Sunday, 21 August 2016

Spirited Away... to #GhibliJKT


Actually, the event happened yesterday, and the only reason I write this entry tonight is because I was too busy savoring those wonderful, overwhelming post-event feelings. Jarang-jarang saya merasakan sensasi semacam ini sepanjang hidup, jadi saat perasaan itu hadir, saya memilih untuk menikmatinya dulu sendirian (karena sejatinya, saya orangnya pelit).

Mungkin beberapa dari kalian yang menjenguk blog saya, sudah sempat mendengar riuh-rendah mengenai #GhibliJKT di media sosial khususnya Twitter. Atau barangkali justru ikut berpartisipasi. Singkatnya, awal mula #GhibliJKT adalah sebuah tweet yang dilahirkan dari jempol Mbak Keinesasih sebagaimana tertera di bawah ini:



Sebagai salah satu manusia yang nangis tersedu-sedu saat menonton sejumlah film-film karya Studio Ghibli, saya tentu tidak ketinggalan untuk turut mengisi survei di tautan yang disediakan. Pada bagian pertama survei kami diharuskan mengisi biodata. Itu mah gampang, lah. Toh mana mungkin saya ngaku-ngaku sebagai Mia Wasikowska atau Kitagawa Keiko. Tetapi masalah muncul tatkala mata saya tertumbuk pada dua pertanyaan terakhir dengan kolom jawaban berformat esai: "Why do you love Ghibli films?" dan "If you have the chance to meet people from Studio Ghibli, what would you say to them?"

Kurang lebih seperti itu. Saya agak lupa verbatim pertanyaannya, but you get the gist of it. Dan di dua pertanyaan tadi, jemari saya mengambang sejenak di atas permukaan keyboard laptop. Terus terang, itu bukan hal yang mudah untuk dijawab. Banyak hal bergumul kusut dalam benak dan hati saya setiap hati ditanya "Kenapa sih elo suka film-film Ghibli?", yang mana menguraikannya akan membutuhkan sedikit kerja ekstra.

Tapi sekian detik kemudian saya menulis.

Jemari saya bergerak kembali, mengetikkan kata demi kata yang (walau masih berantakan) semoga cukup mewakili perasaan. Dan seiring kalimat yang saya letakkan dalam kolom jawaban, pandangan saya berangsur buram. Mata saya memanas. Dada saya menyesak.

...FAK, MAU NANGIS.

Mengenang perkenalan perdana saya dengan film-film karya Studio Ghibli sukses membuat saya nyaris mewek. Sungguh luar biasa. Tidak semua film animasi bisa menimbulkan reaksi sejenis ini lho. Dan ngomong-ngomong, film Ghibli pertama yang saya tonton adalah Kaze no Tani no Nausicaa (bahasa Inggris: Nausicaa of the Valley of the Wind), pas jaman-jaman rental kaset anime masih booming dan nongkrong di situ sepulang sekolah hukumnya fardu 'ain.

Movie poster for "Kaze no Tani no Nausicaa"

Anehnya, makin jauh saya mengisi survei untuk mengikuti event #GhibliJKT, saya makin ikhlas. Tidak ada perasaan ngoyo harus menang. Berharap, masih. Tapi tidak banyak. Selesai mengisi survei dan menekan tombol 'Submit', entah kenapa rasanya seolah ada beban luar biasa hebat yang dilepaskan dari dada saya. Seperti berhasil menyampaikan pengakuan yang sudah dipendam bertahun-tahun karena tidak pernah tahu harus disampaikan kepada siapa, kapan, dan dalam momentum apa.

Harapan saya hanya satu: apa yang saya tulis bisa sampai kepada orang-orang Studio Ghibli. 

Hence, I wrote this tweet.


Apalagi ternyata jumlah total survei yang masuk mencapai lebih dari 3500 entri. DHUAR. Mantap, bro. Menjadi 150 orang terseleksi dari 3500 bukan hal yang sepele juga sih. So there comes another reason to be "legowo" from the very start. Tapi meskipun demikian, tetap saja jantung saya breakdance ketika Jumat malamnya, sehari sebelum acara dijadwalkan, daftar 150 orang pemenang tiket limited screening #GhibliJKT diumumkan.

Out of curiosity, I opened the link directed to @kaningapictures Instagram account.

And my breath literally caught in my throat for five whole seconds when I saw this part:

LOOK AT THE HIGHLIGHTED SECTION!

