tag:blogger.com,1999:blog-52627090172742630392024-03-06T02:05:47.265+09:00That December GirlScattershot notes of a girl born in December.
Some are substantial, the rests are trivial.z. imamahttp://www.blogger.com/profile/16300911470774364068noreply@blogger.comBlogger363125tag:blogger.com,1999:blog-5262709017274263039.post-9784142288480456872023-04-25T18:33:00.005+09:002023-04-26T11:00:49.640+09:00ONE OK ROCK Luxury Disease Japan Tour 2023: the TOKYO DOME experience<div style="text-align: center;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhk0d4UQ7yG0YamCnDzuFeRkK4jzNg_n3-QLjjxATm05M0h7SBc81TkNHn-__Qz7DiwF2u9SifVUrX7H5M_Yy72mMVRAL8_Ocyr6Ivcw0V1vmeA7trkVGFNuHcBeF_Llb320oalmKe8aPJOUYQXmapNF0InnBeYkRGgwlieDbU7-eYQniQ_bdvKPA83/w640-h422/blog%20opening%20pic.png" /></div><div><br /></div><div style="text-align: justify;">Awal tahun 2018 lalu, saya berhasil menyaksikan konser ONE OK ROCK untuk yang pertama kalinya dalam hidup di Singapura. TKP tepatnya adalah Singapore Indoor Stadium. Segala gejolak jiwa dan segenap perasaan malam itu tidak lupa saya curahkan panjang lebar ke sebuah postingan blog, persisnya <a href="https://adecembergirl.blogspot.com/2018/01/one-ok-rock-ambitions-singapore.html" target="_blank">di sebelah sini</a>. Sebagai seorang <i>fangirl </i>yang banyak halu, saya menuliskan, "...<i><b>if anything, attending Ambitions Asia Tour Live in Singapore makes me wanna go all the way and see ONE OK ROCK concert in their home base: Japan</b></i>."</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Khayalan ini setinggi-tingginya, memang. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Saat itu saya bahkan tidak berpikir panjang atau menyikapi secara serius tentang angan-angan yang kayaknya nggak napak tanah itu. Sebagai wibu veteran karena sudah menganut mazhab ini sejak belum akil balig (<i>I'm not even ashamed with this fact, mind you</i>), sedikit banyak saya sadar bahwa keinginan tersebut lebih mungkin untuk nggak pernah terkabul lantaran prosedur nonton konser musisi Jepang di Jepang sangat tidak ramah orang asing. Pembeliannya perlu pakai akun yang mencantumkan alamat lokal lah, sistem pembayarannya perlu lewat minimarket lah, ada kode khusus yang dikirimkan ke nomor ponsel area Jepang lah, entah apa lagi. Boleh dibilang, mendaki gunung lewati lembah <i>a la</i> Ninja Hattori masih jauh lebih gampang dibanding perjuangan nyari tiket pertunjukan musik Jepang. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Waktu berjalan. Pandemi menyerang, konser dan tur dibatalkan, cita-cita terlupakan. Mestinya bulan Mei tahun 2020 silam, ONE OK ROCK menyambangi Jakarta untuk Eye of the Storm Asia Tour. Bahkan jadwal show nambah sehari saking <i>sold out</i> dalam sekejap dan masih banyak permintaan. Gara-gara wabah COVID-19, semuanya porak-poranda. Sempat lumayan kecewa karena nggak bisa ketemu mas-mas kesayangan di negeri sendiri, tapi setelah beberapa lama, ternyata saya nggak merasa sedih-sedih amat. Nggak terlalu merasa kehilangan. Tanya kenapa? Soalnya album Eye of the Storm jelek. Ini menurut saya, yhaaaa. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h3 style="text-align: justify;"><i>Fast forward to 2023.</i></h3><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Beberapa bulan sebelumnya, di paruh akhir tahun 2022, ONE OK ROCK merilis album teranyar mereka berjudul <i>Luxury Disease</i>. <b>Saya. Suka. Banget</b>. Bener-bener <i>no-skip</i> <i>album</i>. Lagu <i>Wonder</i> yang sudah sempat saya anggep lumayan―setelah dihantam trauma panjang <i>thanks to</i> album Eye of the Storm―rupanya begitu ditaruh di antara lagu-lagu penghuni Luxury Disease lain jadi terasa B aja. Saya kembali ngayal halu. "Duh, kayaknya seru deh kalau bisa nonton konser tur album ini di Jepang. Kan Taka pasti nggak mungkin nyanyiin yang <i>International Version</i>, dia bakal bawain lirik yang versi original semuanya." </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><i>Might be important to note: yes, I do <b>not</b> care about any of those International Version songs. Not at all.</i></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Bagaikan diiringi lagu <i>Moonlight Densetsu</i> versi bahasa Indonesia yang merupakan pembuka serial animasi Sailor Moon di televisi lokal, "<i>Tiiiiiba-tiba keajaaaaiban terjadiiii</i>...," berkat satu dan lain hal yang terjadi secara beruntun, saya mendapati diri sendiri berada di sini:</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="2576" data-original-width="2863" height="576" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgqmbPLmSZoYFgjIO-ZZ4UPUULkt5LQa-tNwzRL-EpdvREV_VO-FkjY1M_-O_ZVwj1J8cMp2tTfufJYEjoG-ViycRwwXddJZP-IxFlbbMXMQznPprNUgUCP-rE-TYcPA-gtYsA2ceXPOmzVoMbpMTx2OF_D50-n-RohxZGP8QqjZ8l5qV-C5C1TUIrh/w640-h576/IMG_20230405_220925.jpg" width="640" /></div><br /><div style="text-align: justify;"><i>Yep. That's right, baby.