Friday 10 February 2017

The Period Virginity


Today I'm ovulating and my lower abdomen suffers a series of cramps and it just reminds me how much I feel that menstruation is an inconvenience. But of course, I need to deal with it―like I always do―because not getting my monthly period means big, BIG trouble. What a catch, Donnie! (Pardon the Fall Out Boy reference.)

Seriusan.

MENSTRUASI. ITU. NGGAK. ENAK.

Paling tidak demikianlah yang saya rasakan selama ini. Saya penasaran apakah ada saudari-saudari sesama perempuan yang menikmati momen-momen menuju datang bulan (atau haid, alias menstruasi) hingga mengalami datang bulan itu sendiri? Meskipun tidak menikmati, ya minimal biasa-biasa saja lah. Tidak dirundung penderitaan atau membutuhkan perjuangan ekstra. Ada nggak? Soalnya saya nggak gitu. Hiks.

Setiap kali menstruasi (saya tekankan: setiap kali, yang itu secara otomatis juga berarti setiap bulan) perut saya kram luar biasa dan kadang sakitnya menjalar sampai ke tulang selangkangan. Kalau sudah begitu kadang suka minum Kiranti dua atau tiga botol sekaligus. Sumpah. Habis sakit (dan Kiranti rasanya enak, jadi antara butuh bercampur doyan gitu deh). Not to mention that it's bloody and messy and so wet and sticky and... lethargic. Lelah adek, Bang.

Bangkit dari kasur adalah siksaan.

Maka sesuai dengan judul postingan yang tertera di atas, "The Period Virginity", saya bermaksud berbagi kisah singkat sekaligus nostalgila mengenai menstruasi perdana. Hahaha. Iya, jadi tulisan ini sesungguhnya adalah cerita berdarah... literally. Saya tidak tahu apakah teman-teman sesama perempuan juga masih inget bagaimana dan apa saja yang terjadi saat menstruasi pertama kali, tapi kalau saya sih semuanya masih terekam jelas di ingatan.

It was such a long week of nightmare.

Saya mengalami menstruasi perdana saat usia sembilan tahun. Mungkin karena saya gembrot kali yah, jadi kebanyakan hormon (trivia: julukan saya semasa SD adalah Gajah Bengkak Hamil dan rata-rata teman-teman sekelas enggan duduk sebangku dan berbagi meja karena katanya saya ini makan tempat). Ketika itu saya masih kelas 3 SD, akhir semester mendekati liburan kenaikan kelas. BAYANGKAN. Udah kayak istri nabi aja, datang bulan umur sembilan tahun. *Kemudian didemo atas tuduhan penistaan agama.*

AND WHAT A TORTURE IT TURNED OUT TO BE.

Apalagi saya ketika itu sedang ada di... sebuah kegiatan sekolah. Bukan pas sekolahnya, ya. Biasalah kalau full-day school ala-ala sekolah swasta kan suka ada kegiatan aneh-aneh. Hari itu saya menjalani hari-hari khas anak sekolahan bau iler yang selalu diejekin teman-teman sekelasnya karena badan kegedean dengan agak tidak nyaman. Entah kenapa perut saya sejak pagi nggak enak banget rasanya. Bawaannya cuma kepengin bergulung-gulung di atas kasur. Ogah ngapa-ngapain.


Moment of Renaissance came when I finally went to the restroom. Kebelet pipis kan. Ya sudah ke kamar mandi. Buka celana dalam. YAA RABB ITU DI BAGIAN SELANGKANGAN UDAH HITAM LEGAM. LIKE, PITCH BLACK. Mungkin karena pertama kali, jadi yang dibuang benar-benar darah lama alias old blood (oke ini sotoy). Baunya pun darah banget. Agak heran sih kenapa sejak pagi nggak mencium aroma aneh apa-apa sampai celana dalam dipelorotkan. But thanks God, waktu itu saya pakai seragam Pramuka yang bawahannya berwarna coklat-tua-nyaris-hitam sehingga seumpama luber-luber ya tetap tidak ketahuan. Bingung dan masih belum nyadar bahwa sebenarnya saya sedang menstruasi, saya lalu menghampiri seorang guru dan bilang, "Bu, dari selangkangan saya keluar darah warna hitam".

Entah polos entah bego.
Yang jelas, akhirnya saya dipulangkan lebih awal.

Sampai di rumah isinya cuma njingkrung (bergelung) di atas kasur sambil nunggu ibu saya pulang kerja. Nggak mau gerak sama sekali. Sekitar setengah jam setelah menginjakkan kaki ke rumah, perut saya seolah diblender. Sakit banget. Lalu dua hari berikutnya saya izin nggak masuk sekolah...

Tampaknya saya telah ditakdirkan menderita menstrual cramps. Since day one, even. Kurang ngenes apa coba. *Menggaruk tembok sambil meratap*

z. d. imama

7 comments:

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  2. Mba, katanya eh katanya, harusnya mens yang normal gak bikin sakit sampe abis perang barathayuda. Ehm,bukan nakut-nakutin, ada kepikiran nggak buat cek ke obgyn dan memastikan nggak kenapa-kenapa?
    Aku sendiri, lately udah gak pernah sakit perut lebay kayak jaman gadis, sih. Tapi mood swing nya itu lho. Bikin pengen gampar-gamparin orang sepanjang hari. Hihihihihi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waduuuh ini sih nakut-nakutin Mbak hahahaha... Tapi beberapa teman saya juga merasakan kram perut dan nyeri pas haid, jadi kayaknya itu bukan hal yang aneh? Coba deh kapan-kapan saya kalau sudah kaya-raya mau cek ke obgyn.

      Delete
  3. aku mendadak ngilu baca postinganmu kali ini, entah kenapa --"

    ReplyDelete
  4. POSTINGAN INI SUNGGUH VULGAAAAARRRR!


    Btw aku termasuk yang kalem kalau lagi mens. Jarang banget sakit yang sakit banget. Biasanya ya pinggul pegel gitu, tapi gak sampai mengganggu aktivitas. Tapi emang kalau lagi mens paling enak bobok.

    ReplyDelete
  5. u should check.. really. daripada su'udzon sama badan sendiri. demi kesehatan juga. :D

    ReplyDelete
  6. Syukurlah aku nggak semenderita ini. Paling-paling jadi sering laper, karena perutnya bergetar .__. Atau pegel2 biasa.
    Mens pertama aku pas jadi mc upacara, pake baju putih-putih :)) tapi pas lihat darah biasa aja, "Ini aku dapet?"

    ReplyDelete