Monday 15 May 2017

Playing the "If I were..." game


Kalian pernah nggak sih, merenungkan sepanjang hidup kalian lengkap dengan privileges yang dimiliki atau ketidakberuntungan yang menimpa? Lantas di dalam kepala memainkan skenario-skenario alternatif (baca: khayalan halu) yang kita inginkan untuk terjadi jika saja situasi dan kondisi diri kita berbeda dengan status quo. Saya sih sering. Gembel, memang. Tetapi kadang kala, rasanya sulit untuk tidak terjerumus dalam jurang penuh pertanyaan, "Ya Tuhan, hidup saya kenapa begini amat yah?"

Ada sejumlah hal yang biasanya paling sering hinggap di benak saya ketika sedang iseng-iseng melakukan sesi khayalan halu. Berhubung saya terlahir sebagai masyarakat kelas kere ceremende, sebagian besar skenario alternatif yang mencuat memang cenderung berkisar pada bagaimana jika saya memiliki kondisi keuangan yang lebih baik.

Apa saja, sih?

If I were born rich, I wanted to take up ballet lessons

Sebenarnya ini hasrat tersembunyi yang muncul sejak saya kelas... empat di Sekolah Dasar. Bisa terpenuhi pun, bergabung sanggar balet pada usia sepuluh tahunan sudah terbilang agak terlambat karena tidak sedikit anak-anak yang memulai latihan saat masih usia lima tahun (atau malah tiga-empat tahun sudah kursus balet).

Salah satu balerina favorit saya, Marianela Nunez, memerankan Odile/Black Swan

Barangkali jika ekonomi keluarga saya lebih baik, saya berani mengutarakan keinginan waku itu (pada dasarnya ayah saya bukan tipe yang bertanya ke anaknya, "Ada nggak kegiatan yang ingin kamu lakukan?" jadi kalau nunggu ditanya kayaknya keburu kiamat duluan).

Seorang teman mengatakan pada saya bahwa sebenarnya biaya kursus balet tidak semahal itu (entah benchmark yang digunakan berapa rupiah), tapi penting untuk digarisbawahi bahwa 'mahal' dan 'murah' bersifat relatif. Tergantung kemampuan finansial masing-masing... and unfortunately it was out of my reach, and out of what my family could afford. So, goodbye, my childhood-and-forever dream.

If I were good-looking and talented, I would join auditions

....so I can save up enough money from my own efforts to pursue higher education. Serius. Ya sebetulnya masalah ini jelas terselesaikan jika saya kaya-raya, tapi rasanya keren bisa mengumpulkan uang sendiri lewat menjadi idola (seperti jeketi-fortiet) atau mungkin fotomodel, untuk nantinya dipakai meneruskan pendidikan ke tingkat lebih lanjut.

Kepengin sekolah, hiks...

Terus terang saya pribadi tidak tertarik dengan beasiswa LPDP, yang notabene berasal dari uang rakyat, sehingga sebenarnya pilihan yang tersisa adalah mencari sponsor lain atau bayar sendiri. Agak nggak tahu diri sih mengingat betapa #SobatKizmin-nya saya ini, sok-sok pakai menolak duit negara, tetapi ya namanya sudah prinsip. Hahaha.

If I were born not as a human

Sepertinya jika terlahir bukan sebagai manusia (dan bisa memilih), mungkin saya akan mengajukan diri supaya bisa hidup sebagai kucing. Bahkan saya sebenarnya sudah curiga kalau di kehidupan sebelumnya, saya ini adalah kucing. Soalnya mau seberapa banyak pun saya tidur, bawaannya masih kepengin tidur lebih lama. Malesan banget kan...

Ketiduran di depan komputer/laptop is lyfe.

Hidup sebagai kucing sepertinya tidak terlalu punya banyak masalah. Mau beranak sebanyak apa pun juga nggak usah mencemaskan pendidikan formal dengan segala biayanya yang kian melonjak tinggi tiap tahunnya. Nggak diteriakin kofar-kafir ataupun najis sebagaimana anjing dan babi. Binatang kesayangan Rasul, pula. Kurang apa coba?