</i></div><div style="text-align: justify;"><i>You see things correctly; this is everything you need to see.</i></div><h3 style="text-align: justify;"><i>Homegirl is attending ONE OK ROCK Luxury Disease Japan Tour 2023 at Tokyo Dome, together with a crowd of more than 55,000 people. </i></h3><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Ya Allah. Sampai sekarang pun rasanya masih kayak mimpi. Tiap malam sebelum tidur saya selalu menatap langit-langit, memutar ulang memori, dan meyakinkan diri bahwa <b>pada hari Selasa, 4 April 2023, saya betul-betul menunaikan ibadah akbar yang jadi impian bertahun-tahun: nonton konser ONE OK ROCK di kandang mereka</b>. Di Tokyo Dome. <i>This absolutely feels like a miracle that I'm almost terrified, what if I've spent my whole good luck for this year, or even a lifetime, in one quick swoop for this to happen?</i> </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="4016" data-original-width="2540" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgRYYh8u4MhlinFxHmOpNnV_SzkU5TGREr5rCR2kT3m6W_NIiGGzgd_gnDbiqquKdqHdRjcRx8JdOHJ6gqojE14ZmFF1N75k-6Jnxg9F5YRfL_3oaQsEkPRDCTsIbTeocgpldfR6w1w1U3UU91ekLkgwGKsj8_PgvIlKPLfLTfYvhoAA7IW420HWGol/w404-h640/IMG_20230405_220417.jpg" width="404" /></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><i>I wouldn't even believe myself if I told my last-year-self I'm going to ONE OK ROCK concert in 2023</i>. Kayaknya saya akan meneriaki diri sendiri, "Lo tuh sinting ya???" <i>(Reality check: maybe I'm a little bit crazy in the decision-making department)</i></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="1739" data-original-width="2914" height="382" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZ9tH1B7WbL7aEbkW0iawIzRbDVxplUbvm41IhcH_8JdOHSkZjUqKnDawDn1m9MDyzydWxxd-qQ6TrMO1R3dppPfFG04cuNbsaLrd1rD9mPTg8f3vIlKZKPw-KmDjRgbJsrHDY2aiAztHngNL6C_MdUZO0BCym1sOm5vTepz3Ny7U5Fl4rwR0xisan/w640-h382/IMG_20230412_225229.jpg" width="640" /></div><div style="text-align: center;"><span style="font-size: x-small;">Ibu, lihat Ibu, anakmu berhasil nonton ONE OK ROCK di yaban!!</span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Tiket ONE OK ROCK Luxury Disease Japan Tour 2023 nggak tersedia versi cetak. 100% <i>e-ticket</i>. Nggak boleh cuma modal <i>screenshot</i>, pula. Harus benar-benar dibuka dari aplikasi khususnya dan diperlihatkan ke petugas yang mengecek tiket. Nantinya layar ponsel bakal dicocol (maafkan keterbatasan kosakata saya) pakai semacam stempel elektronik, dan keluar notifikasi bahwa tiket yang kita pegang sudah ditebus.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="4000" data-original-width="3000" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiLSk8aJtOmQqWl62d9OQi1l_O4knx4Tm9sdqXJNb9q07sFPnUso_5KSR-gtE3wUAf9lpee1OwSQZdiwKhQGj9eMa9mzRSWhxoS57flpzEmwo_pPgXU6aGPqglK4ONEXcLfrEEoSYubtBCvdqbcjnUam59hOihBkw_A6ePDy0b4TULTr6yCiU8XHosa/w480-h640/IMG_20230417_192218.jpg" width="480" /></div><div style="text-align: center;"><span style="font-size: x-small;">Motret layar ponsel demi pamer tiket.</span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Berdasarkan jadwal yang tertera, pertunjukan akan dimulai pukul 18:00 JST. <i>Open gate</i>, alias waktu di mana penonton mulai boleh dipersilakan masuk ke dalam ruangan, dijadwalkan pukul 16:00. Berhubung saya katro dan takut nyasar di <i>venue </i>segede gaban macam Tokyo Dome, gagal menemukan posisi bangku sendiri lalu berujung nyusahin atau ganggu penonton lain, saya mulai mencari-cari pintu akses yang mestinya dimasuki, yaitu Pintu 41. Jam di ponsel saat itu masih menunjukkan angka 16:15. Sebagian besar jamaah konser masih berkeliaran di luar. Ada yang antri beli <i>merchandise</i>, ada yang antri beli makanan (dan menghabiskan belanjaan makanannya), ada yang di toilet buat ganti baju atau buang setoran. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="2393" data-original-width="3000" height="510" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-AsS-Rwz33-J9-tgnPb0elqqeM-IMNULoJIwit29gKG9TmaJ12SdStZzeJTxpl8MN5O01xQF97luhMVyuu7v5hhNzJWKgFFRXxCJbsQGqcv3Dqm2dq2kjrAtngToo_AZRtuT_NSWUVEiMB2Ra70pJQliLJWHgs0Ho00pnDEhkm4nIwauSoPMmZjtP/w640-h510/IMG_20230417_192105.jpg" width="640" /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-size: x-small;">Pemandangan di pintu masuk gedung sekitar jam 16:20. Super selow dan antiruwet. No rusuh rusuh club.