Monday 29 August 2016

Thank God, I have a job.


Kadang-kadang kita terlalu sibuk mendongakkan kepala sepanjang waktu. Sibuk membandingkan diri dengan mereka yang posisinya jauh lebih 'mampu' dan 'berada' di atas kita. Sampai leher kita tengeng. Sampai kita tidak menyadari hal-hal penting lain, misalnya lubang besar yang menganga di depan mata... hingga akhirnya kita terjun bebas terperosok jurang. Boro-boro menyempatkan diri menunduk, menyadari keberadaan mereka yang lebih kurang beruntung, lha wong menatap berkeliling untuk menatap satu per satu apa yang saat ini kita miliki saja tidak sempat.

Pada saat postingan ini ditulis, Internet (baca: Twitter, karena kini saya terus terang nggak peduli-peduli amat dengan platform lain macam Facebook atau Path atau Instagram) lagi ramai nge-troll ciri-ciri pengguna narkoba yang dikeluarkan BNN, tapi perhatian saya justru tersedot pada sebuah tweet yang diposting @setyaoctaa.

Foto yang dilampirkan dalam tweet itu membuat tenggorokan saya kering seketika.


Tulisan di kertas:
NEED A JOB.
Management.
Experience 3 1/2 years.

Dear mother, help me because I almost shed a tear.

Berdasarkan informasi dari tweet yang saya lihat, mas-mas (bapak-bapak?) ini terlihat berdiri di sekitaran Jalan Biliton, Surabaya. Barangkali beberapa orang akan nyeletuk, "Lah daripada berdiri kayak gitu di tepi jalan mendingan aktif lamar-lamar kerjaan lewat situs job vacancy atau masuk-masukin CV ke perusahaan langsung?"

And yet, this dude probably already did them all.


Antara belum dapat panggilan, atau kandas di sesi wawancara, cuma dia dan Tuhan yang tahu. Lantas di sela-sela waktunya dia memutuskan untuk menjajal peruntungan dengan berpegal-pegal di pinggiran jalanan, terpapar panas dan asap kendaraan, bau keringat (pakai jas begitu di luar ruangan ki sumuk tenan lho) bermodal harapan ada yang melihat dan berkenan menghampiri dia untuk memberi kesempatan kerja.


Melihat foto itu, dada saya ampek.

Nyesek. Seolah-olah ditindih koper seberat 30 kilogram, yang biasa dibawa anak-anak exchange student atau mahasiswa-mahasiswa yang kuliah di luar negeri. Sedih sekaligus tertohok, karena saya, anak baru lulus awal tahun 2016 yang belum genap setahun bekerja di sebuah perusahaan Jepang kadang-kadang kurang bersyukur terhadap apa yang saya miliki sekarang. Betapa seharusnya saya merasa lega karena punya penghasilan sendiri, tidak perlu menyusahkan orang tua lagi di kampung halaman. Dan memergoki tweet yang memuat si bapak, bisa jadi adalah hal yang patut disyukuri juga, karena sudah membuat saya teringat kembali bertumpuk-tumpuk hal baik yang pernah terjadi dalam hidup saya.

Bapak itu mungkin kondisinya tidak seberuntung saya yang masih single (maaf numpang iklan). Barangkali dia sudah berkeluarga, atau bahkan memiliki anak. Yang artinya, urgensi untuk mendapatkan pemasukan jauh bertambah berkali-kali lipat. Barangkali pula dia tidak mengundurkan diri dari kantornya yang lama, but he was laid-off. Maybe his previous company collapse because of this bad economy, or they simply don't have any work for him anymore. Saya hanya bisa mendoakan semoga si bapak segera mendapatkan pekerjaan yang baik.

Amin.

z. d. imama

3 comments:

  1. Duh baca ini jadi merasa bersyukur banget bisa punya kerjaan. >.<

    ReplyDelete
  2. Refleksi dirinya kok asik. Masukin feedreaderku ah

    ReplyDelete
  3. demi apa itu foto menohok banget :((
    bener nih kita harus pandai-pandai bersyukur banget

    ReplyDelete