entah karena saya yang makin nggak asik atau apa, tapi sepertinya blog ini kian sering jadi sarana menumpahkan uneg-uneg, pikiran, dan omelan random yang muncul tiba-tiba dalam kehidupan saya.
and the current thoughts that disturb my mind is this:
ini semua bermula dari sebuah grup chat.
yang mana semua anggota grupnya adalah anak-anak yang (setidaknya) merupakan mahasiswa dan alumni sebuah PTN yang cukup terkemuka, dan terletak di kota yang tidak jauh dari Jakarta. you know what I mean, hopefully.
pada suatu sore yang cerah.. seorang anggota grup (sebut saja namanya Desi Bebek--bukan nama sebenarnya, tentu saja) tiba-tiba menjatuhkan postingan berisi berita tentang standar beasiswa LPDP yang akan dinaikkan. terutama bagi beasiswa pendidikan di universitas mancanegara.
kemudian hebohlah dunia persilatan.
oke, mungkin lebih tepatnya dunia dalam grup tersebut. beberapa anggota, yakni Mimi Hitam, Klarabela, dan Untung Angsa (yang mana juga bukan nama sebenarnya) langsung riuh bersahutan-sahutan. Intinya mereka tidak terima dan tidak suka jika standar penerimaan beasiswa LPDP dinaikkan. Apalagi esai seleksi yang dikumpulkan diubah menjadi wajib berbahasa Inggris... setelah dulunya boleh berbahasa Indonesia.
kurang lebih beginilah dialog yang bermunculan di grup:
Desi Bebek: *kirim postingan artikel berita*
Klarabela: "Lah apa-apaan masa sekarang esai wajib bahasa Inggris kalau mau daftar beasiswa luar negeri? KOK NGGAK ADA NASIONALISMENYA SAMA SEKALI?"
di sini, saya sebagai sesama anggota grup yang membaca percakapan mulai mengernyitkan kening. tapi ternyata semuanya belum berakhir. masih ada lanjutannya...
Untung Angsa: "Itu Direktur LPDP serius ngomong 'kami berharap bisa mendapatkan kandidat yang berkualitas. Masa kemampuan biasa-biasa saja mau minta di luar negeri'?"
Mimi Hitam: "Justru karena gue biasa-biasa aja, makanya gue pengin kuliah di luar negeri, kan. Kok malah dihalangi."
Klarabela: "Lagian apa-apaan tuh esai wajib bahasa Inggris? Malah jadi eksklusivitas lembaga gitu, dan hilang ke-Indonesia-annya."
kepala saya pada titik ini semakin pening. berdenyut-denyut menyakitkan karena saya tidak bisa memutuskan apakah sebaiknya harus tepok jidat, mengelus dada, memijat-mijat pelipis, atau membenamkan muka ke dalam telapak tangan--yang mana lebih populer dengan istilah facepalm.
pertama-tama, saya ingin menanyakan kepada Klarabela layaknya Justin Bieber. Ini apanya yang 'eksklusivitas lembaga', Mbak? WHAT DO YOU MEAN? do you even fully understand the meaning of what you were saying or you just trying to seem smart?
saya sih menganggap keputusan mewajibkan esai ilmiah dalam bahasa Inggris ini adalah hal baik. kenapa? ya karena jika--misalnya--kita berhasil lolos seleksi beasiswa, secara otomatis segala tugas-tugas yang akan kita kerjakan ditulis dalam BAHASA INGGRIS. it's kinda an early practice, so that we get the gist of writing assignments we will do overseas, and for the LPDP board to get the gist of our scientific writing quality.
...and that 'nggak ada nasionalisme' rage is unbelievable.
I never expected that I would hear that kind of statement from people who are (supposedly) well-educated.
and guys, please.
kalian sadar nggak sih anggaran untuk beasiswa LPDP itu dari mana?
I think it's perfectly justifiable for the government (as the one who provides financial assistance) to make certain requirements. sah-sah saja kalau pemerintah kepengin "wakil terbaik" untuk didanai pendidikannya. dan nggak ada pihak yang 'menghalangi' seseorang untuk lolos beasiswa LPDP. they want best candidates, so if you apply and got accepted, that would mean you're one of the 'best candidates', right? or at least, you're lucky enough.
menyadari diri kamu biasa-biasa saja tapi merasa berhak dapat beasiswa LPDP?
wow, that makes me go speechless.
memangnya kamu siapa, kok negara jadi seolah punya keharusan untuk membiayai pendidikanmu? the world owes you nothing, dear. dunia ini tidak punya kewajiban apapun untuk meladeni tuntutan-tuntutanmu.
but see, no one is holding you back from pursuing education overseas.
jika memang merasa tidak sanggup bersaing dengan ribuan pelamar LPDP lainnya, kuliah pakai biaya sendiri kan bisa. nabung. atau pakai student loan, yang banyak disediakan universitas luar negeri.
"nggak mau, ah. student loan kan ngutang. gue maunya gratis."
ya sudah, coba cari sponsor ke perusahaan atau pihak swasta yang kamu bisa kasih kontribusi balik.
"nggak mau juga. kalau disponsori perusahaan biasanya ada kontrak kerja atau ikatan-ikatan lain... gue nggak mau kena komitmen."
ya sudah. kalau begitu kerja dulu, sana. nabung.
"nggak mau. gue penginnya--"
AH BERISIK KEBANYAKAN ALESAN.
z. d. imama
No comments:
Post a Comment