Thursday 3 November 2016

Doctor Strange: a Wonderful Night of an IMAX Virgin


"Clarity, detail and size make IMAX more than a movie. Our remastering—or DMR—process fully transforms every frame of a film to produce the best possible version of a filmmaker's vision. Two projectors run simultaneously to provide the perfect image with a balance of warmth and sharpness." - regarding IMAX technology, which can be found here.

Saya sudah tinggal di area Jabodetabek semenjak masuk kuliah, yang artinya empat tahun silam. And somehow I am still an IMAX virgin. Good god, my own level of 'tidak gaul'-ness never ceases to amaze me. Well, at least I was an IMAX virgin until last night... because finally I tore my hymen of never-watching-any-movies-in-IMAX-studio! Hooyah!

Okay this sounds wrong but you know what I mean, right? Mumpung masih awal bulan sehingga duit gajian masih bersisa setelah dipakai bayar-bayar tagihan, semalam saya dan Uda Anest sepakat janjian sepulang jam kerja untuk nonton Doctor Strange bareng. Tumben saya nonton film di bioskop ada temannya, hahaha. Biasanya single fighter. Alias nonton sendirian. 80% sih gara-gara nggak nemu orang yang bisa diajak pergi bersama, sedangkan 20% sisanya karena saya terlalu malas untuk menghubungi kawan (saking keseringan gagal).

Sore itu secara luar biasa kantor dipulangkan setengah jam lebih awal karena ada jadwal fogging gedung. Terima kasih, yaa Rabbi. Ini sudah pasti konspirasi Ilahi yang merestui saya untuk foya-foya. Saya segera melesat pulang, ganti baju yang lebih nyaman, kemudian melompat ke jok mamang-mamang ojek online menuju lokasi janjian.

Mainnya ke Gancit kayak orang punya duit.

Setelah sampai di lokasi langsung antri di loket. Barangkali karena memang hari kerja dan pegawai-pegawai kantoran lain masih cukup waras untuk tidak kelayapan malam-malam seperti saya karena sadar besoknya harus bangun pagi, antrian pengunjung nggak ramai-ramai amat. Apalagi untuk last showing, masih lumayan lega sehingga berhasil dapat best seat! Yay me.

WARNING: MINOR SPOILERS AHEAD.

Jempol saya lebih cakep dari tampang. Serius.

Secara sederhana, Doctor Strange ini mirip kisah kasus-kasus masyarakat awam Indonesia yang suka kurang percaya sama pengobatan medis ala dokter spesialis dan akhirnya beralih ke pengobatan alternatif berbau magis (baca: dukun) lalu mendalami ilmunya. Lha kok ternyata justru cocok.

Eh, sinopsisnya terlalu sederhana?

Ya sudah mari sedikit kita rumitkan dan panjangkan penceritaan ringkasannya, agar mirip birokrasi Indonesia. Uhuk. Sesuai judulnya, film ini mengisahkan tentang seorang dokter bedah ahli bernama Stephen Strange yang diperankan oleh Benedict Cumberbatch. Memiliki kecerdasan super dan memori fotografisbisa mengingat hanya dalam sekali lihat—karir Dr. Strange sebagai dokter melesat luar biasa cepat, membuatnya tajir melintir-lintir bak perut saya saat lagi menstruasi. Namun karena suratan takdir, suatu malam Dr. Strange mengalami kecelakaan parah dan harus merelakan karir medisnya terhempas hanya dalam kejapan mata. Surprise, surprise.

Stres. Tangan semi-paralyzed. Boro-boro operasi, cukuran aja nggak bisa...

Berbagai cara medis sudah dicoba oleh Dr. Strange, tapi nihil. One thing leads to another, and our lead character can be seen roaming about in crowded streets of Kathmandu to find someone who can help him heal. Bertemulah Dr. Strange dengan padepokan(?) klenik(?) yang dipimpin oleh The Ancient One, seorang sorcerer sakti mandraguna yang berkata bahwa dengan mengendalikan kekuatan jiwa atau spirit, maka bukan tidak mungkin regenerasi sel-sel tubuh bisa diperintahkan. Meskipun Dr. Strange tadinya nggak percaya, akhirnya dia memutuskan berguru di padepokan tersebut. Apapun demi kesembuhan!

Lagian kalau nggak begitu, nanti filmnya kelar prematur.

And this is where I stop talking about the storyline because, trust me, the lesser you're exposed to its plot and development, the better your experience will be.

Dr. Strange kena gebuk The Ancient One akibat kurang ajar.

Kesan perdana menonton di studio IMAX adalah, "Ya Allah layarnya gede!!" kayak pas masih anak-anak lalu diajak pertama kali ke Keong Mas. Suara pun terdengar jernih tanpa overwhelming. Bangkunya nyaman layaknya bioskop XXI pada umumnya. Ketika layar menggelap, saya merasa seolah 'ngambang' sambil menatap layar lebar yang dibentangkan di hadapan mata. Apalagi ternyata visual Doctor Strange cantik sekali.

I hereby declare that no one can make me dislike Doctor Strange. There, I said it. Nyaris seperti waktu saya menonton Guardian of the Galaxy, film ini amat sangat menyenangkan. Padahal materinya cukup sulit dan terbilang riskan. This movie can go wrong at so many turning points but it always manages to keep itself in check. Plot-wise, terbilang sederhana. Standar. Marvel played it safe, but it's decent for an introductory movie, perhaps because not everyone follows the original material and they wanted it to reach bigger audience. Humor dan lelucon di sana-sini yang dilontarkan pun sangat kampung nan receh, yang mana anehnya justru mengena dan masuk ke dalam atmosfer filmnya alih-alih merusak. Saat credit roll akhirnya bergulir pun rasa-rasanya saya berharap ada tombol Play yang bisa ditekan, saking kepengin menonton ulang lagi semua yang baru saja dinikmati.

Doctor Strange is in THAT level of fun.

Jadi bagi kalian yang belum menonton, segerakan untuk menunaikan ibadah menyaksikan Doctor Strange di bioskop terdekat! Termurah juga boleh jika pada kenyataannya dompet memang agak mencengkeram uang erat-erat. Sebab sensasi yang dirasakan waktu nonton di layar lebar dan layar laptop masing-masing bakal jauh banget. Sayang aja sih kalau kehilangan momen-momen penuh pesona itu. This is a wonderful ride, so please hop along!

...Saya saja kalau budget-nya masih masuk kepengin nonton lagi. Huks.

Bapak Doktor sedang berdoa agar Zulfana lekas kaya raya.

Oh, dan ternyata film Doctor Strange ini berhasil mendapatkan feedback positif hingga lebih dari 90% di situs Rotten Tomatoes, sebagaimana bisa dicek sendiri lewat sini. Makanya yuk, mari dinikmati filmnya selekasnya! Supaya bisa sama-sama memulai obrolan seru dengan kalimat pembuka, "Eh elo udah nonton Doctor Strange, belum?"

z. d. imama

3 comments:

  1. semua aktor dan aktrisnyanya nyenengin banget emang ini film. except the villain. semacam nambah list villain Marvel yang "yaelah gini doang nih?"

    but overall 8/10 for this Movie 8))))

    ReplyDelete
    Replies
    1. APA KAMU NGAJAK BERANTEM YHA PAKE NGATAIN OM MADS MIKKELSEN???
      #Fanatik #VVota

      Delete