value for money-nya menurut saya lumayan oke kok.

Kalian pernah mencoba makan siang di mana yang berkesan?

z. d. imama

6 comments:

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Walah komentarnya dihapus.. hayo tadinya nulis apa ini ~

      Delete
  2. Mana ada ikan gembrot body shaming ke ikan lain!!! Duh gusti paringono orson sarsaparila...

    Dek Nana, hambok ya ukuran fontnya digedein dikit saja. Ya 17-18px lah, biar saya ndak perlu zoominzooomout. Mata cuman segaris ini :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah susah ini menuruti kemauan standar mas Jung, hla blog panjenengan aja ukuran font-nya lansia friendly...

      Delete
  3. SAya prnasaran sama makanan jepun di atas kui, tar kalo ke Jakarta saya nyobain ah, mudahan sempet hehehe review makanannya dahsyat ki

    ReplyDelete
  4. Aku kok jadi kepengen nyoba tahu itu ya? Tapi harga paket makan siangnya mayan mihil. Bhahak.

    ReplyDelete