Sunday 22 January 2017

Dangal: Most important movie of 2016


Beberapa hari lalu, kenalan saya menuliskan tweet berbunyi: "Orang-orang yang bilang La La Land biasa saja bahkan jelek ini nontonnya film yang kayak gimana sih?" Yah, dengan segala hype terkait La La Land dan sejumlah piala Golden Globe yang dimenangkan, wajar sih dia nyeletuk begitu. Jujur saja, ketika tweet tersebut diposting saya belum bisa memberikan respon apa pun, padahal saya termasuk orang-orang yang berpendapat dalam hati kalau La La Land tidak sebagus yang dihebohkan khalayak (storyline-wise, it was as thin as a slice of raw ham; visual-wise, it was as pretty as Miss Universe). Namun sekarang saya bisa berdiri tegak dan menjawab: "Nontonnya Dangal."

Saya tidak menyangka Disney dan Aamir Khan akan pernah bekerjasama membuat film. Makin tidak menyangka lagi kalau hasilnya akan jadi seemosional dan sepenting ini. Satu-satunya penyesalan saya adalah kenapa tidak dari dulu-dulu nonton Dangal, padahal film ini dirilis bahkan sebelum liburan Natal. Dangal, in my personal view, is a very important movie. VERY. IMPORTANT. MOVIE. This is somehow more feminist than any loud, brash acts done by activist wannabes, yet the message of feminism feels so subtle, so real, so close to your daily life that it seeps into your heart and touch you at places you tend to ignore. Saya beli tiket untuk pemutaran terakhir di Plaza Senayan Jakarta hari Jumat lalu, dan ketika film akhirnya selesai mendekati pukul setengah satu pagi, dada saya masih sangat sesak dan sekujur tubuh saya sedikit gemetaran. Akhirnya saya iseng jalan-jalan dulu untuk menenangkan diri selama beberapa waktu sebelum memesan ojek pulang.

It was THAT emotional.

Salah satu keputusan terbaik saya awal tahun ini.

Dangal, yang kisahnya diambil dari peristiwa nyata, mengisahkan tentang Mahavir Singh Phogat (diperankan oleh Aamir Khan), seorang mantan pegulat profesional yang harus mengubur mimpinya menjadi atlet perwakilan India untuk kompetisi internasional karena negara tidak pernah memberikan dukungan finansial. Tenar dan terhormat tapi miskin, gitu. Mahavir berniat mewariskan mimpi besarnya kepada anak lelakinya, namun apes... dia justru dikaruniai empat orang anak perempuan. Bukan satu. Bukan dua. EMPAT. Sudah beranak empat kali eeeh keluarnya tetap perempuan semua. Padahal penginnya anak laki-laki. Mahavir pun mulai berpikir, "Apa sudah waktunya bagi gue untuk move on dari impian ini...?"

Suatu hari, ada tetangga marah-marah ke Mahavir karena Geeta Kumari Phogat dan Babita, dua anak perempuan Mahavir yang tertua, memukuli anak-anak lelaki yang menghina mereka berdua hingga babak belur. Seolah mendapat wahyu dari langit, Mahavir pun tercerahkan. Bahwasanya, "Medali emas adalah medali emas, tak peduli dia dimenangkan oleh laki-laki atau perempuan." Dia pun akhirnya berkomitmen melatih Geeta dan Babita bergulat, meyakini bahwa darah pegulat mengalir di dalam tubuh putrinya. Sebagai partner latihan untuk Geeta dan Babita setiap hari, Mahavir merekrut paksa keponakan laki-lakinya, Omkar, yang dengan pasrah mengikuti kemauan sang paman (habisnya Mahavir serem banget dan nggak bisa dibantah). Perjuangan dimulai.

Bukti-bukti kejayaan masa lalu Mahavir.

I will give this movie 10.5/10. Sepanjang film diputar saya sempat menahan napas, menggigit bibir, mengumpat, mengentakkan kaki pelan, berhenti bersandar, mimbik-mimbik membendung tangis, menjambak-jambak rambut sendiri, dan berbagai aktivitas aneh lain. This movie engaged me on a spiritual level. Tahu kan perasaan ketika kalian menyaksikan sesuatu yang bagus banget sampai stres sendiri? That was what I felt. And Aamir Khan is a real king. As Mahavir Phogat, he is simply... menacing. His portrayal as a true patriarch (as well as a feminist and a dictator) is not anything but magnificent. His whole body language speaks loud and clear. Aamir Khan gives life to Mahavir's personality.

Jika kelak nanti saya kaya raya, tolong ingatkan untuk membuatkan berhala berbentuk Aamir Khan. Ini adalah misi hidup yang hendak saya emban.