</span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sekali masuk <i>dome</i>, penonton udah nggak bisa balik ke area luar sampai pertunjukan selesai. <i>This is the point of no return</i>. Tapi kalau perut mendadak keroncongan lagi, atau tenggorokan haus, atau mengalami panggilan alam, penonton bisa jajan atau ke toilet yang tersedia di dalam Tokyo Dome. Bahkan bisa beli bir dan minuman beralkohol lain loh (kalau mau). Kurang asyik apa coba, <i>headbang</i> mengiringi suara nyanyian Taka sambil <i>tipsy </i>tipis-tipis?</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Mendekati pukul enam sore, arus penonton yang masuk ke <i>venue</i> makin deras. Perut saya makin mules. Tegang, gaes. Untuk menenangkan diri, saya mengalihkan perhatian dengan mengamati lalu-lalang penonton... dan berakhir benar-benar terdistraksi karena ANJIR CAKEP-CAKEP BENER DAH ORANG-ORANG. Asli. Mas, mbak, om dan tante (malah saya sempat melihat beberapa kakek dan nenek) yang hadir di sana untuk menyaksikan ONE OK ROCK benar-benar tampak seperti 100% <i>functional human being</i>, nggak kayak sebagian besar kerumunan yang saya lihat ketika berada di acara-acara sebuah fandom lain yang tidak akan saya sebut namanya demi keselamatan diri <i>(safety first, my friend)</i>. Mas-mas yang duduk di sebelah saya juga ganteng banget banget bangettt. Saya setengah mati berusaha nggak sering-sering menoleh ke arah dia karena itu adalah tindakan yang <i>super duper creepy</i> dan saya belum ingin mendemosikan diri menjadi orang <i>creepy</i>.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Jam 18:00 pun tiba. </div><div style="text-align: justify;">Lampu padam, penonton tak lagi diam.</div><div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="613" data-original-width="917" height="428" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjgFNgf3pHkggkcowVwZZC4e-omc3A_mqThe5mgyyciBVj_ShuEKQwRkWdqE-XIIAdp-BJBkmS0m0tCN02hWYW2Bk_dEIqYoyKIrsF2IjkpKj73W5VQpN4C0WR3MooAcnvBhFoBOPZSLip3OwhdhDJGM94cfDAradCU2Yrmr4lEiFg92pBfJM5QSbYn/w640-h428/oor1.png" width="640" /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-size: x-small;">Nyomot dari <a href="https://www.instagram.com/p/CqnuMRcJR4t/" target="_blank">Instagram ONE OK ROCK</a>. Penonton nggak boleh foto-foto acaranya.</span></div><br />Intro mengalun. Penonton heboh. Jantung saya serasa akan menjebol permukaan dada saking deg-degannya. Mata saya (dan sekian puluh ribu manusia lainnya) mulai mencari-cari sosok anggota ONE OK ROCK di panggung. <b>Tomoya muncul di belakang <i>drum set</i> seperti biasa</b>. Penonton bersorak-sorai. Kami makin jelalatan berusaha menemukan Ryota atau Toru. Tiba-tiba lampu sorot membelah kegelapan di depan mata saya, dan ternyata <b>Ryota dan Toru nongol di tengah-tengah penonton, berdiri di jalan sempit yang jadi area lalu-lintas penonton sekaligus pemisah satu zona dengan yang lainnya</b>. Jeritan dan tepuk tangan meledak di mana-mana, mengiringi sepanjang Ryota dan Toru berjalan ke arah panggung dan mengambil tempat mereka masing-masing di sisi kiri dan kanan.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sekarang tinggal vokalisnya. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Penonton makin nggak sabar. Ritme tepuk tangan makin cepat, suara-suara memanggil "Takaaaa!!!" makin terdengar di sana-sini. Layar besar di atas panggung mulai tersinkronisasi dengan kamera yang menyorot berbagai tempat, seakan-akan ikut dalam permainan <i>Where's Taka</i>. Pencarian berakhir tatkala <b>fokus kamera tertuju pada suatu titik di klaster penonton, merekam salah seorang dari mereka yang mendadak membuka jaket hitam dan muncullah Taka</b>. <i>The crowd went WILD</i>. Broooooo. Apa kabar penonton jelata yang posisinya di sekitar dia?? Gimana rasanya dijejerin Taka?? Masih sehat?? Belum hilang akal??</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="533" data-original-width="843" height="404" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEip5UcZJ9GZEkuA0r-yov8j9AtIlBhDnV6ZJTStAUlnFh_EiEEEfv1Uacv9Duv2okl-ILlIO9BMqH3rb1buutEdiesDcnvDAr6UWtAEcALJU9OCf70wAkGs72vSBBYTg-QxsuJ9Re0EAXFaIzPo1fWl_IRu-NdYEwY9yK8zKx5ssOpYV__isPiBNGi2/w640-h404/oor1.png" width="640" /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-size: x-small;">Komentar perdana saya: "Bang, kagak takut gerah apa pake lengan panjang...?"</span></div><br /></div><h3 style="text-align: justify;"><i>...and the show begins.