I. SAW. MY. NAME. 
Holy mother of Ponyo, my name was there!

I froze for five seconds with hitched breath. And when eventually realization kicked in, my hands holding my phone began to tremble. My stomach churned. I felt like my feet were afloat. I broke out in a cold sweat within seconds, and none of these are made-up stories

Langsung mules. Lambung saya bak diremas, dicincang, lalu diblender. Saya mendapat kesempatan bertemu eyang-eyang yang jauh-jauh datang dari Jepang dan perut saya bergolak nggak karuan. Nervous seketika. Malam itu, saya nyaris nggak bisa tidur. Antara nggak percaya dengan apa yang baru saja terjadi, bercampur kegundahan-kegundahan lain yang sungguh darurat nan amat penting seperti, "ADUH MAK, GUE PAKE BAJU APA BESOK SEWAKTU BAKAL MENGHIRUP UDARA DI DALAM RUANGAN YANG SAMA DENGAN SUZUKI-SENSEI??"

Tadinya sempat kepikiran mau pakai pakaian Ihram. Because, you know, bertatap muka dengan Suzuki Toshio-sensei bagi saya nyaris sama sakralnya dengan menunaikan ibadah umrah atau haji. Namun disebabkan alasan satu dan lainnya, niat itu akhirnya terpaksa saya urungkan (dengan cukup berat hati).

...and then August 20th came.

Saya datang ke lokasi (Cinema XXI Plaza Senayan) beberapa jam lebih awal. Alasannya cukup banyak. Pertama, saya kena pre-event anxiety attack jika berlama-lama di kamar kosan... jadi mendingan sekalian saja berangkat. Kedua, antisipasi kalau-kalau saya kesasar dalam Plaza Senayan, mengingat track record nyasar di mal selama ini cukup impresif.

Tapi yang penting saya bisa selamat sampai di tempat tujuan tanpa terlambat. Menjelang pukul 14:00 (jadwal pembukaan sesi registrasi ulang), pemenang survei sudah mulai ramai memenuhi lobi Cinema XXI. Wajah mereka ada yang harap-harap cemas, ada yang sumringah terang-terangan, ada juga yang masih menahan gejolak perut seperti saya.


Beberapa saat setelah pukul 14:00, bisa dilihat bahwa barisan antrian untuk registrasi ulang mulai terbentuk.



Suasana di meja registrasi mirip-mirip pas mau ngisi buku tamu kondangan, hihihi. Yang perlu dilakukan peserta pemenang survei hanya menunjukkan bukti berupa e-mail yang diterima dari Kaninga Pictures lalu tanda tangan di daftar nama yang sudah disediakan. SURPRISE SURPRISE : dapat merchandise dari Studio Ghibli berupa keychain!

Klasemen sementara
Ghibli: 1 | Neko Atsume: 0

Begitu studio dibuka, saya segera masuk biar bisa lekas duduk. Saya tipe manusia yang merasa agak kurang nyaman apabila harus berjalan lalu-lalang di hadapan penonton-penonton lain yang sudah duduk manis duluan di bangku mereka masing-masing, sehingga sebisa mungkin ingin menempatkan diri lebih awal.

Ternyata... kursi saya posisinya cukup di tengah! Posisi duduknya enak, nyaman. Nggak perlu miringin kepala ke kanan ataupun ke kiri untuk dapat the whole view of the screen. Sungguh luar biasa. Kayaknya jatah keberuntungan saya bulan ini disedot habis saat #GhibliJKT.

masih boleh foto-foto, film belum dimulai :D

Sen to Chihiro no Kamikakushi (Spirited Away) ini adalah film ketiga Ghibli yang bisa saya tonton di layar lebar. Rekor dipecahkan oleh Karigurashi no Arietty (The Secret World of Arietty), yang kala itu saya tonton di bioskop Jepang ketika masih menjadi exchange student di SMA Tachibana, Kyoto, beberapa tahun silam. Kali kedua adalah Kaze Tachinu (The Wind Rises), yang mana sempat diputar di blitzmegaplex, sebelum namanya berubah jadi CGVblitz.

Rasanya bagaimana, Sen to Chihiro no Kamikakushi dengan sentuhan teknologi bioskop? 

