o, the moment capturer

 

dobro utra~ 

yak, bagi yang bingung, frase di atas itu artinya ‘selamat pagi’. mau kalian bacanya malem, siang, sore juga gapapa. yang jelas aku lagi kepengen bilang ‘pagi’. no complain accepted.

iye, gue emang maksa banget.

terus terang saya sendiri nggak ngerti apa motivasi menulis entri yang kemungkinan besar akan jadi sangat absurd ini. tiba-tiba saja dia jatuh membebani hati, menuntut untuk diungkapkan, ditulis, disampaikan. padahal aku tahu: masalah ini nggak ada penting-pentingnya sama sekali. *jongkok putus asa*

jadi begini ceritanya…

saya suka fotografi.

saya sering terpesona menatap foto-foto yang cantik.

 secantik mbak-mbak ini?

dan kadang kala gelenyar terpesona itu disisipi oleh perasaan iri. tapi di sisi lain saya juga sedikit menyimpan rasa benci terhadap fotografi, dan amat sangat jarang sekali difoto. foto bareng orang lain aja langka. apalagi out of the blue minta tolong ke temen, ‘eh fotoin gue dong!’

 

 

believe me, people. if you ever, ever, heard me asking you to take a picture of me only, without any company, …then I’d say that you have experienced the rarest phenomenon possible. maybe you deserve a hug and a quick peck as congratulations.

 

 

…maybe.

 

they say,

“ a picture speaks thousands of words. “

 

 

i’d say,

“ thousands of undying happiness are stored up in a single picture—or in this case, photograph—as well as millions of unhealed pain. “

 

 

ada beberapa foto yang tampak jauh lebih indah bagiku pada saat albumnya tertutup rapat, tertumpuk rapi dalam lemari dan tak pernah lagi disentuh. karena justru pada saat foto-foto itu terlihat, seluruh kenangan tiba-tiba terasa menyakitkan. menyiksa hati, mengeluarkan air mata. menimbulkan penyesalan.

 

i despise regrets.

 

 

kerap aku merasa begitu berbeda dari mereka. 

dan begitu berbeda dari kamu, yang senantiasa mengintip dari balik lensa kamera. melihat berkeliling, mencari objek yang tepat sebelum memutuskan untuk menekan shutter. antusiasme di wajahmu selalu membuatku tersenyum saat melihatmu dari jauh. memperhatikanmu dalam jarak tertentu. menatapmu tenggelam dalam dunia itu. dan aku tenggelam dalam sosokmu yang sedang berkonsentrasi.

 

as for me,

a photograph is to capture beauty, freezing it in that moment for eternity so that it won’t wither away.

 

…and i’m just not beautiful enough.

 

 

kurasa kau sendiri sudah menyadari itu, kan?

sebab tak pernah sekalipun fokus lensamu tertuju kepadaku.

 

 

 

 

ratu absurditas,

 

z. d. imama