</i></h3><div><br /><h4 style="text-align: left;"><b>M01. Wonder</b> <i style="font-weight: normal;">(Japanese version)</i></h4><div style="text-align: justify;">Konser dibuka dengan lagu paling B Aja<span face="Calibri, sans-serif" style="font-size: 11pt;">™</span> di seantero album Luxury Disease, <i>but the song does its job well in getting the audiences going</i>. Pas bagian <i>chorus </i>penonton ikut nyanyi rame-rame. <i>"Don't you ever WONDER? If you only had ONE BREATH! Tell me, would your ONE LOVE, pull you out of the DEEP END?"</i></div></div><div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h4 style="text-align: left;"><b>M02. Save Yourself </b><span style="font-weight: normal;"><i>(Japanese version)</i></span></h4><div style="text-align: justify;"><i>Well, duh</i>. Tentu saja yang dinyanyikan tetap versi bahasa Jepang. <i>Isn't it the whole point of watching them at home?</i> Saya hampir nangis saking bahagia banget di titik ini, karena mungkin mendengarkan <i>Save Yourself</i> dinyanyikan dalam bahasa Jepang akan menjadi sebuah kemewahan yang tidak saya dapatkan jika kelak ONE OK ROCK melakukan Asia Tour dan mungkin mampir ke Jakarta.</div></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h4 style="text-align: justify;"><b>M03. アンサイズニア (Answer is Near) </b></h4><div style="text-align: justify;"><i>Okay, this one is unexpected.</i> Gegap gempita seisi Tokyo Dome tidak main-main ketika intro dimainkan. <i>Clearly, this track is fan favorite, </i>meskipun nggak heran juga. Adalah sebuah fakta yang perlu diakui bahwa dalam album 残響リファレンス <i>(Zankyo Reference)</i> (2011) memang nggak ada lagu jelek. <i>Yeah, the answer is inside of me</i>.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h4 style="text-align: justify;"><b>M04. Let Me Let You Go </b><span style="font-weight: normal;"><i>(Japanese version)</i></span></h4><div style="text-align: justify;"><i>I'm gonna admit something: this song BANGS hard</i>. Tadinya ketika mendengarkan album Luxury Disease, saya lebih menyukai Vandalize dibandingkan Let Me Let You Go. Tapi begitu lagu ini dibawain di konser... ALLAHU AKBAR, SERU SEKALI, PEMIRSA!!! Berbondong-bondong menyanyikan bagian <i>chorus</i> dan mengalunkan "<i>Go, oh, go, why'd you let me let you goooo??</i>" adalah sebuah nikmat duniawi yang tidak akan saya dustakan sampai kapan pun.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="605" data-original-width="959" height="404" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh430VTyGnQ9TQ_fSFK9kH589nhDi8qf-qPGzm4h81nO6q9wzDHKRea_yW_dRov5Zr7N8aQFX5hPfRooqi-7Gl6QVkrmNaJj5uTffxPidhTghJAqJxu_oaURpentTvKjbYQH1L--XE0_qfA8s5HmppWYFRBAbLMhrrKlxkpQ_53KgA9FC777eLpXSmi/w640-h404/oor1.png" width="640" /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-size: x-small;">Para jamaah yang berbahagia</span></div><h4 style="text-align: justify;"><b>M05. Clock Strikes</b></h4><div style="text-align: justify;">Album 人生x僕= (<i>Jinsei Kakete Boku wa</i>) (2013) tempat lagu Clock Strikes bernaung, menurut penilaian pribadi saya, juga termasuk salah satu rekaman tanpa cela dari ONE OK ROCK. Histeria ketika Taka mengacungkan jari tangannya lurus ke atas meniru jarum jam di awal lagu benar-benar nggak terbendung. Saya juga jerit dari ujung tenggorokan saking dahulu, tatkala nonton Ambitions Asia Tour 2018 di Singapura, entah kenapa Taka nggak melakukan gerakan ikonik itu. Jadi baru kali ini pengalaman saya sebagai <i>fangirl</i> terbilang <i>kaffah</i>. Kalau boleh saya bilang sih Clock Strikes tuh lagu pamer. <i>This is that track where Taka gets his moment to fully become a show-off</i>, menunjukkan kapasitas vokalnya dengan tarikan panjang "<i>Believe that time is always foreveeeer woooooo ooooh aaaaaaaaah!</i>"</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h4 style="text-align: justify;"><b>M06. カゲロウ (Kagerou)</b></h4><div style="text-align: justify;">Bingung, nggak? Saya sih bingung, TAPI SENENG. BANGET. Sama sekali nggak menduga lagu Kagerou dari album lawas ゼイタクビョウ <i>(Zeitakubyou)</i> (2007) bakal nongol di konser ini. Para fans juga menyambut meriah saat Kagerou dimainkan. Banyak mas-mas yang lonjak-lonjaknya jauh lebih semangat berkali-kali lipat di lagu ini, apalagi mungkin udah lumayan panas karena lagu-lagu sebelumnya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h4 style="text-align: justify;"><b>M07. Mad World </b><span style="font-weight: normal;"><i>(Japanese version)</i></span></h4><div style="text-align: justify;">Lagu ini juga favorit!! Sebagaimana diderita sejumlah lagu-lagu ONE OK ROCK yang tersedia dalam dua versi lainnya, lirik Mad World versi bahasa Jepang dan <i>International Version</i> BEDA JAUH, dan menurut saya lebih lucu, lebih riil, sekaligus lebih merakyat versi bahasa Jepang. <i>It's a total shame that the International Version lost the funny edge the Japanese version has</i>. Sehingga, tentu saja saya sepenuhnya menikmati pengalaman jejingkrakan bersama Taka dan menyerukan "<i>Anna jibun ga ima, iya hora kou natta yo ima!!