If I were to get superpowers

Ini nih. Salah satu khayalan halu saya yang cukup sering melintas di kepala bahkan sejak saya masih kanak-kanak. "Kalau punya kekuatan super yang tidak lazim dimiliki manusia, kamu ingin apa?" sudah kerap terbayang di benak saya entah berapa tahun lamanya. Mengenai ini pun, saya terus terang tidak mampu membuat keputusan final. Selalu ragu-ragu antara dua pilihan: 1) kemampuan menggerakkan benda tanpa menyentuh (or as we know it, psychokinesis/telekinesis) atau 2) kemampuan membelokkan dan menjelajah waktu (time-bending, time-traveling).

Barangkali karena saya merasa punya banyak hal yang 'seharusnya bisa dibenahi' atau 'ingin diulang lagi', maka bisa membelokkan waktu adalah semacam superpower idaman. Ditambah lagi, salah satu karakter fiksi favorit saya, Akemi Homura (dari Puella Magi Madoka Magica yang sempat saya buatkan review-nya di sini), juga mampu membelokkan waktu.

Akemi Homura kesayanganku <3

Jika boleh jujur, masih banyak lagi alternatif "Andai saja..." yang pernah melintas di benak saya. Tapi kalau ditulis semua akan jadi panjang sekali dan sedikit malu-maluin karena ketahuan jelas level halu diri ini. Jadi saya hanya tuliskan empat saja (itu pun kayaknya sudah lebih dari cukup).

Kalian bagaimana? Pernah sok berandai-andai seperti apa yang saya lakukan juga, nggak? Masa sih cuma saya sendirian yang suka begini...

z. d. imama

15 comments:

  1. If I were born rich, I wanted to take up piano lessons. Atau lebih tepatnya siih..
    Gua pingin born lebih keras kepala..
    jadinya gua lebih berani minta ke ortu untuk dikasih les piano...
    Well...
    I wish

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah piano lesson! Saya juga ingin bisa main piano sebetulnya, hahaha. Mentok-mentok cuma main pianika garagara ada mata pelajarannya pas SMP.

      Delete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kepengin bisa berak duit atau punya pohon duit ya :)))

      Delete
  3. Tentu saja saya pernah berandai-andai. Tapi, untuk lebih lengkapnya saya tulis di blog saja ya. Ehe.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waduuuh saya malah ngasih ide buat blog Mbak Kimi ya hahaha

      Delete
  4. Saya taunya if i were you nya hoobastank hrheh

    ReplyDelete
  5. Kalo balet bisa dari youtube, belajar aja.. Dimana ada kemauan disitu ada jalan dan entah dari mana pasti ada aja yg buka jalan, if you can imagine.. You can grab it.. Atau kalau gak grab yaaa.. Uber deh..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mas Puput pasti nggak paham balet dan bagaimana training-nya karena bisa enteng bilang "bisa dari YouTube, belajar aja" nih 8))))

      Delete
    2. Jaman dulu kan belum ada yutub...

      Delete
  6. Aku juga dulu pengen banget les balet, tapi apa daya tak ada yang mau membiayai. Seandainya aku jadi penari balet, mungkin tubuhku tak begini...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau mau mulai kursus balet dari sekarang sebetulnya bisa sih Kak tapi nggak semua tempat menyediakan kelas dewasa (apalagi di Indonesia?), dan kayaknya nggak bakalan bisa naik level sampai dapet pointe shoes :')))))

      Delete
  7. Kok ya spot on ini kecuali baletnya diganti les vokal :)), tapi yang berkali-kali kepikiran sih if I were rich beyond measures, would it be enough to re-made the world as I see fit

    ReplyDelete
    Replies
    1. Memang sesungguhnya uang itu memudahkan hidup... hingga pada titik tertentu.

      Delete