SUNGGUH MEMESONA. Karigurashi no Arietty was beautiful and mesmerizing all right, but Sen to Chihiro no Kamikakushi was... breathtaking. Now I know why this masterpiece won an OscarScoring dari Hisaishi-sensei terdengar luar biasa jelas, not even my headset could compare, dan saya hampir saja nangis berleleran gara-gara intensitas yang ditimbulkan.

Now, straight to the dessert:
Special attendance (appearance?) of Studio Ghibli team members, and Suzuki Toshio-sensei.
(Trivia: we sang "Happy Birthday" together the moment he and his team entered the studio!)


Kursi-kursi dan meja ditata di bagian depan studio seusai pemutaran film. Semua peserta langsung heboh. Yang tadinya duduk di barisan belakang berduyun-duyun mencari bangku kosong di lajur depan. And yeah, you read that right. ADA BANGKU KOSONG. That only means, some of the ticket winners bailed out in the last minutes. What a bunch of ungrateful people. *shot them with judgmental, death stares*

Kemudian, tiba-tiba, mas-mas MC mengatakan: "Yak, bagi yang ingin dapat tanda tangan dari Suzuki-sensei harap mengantri di sebelah sini."

WHAT?

Tunggu dulu!! Minta tanda tangan?! Right there, right then? Waaaa...! Nggak bener nih, huhuhu... Sebab sebelumnya saya sudah bertanya langsung ke pihak Kaninga Pictures dan panitia penyelenggara acara mengenai sesi signing alias minta tanda tangan, dan responnya bisa dilihat di bawah ini:

(Mbak Willawati, kenapa Anda pada hari itu memilih untuk menandaskan harapan saya?)
*cry until my tears extinguish the fire in our rain forests*

SEKETIKA PANIK LAH SAYA.
PANIK BERAT.

"Modyar, gue kagak bawa apa-apa yang bisa ditandatangani!" begitulah jeritan hati. 

But seriously, for the sake of Zeniba, gimana sih situasi ini huhu... Kenapa mendadak akhirnya kami diberi waktu untuk minta tanda tangan Suzuki-sensei? Tahu gitu kan lebih baik dari awal saya nggak nanya-nanya apapun ke panitia... Supaya minimal tetap siap tempur.

Saya mengaduk-aduk isi tas. Hasil: nihil. NONE. Nggak ada benda yang bisa dipakai jadi tempat minta tanda tangan. 

Tidak ada printout poster. Tidak ada buku catatan sekecil apa pun. Mau suruh tanda tangan di baju? Sulit. Karena pakaian saya hari itu bukan kaos longgar yang bisa diolor-olor di permukaan meja. Gawat, nih. Saya bisa menyesal tujuh turunan kalau sampai menyia-nyiakan peluang emas ini (dapat tanda tangan salah satu tokoh besar Studio Ghibli tanpa harus ke Jepang).

Saya pun bangkit dari kursi. Seraya memutar otak, memikirkan apa benda potensial yang dapat dimanfaatkan sebagai "penerima" coretan Suzuki-sensei, saya nekat masuk ke dalam antrean peserta yang hendak minta tanda tangan.

...and then when I saw rows of empty seats with equally empty popcorn boxes and soda glasses, I felt as if someone just turned on the lamp within my brain. So, my hand, with speed almost faster than Quicksilver, snatched this thing from the closest seat (and I didn't forget to make sure that there was nothing inside):

DEAR LORD I AM SO SORRY BUT I MADE SUZUKI-SENSEI SIGN A PAPER 
WHICH COMES FROM USED POPCORN BOX
(this is my 2016 year confession)

In my defense, I was being incredibly creative. And, well, somehow good at 'recycling', too. All I did was open up all the folds to take out the white part inside and choose the cleaner, upper part section (the area which hadn't contaminated with butter grease). AND THAT WAS IT.

It was only natural if I trembled (again) when the line got shorter and I finally could see Suzuki-sensei clearer. I was gonna ask him to sign something that is actually a trash... Anyone who wouldn't be super nervous in my situation is either incredibly shameless, or very put together. Oh hey, the big lump in my throat did a comeback as well. How nice. Now I could not speak properly, too.


Eventually, my turn came... 

And what made me nearly bursting into tears (again) was because Suzuki-sensei, with a smile on his face, signed my recycled-from-used-popcorn-box piece of paper. And he shook my hands after that! HE. SHOOK. MY. RAKYAT. JELATA. HANDS. And although this sounds not-so-hygienic, I might not really want to wash my hands until... well, at least, next month.