</i>" dari lubuk jiwa terdalam.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h4 style="text-align: justify;"><b>M08. Vandalize </b><i style="font-weight: normal;">(Japanese version)</i></h4><div style="text-align: justify;"><i>SOUND THE ALARM!!!</i> Akhirnya dimainin juga dia. Keterlibatan psikologis saya dengan lagu ini kayaknya udah nggak sehat. <i>I don't know about you but the part of the lyrics that go, "Breaking bottles on the pavement just to watch it crash" does something to me that I cannot explain</i>. <i>Maybe it vandalizes my heart</i>.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="554" data-original-width="900" height="394" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhMHZ9LukWCXBHqg3-uFcxcRqLH22hVyjE0DBUNEXUuErpfP_ZGiykE6CYfBM8-V3vq5jyILbRY_74bKjYpBIxReLDvxYrjQUipfuPQj_6OMzACUgQrJgHzGb1i346q6eMiQyKrGoA0No3gZZ_U_CpPnfCurDdrgsq8K4eh1yTcwVR-B2OXAYwWPsA4/w640-h394/oor1.png" width="640" /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-size: x-small;"><a href="https://www.instagram.com/p/CqomI_wh9oU/" target="_blank">Orang ini</a> juga tukang vandal perasaan.</span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h4 style="text-align: justify;"><b>M09. So Far Gone</b></h4><div style="text-align: justify;"><i>We're going slower</i>. Saatnya menurunkan tensi dengan memasuki lagu-lagu yang lebih tenang dan tidak lompat-lompat heboh. So Far Gone termasuk satu dari sedikit lagu dalam album Luxury Disease yang nggak dibuat dua versi, alias <i>full English</i> untuk rilisan Jepang maupun internasional. <i>This is a good ballad if you ask me</i>.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h4 style="text-align: justify;"><b>(MC) I Want You Back </b><span style="font-weight: normal;">(The Jackson 5)</span></h4><div style="text-align: justify;">Usai menggeber So Far Gone, ada sesi MC pendek. <i>One thing leads to another</i> dan Toru, Ryota, dan Tomoya tiba-tiba memainkan intro I Want You Back dari The Jackson 5. Katanya Taka sambil ketawa-ketawa, ini lagu yang sering mereka mainkan pas sesi <i>rehearsal</i>. <i>Glad to know my beloved band is a group of cultured men</i>.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h4 style="text-align: justify;"><b>(MC) 努努 (Yume Yume)</b></h4><div style="text-align: justify;">Saya MENJERIT. Sejujurnya ini masih masuk dalam sesi MC, alias momen tarik napas, minum, dan ngobrol-ngobrol hore. Taka mengode Toru untuk "Main lagu itu yuk?" sembari cengar-cengir cengengesan, dan sebagai <strike>bapak</strike> rekan satu band yang baik, Toru pun mengiyakan. <i>Surreal </i>banget denger Yume Yume secara langsung, denger Toru nge-<i>rap</i> di depan mata, mengingat ini tuh lagu jaman jebooooot. Yume Yume hanya dimainkan hingga <i>chorus </i>pertama, dan begitu kelar, Toru seketika curhat, "Sumpah otot lidah gue udah belibet banget sekarang, saking gak pernah nge-<i>rap</i> lagi." Ya makanya sering-sering dilatih dong, Bang~</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h4 style="text-align: justify;"><b>M10. Heartache </b><i style="font-weight: normal;">(Japanese version)</i></h4><div style="text-align: justify;">MC berakhir, namun sesi lagu <i>slow</i> masih berlanjut. Sudah saatnya kita semua mendapatkan lagu yang termasuk dalam <i>ONE OK ROCK Starter Pack. I'm dead serious</i>. Saya yakin seyakin-yakinnya bahwa lagu Heartache, bersama dengan Wherever You Are dan The Beginning adalah <i>trifecta </i>yang berhasil membuat banyak orang ngeh akan keberadaan ONE OK ROCK, kejeblos dalam <i>fandom </i>ONE OK ROCK, atau ya.. menjadi alasan orang bilang "Gue suka ONE OK ROCK juga kok" ketika cuma pernah dengerin tiga sampai lima lagu. <i>Sooo this is heaaaartaaaacheeee</i>...