Friday 12 August 2016

Kos-kosan 101: A new place to call home!


Home is not something you take for granted. That much, I know perfectly. Sebagai salah satu manusia-manusia perantau di Jakarta, tentunya urusan PSP (pangan, sandang, papan) menjadi suatu perkara yang perlu dipikirkan dan ditangani sendiri. Apalagi dengan jarak kampung halaman yang jauh membuat saya tidak bisa mudah bolak-balik rumah-perantauan, sehingga urusan papan, alias tempat tinggal, menjadi hal krusial. Entah sejak kapan, muncul kriteria-kriteria tertentu yang harus dipenuhi oleh calon kamar yang hendak saya huni. Udah kayak jodoh aja, lah. Saya jadi punya beberapa standar ruangan tersendiri―dan itu tidak hanya berputar-putar di masalah bujet.

Semasa saya kuliah, menemukan tempat kos bukan masalah rumit. Secara lokasi pasti di situ-situ saja, yakni sekitaran area kampus sendiri. Ya iyalah... ngapain juga saya ngekos di dekat UNJ kalau kuliahnya di UI? Keputusan hanya mencakup tega-nggak-sih-suruh-orang-tua-bayar-duit-segini-buat-kos-kosan. Maklum, waktu itu saya cuma sanggup numpang part-time nggak penting sini-situ buat uang jajan. Biaya kosan masih dikirimin orang tua.

kamar kos saya sewaktu ngampus
(sempit tapi unyu)


Kebutuhan saya saat itu hanya satu: ada meja di kamar yang bisa dipakai belajar. Sebab saya bukan termasuk golongan umat yang bisa ngerjain tugas di atas kasur, atau di lantai. Kasur ya buat tidur. Di lantai? Uh... nggak nyaman. Saya suka menendang-nendang kaki meja atau kursi saat sedang stuck mengerjakan PR. I cannot do that if I work my ass on the floor.

Oh, wait a moment. Ada satu lagi yang saya wajibkan. Kamar mandi dalam. Because I have this weird feeling of unwillingness to share bathroom with some strangers, or some kos-kosan mates. Geli sih kalau memergoki saluran air tersumbat rambut-rambut rontok yang bukan milik saya sendiri.. Apalagi kalau sudah tercampur endapan sabun-plus-ekstrak daki yang menggumpal. Nggak diambil, bikin mampet. Mau ngambil juga rada jijik. Huhuhu. Dilematis.


Karena kamar kos lama saya memenuhi semua kriteria itu dan harganya murah meriah, saya ambil deh tanpa pikir panjang. Nggak pindah-pindah pula dari sana sampai saya lulus kuliah bulan Februari lalu. Masalah baru mencuat setelah saya diterima bekerja di satu perusahaan Jepang yang berlokasi di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta. men. Bolak-balik Depok-Sudirman sebanyak lima hari dalam sepekan sama saja cari mati. KRL penuh sesak. Jalanan ramai luar biasa. Saya sebagai anak rantau terus terang males banget jika harus menghadapi situasi macam itu on a daily basis.

Because I CAN help it.
I can move to a closer place.

Nggak harus di belakang gedung kantor juga sih, but definitely somewhere closer to my workplace. Suatu tempat yang kondisi dan jarak tempuhnya nggak sesadis Depok-Sudirman.

Ini peron stasiun KRL atau pepes teri?

Di tahap inilah saya menyadari kalau mencari tempat tinggal yang cocok itu sungguh tidak mudah. Saya termasuk orang yang sangat membutuhkan―dan menikmati―dosis cukup untuk me-time, baik itu dipakai baca buku atau nonton download-an film dan serial TV sambil gegoleran. Dengan kata lain, ada hari-hari di mana saya mengendap terus di dalam kamar dan enggan menyapa manusia-manusia di luar sana.

Maka kamar mutlak nyaman. Aliran udara harus baik, sebab saya belum sepunya duit itu untuk bayar kamar ber-AC. Ruangan wajib cukup luas karena saya punya lemari tambahan untuk tempat buku-buku, dan saya perlu area untuk solat juga. Lebih lanjut, saya orangnya takut dan males banget berurusan dengan yang namanya hama rumah tangga (kecoak, lipan, kelabang, laba-laba, you name them) sehingga sebisa mungkin potensi kamar saya disatroni mereka itu kecil. And just to make sure, kasur tidak boleh kontak langsung dengan lantai.

Hell yeah I'm that paranoid.

Kesulitan yang saya hadapi dalam pencarian kamar kos baru ini adalah: mencocokkan standar kriteria dengan standar dompet. Sure, that. Memangnya apa lagi? *tertawa pahit*

Memangnya elo minta yang harga berapa sih?


First of all, saya memang bokek. But it doesn't have to mean that I'm not realistic. Mencari kamar kos-kosan yang layak huni di tengah-tengah Jakarta biasanya mengindikasikan bahwa saya harus siap membayar sewa mulai dari satu juta rupiah (untuk kamar tanpa AC) atau satu setengah juta rupiah (kamar dengan AC). Tapi meski begitu pun, luas area kamarnya belum bisa dipatok pasti berapa meter persegi. Padahal saya lebih memilih space daripada AC, asalkan aliran udara kamar sudah oke.

Dan setelah muter-muter ke berbagai tempat...
Akhirnya saya menemukan kamar yang cocok! *sebar konfeti*

Betapa bahagianya saya, kini penderitaan menempuh perjalanan Depok-Sudirman sudah tidak berlanjut. These pictures below will show you my current room. They come in B/W because the color palette is so messy, I don't want you to see it. (Thus, having a color-themed room successfully becomes my recent wish)


Yes, I still have that teddy bear.
Got a problem with that?

Masih ada sekitar tiga kardus akua yang saya belum bongkar.. gara-gara nggak ada wadah buat naruh. Hiks.
Kayaknya harus beli boks dulu.

Mahal nggak, neh?

Untuk harga sewanya... ya wajar, lah. Nggak bisa dibilang murah juga. Namun, minimal saya masih sanggup bayar pakai gaji sendiri. Nggak perlu panik nyari gadun. So there comes another motivation to work my ass harder and not skipping it: because I need to pay my (now three-to-four times more expensive) rent.

Mencari tempat untuk pulang memang gampang-gampang susah. Atau kalau kalian tipe orang yang cenderung negatif: susah-susah gampang. Tapi bukan berarti mustahil, kok. Sometimes you get lucky, and some other times you have to compromise a little bit more. but as long as you can call it 'home', why not? Overall, I love my new place.


What do you think? 

Or do you have some things to say about yours?

z. d. imama

3 comments:

  1. Tampaknya cukup lumayan dan yg penting sesuai kriteria yg diinginkan. Smoga betah 🙋

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Om. Semoga :D
      Dan yang paling penting: now my bathroom comes with a shower tap. Yey! Kamar mandi saya sekarang ada shower-nya! Jadi kalaupun saya lagi kehabisan duit, bisa nangis di bawah shower. Nggak ngenes-ngenes amat kayak dulu, udah bokek, mau nangis di kamar mandi pun masih harus gayung air sendiri. Hohoho.

      Delete
  2. Wuih lumayan tuh kosannya.
    jadinya dapat dimana? berapa? bisikin dong harganya :))

    ReplyDelete