The other casts also don't lose to Aamir Khan in acting departmentZaira Wasim dan Suhani Bhatnagar yang memerankan versi remaja Geeta dan Babita betul-betul brilian. Kompak banget. Kayak saudara beneran. Akting mereka sangat meyakinkan sampai-sampai saya sempat lupa kalau yang sedang ditayangkan di hadapan saya adalah film, bukan dokumenter apalagi rekaman CCTV. The camera work is beyond excellent, too. Fun fact: saya nggak paham gulat. And not into it either. The idea of sweaty bodies grapple each other at places no strangers usually touch just does not appeal to me. Tapi Dangal berhasil menampilkannya dengan sangat cantik, menarik, dan... anjir lah pokoknya keren mentok. Beberapa pertandingan gulat yang ditunjukkan secara penuh dari ronde pertama pun tidak membuat saya beralih menatap layar ponsel alih-alih layar bioskop. Jujur, pertandingan-pertandingan gulat di Dangal adalah yang kali pertama saya tonton seumur hidup. Sebelum ini mah boro-boro.

Minum susu biar kuat.

Ngomongin Bollywood, pasti yang terbayang di benak kita (termasuk saya sendiri) adalah nyanyi-nyanyi sambil jejogetan dengan backdancer sebanyak orang satu kampung diajakin partisipasi. Lupakan itu di Dangal. Lagu-lagunya melebur dengan kisah dan narasi. Ditambah musik catchy plus lirik yang jujur-separo-konyol, mudah sekali bagi Dangal untuk mengambil hati para penonton di bangku studio melalui soundtrack-nya. So guys, please watch this masterpiece before it's gone. You won't regret it, I swear. Even if at the end of the credit you are still not impressed with the wrestling scenes, I can assure you, its family theme, the message about hope, ambitions, confidence, dreams, discipline, and motivation will still poke at your heart. Persistently, even.

Saya akan berdoa semoga Aamir Khan panjang umur. Seandainya suatu saat nanti terjadi apa-apa padanya, atau barangkali hari di mana dia meninggalkan dunia fana ini tiba, saya akan cuti kantor tiga hari. Masa berkabung.

"Medalists don't grow on trees. You have to nurture them. With love, with hard work, with passion." - Mahavir Singh Phogat, Dangal, 2016.

z. d. imama

10 comments:

  1. Argh saya jd penasaran dgn film ini jadinya. Saya jg nyesel ga nonton film terbaru SRK yg posternya gambar dia pake sepeda itu. Saya harus nyari film ini kemana euy

    ReplyDelete
    Replies
    1. Belum ada Om ini filmnya di lapak haram (bajakan maksudnya). Ada sih tapi yaa rekaman video gitu, burem kayak masa depan.. Paling Blu-Ray atau DVD-nya baru keluar sekitar 3-4 bulan lagi.

      Delete
    2. wegh smoga saya sabar menunggunya :|

      Delete
  2. ini produksi disney? wah...hebat... sepertinya bagus, tapi nunggu DVDnya aja deh... intensitas ke bioskop uda ga bisa kayak dulu waktu belom ada anak, jadi kudu nonton yang bener2 mau ditonton aja hahahaha...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Mbak. Dari Disney kerjasama bareng Aamir Khan. Kalau menurut saya justru ini termasuk yang harus ditonton di bioskop sebisa mungkin, hehehe...

      Delete
  3. Filmnya emang bagus banget. Untung aku udah nonton, jadi merasa lebih keren...

    ReplyDelete
  4. Just checked the schedule, it's still playing at the same theatre. Called up the place to make sure and I'll be there this afternoon sekalian ngabuburit. Nangis gak bikin batal puasa kaaaann.. (kecuali airmatanya diombe) Haha. Thanks for the excellent 'racun' review. Oh, I love your ramblings btw!

    ReplyDelete
  5. Baru baca lagi and here I am :D
    MEMANG FILM INI WAJIB DITONTON~ Apalagi transformasi aamir khan dlm 3 waktu itu keren banget <333 top class actor banget diaaa

    ReplyDelete
  6. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  7. Saya nonton ini bbrp bln lalu via streaming krn postinganmu ini dan memang keren sekali... Akting dan ceritanya mantap, detail dan sangat membawa emosi ikut terhanyut dgn perjuangan ayah dan anak2nya ini. Btw, sdh nnton Kapoor and Sons? Itu jg bagus ttg kelg, cm agak lambat alurnya baru di bagian akhirnya yg mngejutkan.. Terus menulis ya.. You are talented ��

    ReplyDelete