</div><div><br /><h4 style="text-align: left;"><b>M11. Gravity</b></h4><div style="text-align: justify;">Mantaaaaap. Sebagai <i>track</i> yang hanya ada di album Luxury Disease versi rilisan Jepang, Gravity termasuk lagu yang saya nanti-nantikan untuk dibawakan. Meskipun nggak ada vokal Fujihara Satoshi (Offical Hige Dandism) sebagaimana versi albumnya, tidak masalah. Ini momen transisi yang bagus banget untuk mengakhiri pojok sendu dan menuju momen lonjak-lonjak lagi. <i>My feet won't touch the ground! Your gravity will not keep me down! I'm not falling for it, no~</i></div></div><div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h4 style="text-align: justify;"><b>Instrumental break</b></h4><div style="text-align: justify;">Taka minum. Ryota, Tomoya, dan Toru menguasai panggung. Pengin banget banget banget nonton rehat gonjrang-ganjreng ini di versi rekaman supaya bisa lebih puas memelototi Yamashita Toru dengan kibasan gondrongnya yang bikin gatel nyuruh potong rambut itu. Pada titik ini semua orang sudah <i>kemringet</i>. Taka kemringet. Toru kemringet. Ryota kemringet. Tomoya kemringet. Saya kemringet. Mas-mas ganteng yang berdiri di sebelah saya juga sudah panas kemringet, sesekali meneriakkan "TAKAAAAA!!" dengan gelegar suara membahana.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="563" data-original-width="869" height="414" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjg30kDZVoudJun5Sq3JJiiIpMYZ3foSsmlqcmh1yOezFm8Dnwwni1xd1ztNSxRG3nosXivSY0h3wNKIWF_mSYfhMh2Lro81-Zt4e8rBtxRXl2jyeNFj5Tf9y3V1GNsu4phEbDE_6K9RPlmYtdq0U5n9373FkUZISFXcvXBR4rzLCQWddwI8qVZTVjA/w640-h414/oor1.png" width="640" /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h4 style="text-align: justify;"><b>M12. Neon</b></h4><div style="text-align: justify;"><i>Make your daddy ashamed, Tokyo to LA! </i></div><div style="text-align: justify;"><i>SING IT! Na na na na... </i></div><div style="text-align: justify;"><i><br /></i></div><div style="text-align: justify;"><i>Contrary to popular opinions―only if Western music reviewers count as 'popular' opinions to you―I truly like Neon</i>. Seru aja gitu. Berasa ONE OK ROCK nge-<i>cover </i>lagu Panic! At the Disco meskipun lagu ini emang dibikinin, bukan nyanyiin ulang. <i>This is the kind of song I'm dancing to when I'm drunk</i>.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h4 style="text-align: justify;"><b>M13. Deeper Deeper</b></h4><div style="text-align: justify;">Taka berdehem dua kali. Lalu, "PrrrrrrRAAAAAAAAAHHH!!!" dan seisi Tokyo Dome pecah. <i>Here we are going loudeeeeer! Again!!</i> Kayaknya sampai kapan pun Deeper Deeper akan tetap jadi favorit khalayak masyarakat. Mau berapa kali pun dimainkan, lagu ini bakal memancing hasrat lonjak-lonjak <i>a la</i> kelinci baterai Duracell. <i>We never, we never, we will not stop right here!</i></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h4 style="text-align: justify;"><b>M14. Renegades</b> <i style="font-weight: normal;">(Japanese version)</i></h4><div style="text-align: justify;"><i>This is where the red ocean appears</i>. Kalau sebelum-sebelumnya lautan merah muncul di lagu Mighty Long Fall, kali ini ia mengisi setiap sudut Tokyo Dome ketika Renegades dilantunkan. Nggak ada <i>mosh pit </i>karena konser kali ini <i>all-seated, but it felt amazing all the same</i>. Layar besar di atas panggung menampilkan gerbang raksasa yang pelan-pelan membuka, mirip adegan dalam video klip. Orang-orang yang kenal ONE OK ROCK dari adaptasi film Rurouni Kenshin lumayan hepi nih, sejauh ini sudah ada dua lagu <i>soundtrack</i>-nya yang dimainin.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h4 style="text-align: justify;"><b>M15. Your Tears Are Mine</b></h4><div style="text-align: justify;">Satu lagi <strike>dari Mayora</strike> lagu yang baik versi Internasional maupun Jepang sama-sama 100% berbahasa Inggris. <i>I swear upon everything on this planet, this is definitely a show-off song</i>. Lagu pamer <i>skill</i>. Vokalnya Taka indaaaaaaaah banget di sini. Jauh lebih bening dibanding muka cici-cici idola K-pop yang suka nampang jadi duta merek produk perawatan kulit lokal yang jelas-jelas nggak mereka pakai. Sebelum menyanyikan Your Tears Are Mine, Taka sempat ngasih wejangan berbunyi kurang lebih, "Coba bikin orang lain bahagia, mungkin dengan begitu kita bisa menemukan kebahagiaan untuk diri kita juga." <i><b>I'm not at all ashamed to admit that I cried when he sang, "You're beautiful even when you feel broken."</b> </i></div><div style="text-align: justify;"><i><br /></i></div><div style="text-align: justify;"><i>Open up that tearductssss!!!</i></div><div style="text-align: justify;"><i><br /></i></div><h4 style="text-align: justify;"><b>M16. The Beginning</b> </h4><div style="text-align: justify;"><i>It's official</i>. Memang yang menang banyak adalah orang-orang yang kenal ONE OK ROCK berkat adaptasi film Rurouni Kenshin. Lagunya nongol tiga nih! Jamaah <i>ONE OK ROCK Starter Pack</i> bergembira ria. Namun memang harus diakui bahwa The Beginning adalah lagu bagus yang sanggup memicu reaksi bagus dari penonton, nggak peduli berapa tahun sudah terlewati sejak ia dirilis. <i>Say another word I can't hear youuuu...