Saturday, 29 July 2017

Eating Out Experience: Osaka Ohsho


Saya nggak biasa makan di restoran. Survival code saya berkutat di warteg langganan dekat kosan dan mi instan. Pokoknya nggak Instagram-able banget. Tapi berhubung hidup susah terus-menerus juga tidak dianjurkan untuk kewarasan jiwa, sesekali saya mampir ke tempat-tempat yang terlihat menarik nan menawan tapi sekaligus tidak memiliki kesan menjebolkan keuangan. Salah satunya adalah restoran yang sepertinya belum terlalu lama nongol ini.

OSAKA OHSHO.

Restoran ini mengedepankan gyoza sebagai menu spesialis mereka, dan ternyata jika dicek ke situs resminya, Osaka Ohsho telah berdiri sejak tahun 1969. Menu-menu yang ditawarkan merupakan perpaduan antara kuliner Cina dan Jepang. Popularitasnya terus berkembang hingga saat ini, membuat Osaka Ohsho memiliki cabang hingga lebih dari 300 outlets yang tersebar di seluruh dunia.

Ada replika menu yang dipajang di depan restoran

Ketika berjalan mendekati Osaka Ohsho, saya dan partner makan malam itu langsung disambut ramah oleh dua orang pramusaji yang 'berjaga' di depan, tepatnya di samping buku menu yang dipajang. Setelah duduk dan diberikan buku menu... ternyata saya hampir menangis bahagia karena harga masakan-masakan yang dijual di Osaka Ohsho relatif sangat bersahabat! Mending makan di sini ketimbang di Hoba-Hoba Kento, seriusan. Apalagi mereka menawarkan menu set yang berisi nasi, lauk, sup, serta side dish berupa signature gyoza. Minuman dihargai mulai dari Rp15,000 untuk teh dan Rp30,000 untuk yang lain-lain. Free refill hanya hot ocha, ya.

Osaka Ohsho juga menyediakan kuliner haram. Jadi bagi yang kepengin makan menu babi-babian (pork gyoza, misalnya) atau ngebir, bisa banget lah ke tempat ini. Nggak mau mampir ke restoran yang juga menjual makanan haram? Nggak masalah. Bisa jajan ke restoran lainnya. Jangan menyusahkan diri sendiri, hehehe...



Nuansa Osaka Ohsho disetel khas family restaurant sebagaimana biasanya: kasual dan tidak memiliki 'vibe' khusus ala tempat makan kekinian yang menjual ambience. Pada masing-masing meja sudah disediakan tisu, sepasang sumpit dan sendok-garpu (bagi yang tidak bisa menggunakan sumpit bisa langsung pakai sendok-garpu tanpa harus minta pramusaji).

Malam itu saya memesan menu set tenshinhan seharga Rp85,000―tidak termasuk tagihan PB1―yang isinya terdiri dari satu porsi tenshinhan, sup telur, gyoza (saya pesan chicken gyoza), serta chicken karaage. Tenshinhan itu sesungguhnya nama makanan ya, yang lalu oleh Toriyama Akira dijadikan nama salah satu karakter Dragon Ball. Bukan sebaliknya. #InfoLayananMasyarakat #FaktanyaAdalah

And when my order came it looked like this:

Banyak dan besar!

Padahal saya tadinya cuma 'laper aja' saat memutuskan datang ke Osaka Ohsho. Menatap hidangan-hidangan yang tersaji di depan mata, status perut langsung berubah menjadi 'laper banget anjir'. Bicara rasa, menurut saya sih enak dan memuaskan. Sup telur di sini berfungsi sebagai penetralisir, berhubung orang Jepang cenderung tidak suka kalau rasa makanan yang satu tercampur dengan makanan lain, sehingga saat diseruput memang cukup hambar di lidah.

Partner makan saya memesan menu set lain (saya tidak ingat apa namanya, yang jelas kuliner haram). Saat dijejerkan dengan pesanan saya tampilannya seperti ini:

Nggak dapat karaage.

Minumnya? Sama-sama beli lychee soda. Tapi kelupaan tidak diambil fotonya. Padahal enak dan tampilannya cukup menarik, diberi garnish daun mint pula. Buah lecinya pun masih utuh, tidak dipotong-potong demi menyamarkan kuantitas sesungguhnya (kayak yang suka dilakukan itu tuh... tempat yang sono).

Selesai makan dan nampan diangkat, seorang pramusaji mendekat untuk menawarkan hidangan penutup. Osaka Ohsho menyajikan es krim dalam beberapa rasa, namun menu dessert andalan mereka adalah sweet gyoza. Jatuhnya mungkin kayak semacam pastel mini ya? Pilihan isi ada tiga jenis, tapi yang cukup menarik di telinga saya adalah banana-peanut butter dan fermented cassava (kata sang pramusaji, varian terakhir ini adalah favorit customer).

FERMENTED... CASSAVA?

Sejenak saya bertukar pandangan dengan sang partner makan. Otak bekerja cepat, menebak-nebak. Fermented cassava ini 'sebutan normal'-nya apaan sih?? Lalu bagai ada lampu dinyalakan di otak, saya pun menyadari bahwa ternyata itu maksudnya adalah... TAPE SINGKONG.

Sweet gyoza varian banana-peanut butter

Pulang dari Osaka Ohsho rasanya kenyang banget. Puas. Happy tummy, delightful tastebuds, and not-so-sad purse are such a good combination. 8.5/10 will definitely come again. Bikin kepengin mencoba masakan-masakan lainnya. Lokasi Osaka Ohsho ada di Ground Floor Plaza Senayan, Jakarta, berseberangan dengan toko buku Periplus. Menerima take away, tapi sementara ini (berhubung masih tergolong baru) belum tersedia di Go-Food maupun GrabFood. Review-review dari pengunjung lain bisa dibaca di halaman Zomato, ya.

Kelihatan kan Periplus-nya?

Siapa yang sudah pernah mencoba makan di Osaka Ohsho? Atau punya rekomendasi restoran enak dan tidak terlalu mahal? Atau malah punya warteg langganan yang masakannya maknyus? Silakan tinggalkan pesan di kolom komentar, lho! Jangan malu-malu...

z. d. imama

8 comments:

  1. (((hoba hoba kento)))


    BGZDH
    😁

    ReplyDelete
    Replies
    1. Lha nek menyertakan nama asli nanti saya kena tuntutan defamation hmmm #repot #susahnyajadinetyzyn

      Delete
  2. Hahingheng, aku baca hoba hoba kento sejenak mikir keras. Restoran baru apa lama, kayak kenal nama namanya. Elaaaaadalah....

    Saiki dadi food Blogger tho?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mboten mz ini hanya kebetulan saja mampir tempat makan ena... Nek jadi food blogger nanti isinya cuma rekomendasi warteg.

      Delete
  3. Waaaaa menarik! Pan kapan mau coba makan di sini. :3

    ReplyDelete
  4. Ajak aku dong Kak ajak akuuuu ~~
    (Berharap ditraktir)

    ReplyDelete