.
SEE THAT INSIGNIFICANT BEING WEARING PINK ON THE LEFT?
....That was me. and Suzuki-sensei was signing my insignificant paper.
(he's so humble and highly-spirited I wanted to weep from respecting someone so much)

A couple of minutes later...
I got my newest treasure!

I PROMISE MYSELF: I WILL NEVER HAND THIS OVER TO ANYONE.

That small piece of bekas wadah popcorn is a treasure that no one can snatch away from me. Not now, not tomorrow. Like, not ever. Yesterday I walked home feeling giddy, with my chest swelling from happiness, and it was the best feeling ever.

Thank you, Suzuki Toshio-sensei and Studio Ghibli team members, for your willingness to visit Indonesia. 

Thank you very much, Kaninga Pictures and Marubeni, for making this miracle-like event came true. Thanks to you too, Mbak Ines (and other people who I can't mention) who carefully read my words on the survey sheets and decided to give me this opportunity. It means so much to me, and I earnestly hope yesterday's #GhibliJKT event won't be the last.

z. d. imama

9 comments:

  1. Sedih rasanya,kita sama2 penggemar begini namun aku tdk lolos seleksi.fortune for glory to you boro.berharap bisa datangkan ghibli d tahun depan lagi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya sebenarnya juga tidak menyangka bisa lolos... tapi mungkin ke depannya, kalau ada survey seperti ini yang meminta jawaban esai, coba jawabannya dipikirkan benar-benar. Kayak ngisi ulangan semesteran gitu deh, siapa tahu perasaan kamu akan lebih tersampaikan ke tim penilai lalu dapat kesempatan! Soalnya saya kemarin ngisinya sampai bumpet mau nangis :)))

      Delete
    2. Ya terima kasih atas sarannya kak.berharap bisa datangkan ghibli di tahun depan.soalnya udah nge fans ghibli sejak kecil di tahun 2001.waktu pertama kali dengar "spirited away"di indonesia.

      Delete
  2. Waaaaa seneng banget baca beginian. Pengen banget ikut nyempil-nyempil (soalnya yakin pasti bakal ada yang batal) nonton sayangnya jam segitu udah kudu ke luar kotaaaaa. Cryyyyyyy~

    Kamu udah ke Studio Ghibli di Jepang? Wajib banget dikunjungi. Aku pas ke sana sampai mbrebes mili. T___T

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kak Chikaaa... terima kasih sudah berkenan mampir ke blog saya!

      Belum sempat ke sana, Kak. Pengin sih, tapi nabung dulu... *menyisihkan recehan di celengan babi
      Tiket Ghibli Museum kan harus pre-booked ya Kak? Boleh minta tolong diberitahu waktu itu belinya di mana dan bagaimana? Apakah ke Jepang dulu baru booking di Lawson atau sudah jauh-jauh hari beli?

      Delete
    2. Iyaaaa tiket Ghibli Museum kudu beli di Lawson dan penjualannya dibuka sebulan sebelumnya. Nah aku waktu itu KEHABISAN DONG padahal mesennya dari jauh-jauh hari (minta tolong temen yang ada di Jepang). Terus akhirnya beli ke calo online (ada website yang jual tiket Ghibli) dan harganya 5x lipat. T______T

      Karena tanggung udah sampe Jepang kalau gak ke Ghibli rasanya gimana gitu, terpaksa dibeli deh itu tiket yang mahalnya selangit. Untuuuung pas nyampe sana puas dan bahagia. Kalau ke Jepang mau balik lagi ke sana, karena kemaren cuma 3 jam di sana. Belum sempet nyobain cafe-nya pula. >.<

      Delete
  3. Wahh jadi penasaran sama yang namanya Ghibli... 🙄🙄

    ReplyDelete
    Replies
    1. Coba saja nonton :D
      Bisa mulai dari yang ringan-ringan seperti Tonari no Totoro (My Neighbor Totoro) atau Gake no Ue no Ponyo (Ponyo)... baru nanti merambah ke yang lebih serius dan 'dark'seperti Howl no Ugoku Shiro (Howl's Moving Castle), Sen to Chihiro no Kamikakushi (Spirited Away, seperti film yang disebut di atas), atau Mononoke Hime (Princess Mononoke).

      Delete
  4. saya kok baru baca ini, dan,,, knp toh akun twitterku ndak difolbek kak? hahahaha receh

    ReplyDelete