</i></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h4 style="text-align: justify;"><b>M17. キミシダイ列車</b></h4><div style="text-align: justify;">Ya Allah. Ketika intro mengalun, rahang saya jatuh hingga ke lantai. Mangap lebar banget. Sebelumnya saya sudah bilang kan, lagu-lagu dalam album 残響リファレンス <i>(Zankyo Reference)</i> (2011) nggak ada yang jelek. <i>None</i>. Cuma gimana ya, terus terang sama sekali nggak menyangka bakal muncul dua lagu dari album itu yang masuk ke <i>setlist </i>konser Luxury Disease kali ini. <i>Are you ready now? We are ready now for tonight!!</i> (Udah siap dari tadi, Bang!!!)</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="381" data-original-width="483" height="504" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj63SqdjqbB1-nolvp0VNUqKnedL1CUiAvooXATdvrj2i6lvDiKIezNIMpInfX10YffhvPPfbwYnIJjxWJZrnfV-PB7lUYwDB1Bs4mijreWr484pE_yJE7pLCoKxBIa2TGRB417u2sQiNTYtFtw8JPx9zycsGhjCJtwakb-gAY2aic-q91ORu60Fc6n/w640-h504/oor1.png" width="640" /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h4 style="text-align: justify;"><b>M18. the same as...</b></h4><div style="text-align: justify;"><i>When this song came, somehow I could sense that we were in the beginning of the end.</i> Tensi the same as... lebih turun dibandingkan lagu-lagu sebelumnya, dan mengingat tenggorokan saya juga sudah lumayan serak, sepertinya tidak aneh jika kami semua telah mendekati penghujung pertunjukan. Pada titik ini saya mules bukan main, nggak ikhlas konsernya selesai, belum mau pulang dan mengakhiri malam ajaib ini (<i>for ME, it is a miracle</i>), cuma kok ya nggak punya kekuatan menghentikan waktu atau memutarbalikkan...</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h4 style="text-align: justify;"><b>M19. We Are </b><i style="font-weight: normal;">(Japanese version)</i></h4><div style="text-align: justify;"><i>The crowd was freaking amazing here</i>. Bener-bener kayak paduan suara. Barangkali karena bagi sebagian jamaah konser, We Are adalah lagu tema 18際 (<i>18sai</i>—18 Fes) perdana yang digelar oleh NHK tahun 2016 silam, dan melibatkan 1000 orang remaja berusia 18 tahun. <i>Maybe they do have personal attachment with the song, because everyone sang their parts like their life depends on it</i>. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h4 style="text-align: justify;"><b>M20. Wasted Nights </b><i style="font-weight: normal;">(Japanese version)</i></h4><div style="text-align: justify;"><i>I'm so sorry for not giving enough fuck about anything that's from Eye of the Storm album, but Wasted Nights is one of the better tracks</i>. Cukup bersyukur bisa dengerin Taka nyanyi Wasted Nights secara langsung karena lumayan meredakan <strike>kebencian</strike> ketidaksukaan pribadi terhadap album tempat lagu ini bernaung. <i>He dragged that last "I don't wanna wait, no more waaaaaaaaaaaaaaaaaaasted niiiiiiiiiiiiiiiiiggghts" until forever</i>. Gila emang tarikan napasnya. <i>Numero uno</i>.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><i>DONE</i>. </div><div style="text-align: justify;">Kelar. Bubar. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Tenang, masih ada <i>encore</i>. Tapi tetap saja, untuk sementara waktu, Taka, Ryota, Tomoya, dan Toru balik ke <i>backstage </i>untuk melakukan apa pun yang ingin mereka lakukan. Mungkin ngulet. Mungkin juga minum. Atau nyomot entah cemilan apa yang tersedia di belakang panggung. Sekaligus ganti baju, mengingat apa pun yang mereka pakai udah basah kuyup. Keguyur keringet sendiri. <b><i>And the crowd started to light up the dome with their phone torch to call for encore</i></b>. Merinding banget. Sekian puluh ribu orang nyalain senter ponsel bareng-bareng, mengayunkan tangan di udara. Sungguh ukhuwah konseriyah.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h4 style="text-align: justify;"><b>M21. When They Turn The Lights On</b> <i style="font-weight: normal;">(Encore)</i></h4><div style="text-align: justify;">Menangiiiisssss. <i>This song is beyond heavenly</i>. Apalagi saat dicocoklogi dengan bagaimana kami semua menyalakan senter ponsel... <i>oh yeah so we turn the lights on</i>. Apalagi lagunya kan diawali vokal tanpa iringan musik sama sekali ya, jadi dari keheningan tiba-tiba menyeruak suara Taka, "<i>I been climbing since I was young</i>..." Duh Gusti, memang terlalu indah. Hamba nggak kuat.</div><div><br /><h4 style="text-align: left;"><b>M22. Stand Out Fit In </b><span style="font-weight: normal;"><i>(Japanese version) (Encore)</i></span></h4></div><div><div style="text-align: justify;">Lagu ini jauh, jauh, jauuuh lebih oke dinyanyikan <i>live </i>daripada rekaman studionya. <i>Abso-freaking-lutely</i>. <i>And I genuinely think that this song is a good encore piece</i>. Kayak memang ditakdirkan untuk dinyanyikan ketika mau menyudahi sesuatu. <i>Maybe I started to warm up to this song, maybe not, but I can honestly say that singing along to Stand Out Fit In in Tokyo Dome was not a bad experience</i>.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="557" data-original-width="899" height="396" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhxwwDOKhuOVuN18ke1fLFFAd27nh7XEPeeBFTymTZkS5RckOjFE9I40O-yriMV5HvQQtnkJZ0HCsWpaMyESrfLMcVd0VvJkjnYQ9Ni4symSTQZHcvc4kY7-YGzPrJaFVCpuGlMjVdLs-xeL4aWDD4OqOdjD9i9Vqar48VQ81p80Nfp29EwhqpQ0g1J/w640-h396/oor1.png" width="640" /></div><br /><div style="text-align: justify;"><i>No </i>完全感覚Dreamer <i>(Kanzen Kankaku Dreamer)</i>, yang belakangan saya ketahui ternyata dibawakan sebagai <i>encore</i> untuk pertunjukan Tokyo Dome hari berikutnya. <i>No Prove and no Broken Heart of Gold, despite Prove being my ultimate favorite track from the Luxury Disease album and the grandest one, arrangement-wise</i>. <i>But of course it doesn't matter</i>. <i><b>What matters is that tonight is a magical night</b></i>. <i><b>Tonight is a night that is nearly impossible to happen to me but it happens nonetheless</b></i>. Saya bahkan nggak merasa iri sedikit pun kepada orang-orang beruntung yang berhasil nangkep lemparan <i>pick </i>gitar dan bas, stik drum, bahkan kaos(!!!) dari Taka, Ryota, Toru, dan Tomoya di salam penutup konser. <i>Me attending this concert spends a huge amount of luck already</i>.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><i>I might be stating the obvious</i>, namun sebagaimana yang saya alami ketika menghadiri <a href="https://adecembergirl.blogspot.com/2018/11/mwam-chasing-the-horizon-one-man.html">Man with a Mission Chasing the Horizon Tour Final: ONE MAN 2018 di Koushien Stadium</a>, <b>sepanjang tiga jam durasi konser, sama sekali nggak ada manusia di sekitar yang angkat-angkat ponsel dan rekam-rekam</b>. Damai banget, kawan. Indahnya kebersamaan. Saya yang pendek ini nggak terhalang sedikit pun untuk menikmati pemandangan seisi Tokyo Dome dari ujung kanan hingga ujung kiri. Kapan ya bisa ngalamin yang begini lagi...</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="549" data-original-width="875" height="402" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiAcoiHAwSQwkegMgNStrcjHlyZ5TOjf1POyiVegT9XNROsxVlg3WpBbj7UoI57M_FlzoJO7RHf2Ir2Z_e8wQTn_drd8yklg9cEkWV8LD7EbKYYvhl_Sb7tM68N32a63tbJeAwwN0FPGzepafZeC9YfLYWGArpN9QVie1WhL_yK2Jb0HbNlBy0hlj-b/w640-h402/oor1.png" width="640" /></div><br /><h3 style="text-align: justify;"><i>See you again, ONE OK ROCK.</i></h3><div style="text-align: justify;"><i>Hopefully this won't be the last miraculous thing I am able to pull, because my life is a series of YOLO decisions that I will never ever regret</i>. Semoga album kalian yang berikutnya akan jauh lebih bagus. Semoga suatu hari nanti akan tiba momen di mana saya bisa mendengarkan Prove dinyanyikan langsung oleh Taka (kalau boleh rikues sih yang <i>Japanese version</i> aja karena saya <i>purist snob</i>).</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div><div style="background-color: white; color: #2e2e2e; font-family: "Open Sans", sans-serif; font-size: 14px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: right;"><span style="color: #3b3b3b; font-family: mistral; font-size: 38px; margin: 0px; padding: 0px;">z. d. imama</span></div><div><span style="color: #3b3b3b; font-family: mistral; font-size: 38px; margin: 0px; padding: 0px;"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman"; font-size: medium;"><br /></span></span></div><div><span style="color: #3b3b3b; font-family: mistral; font-size: 38px; margin: 0px; padding: 0px;"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman"; font-size: medium;"><br /></span></span></div><div style="text-align: justify;">*P.S.: Foto-foto manggung yang bertebaran di tulisan ini diambil dari akun Instagram <a href="https://www.instagram.com/oneokrockofficial/">ONE OK ROCK</a>, <a href="https://www.instagram.com/10969taka/">Taka</a>, <a href="https://www.instagram.com/toru_10969/">Toru</a>, <a href="https://www.instagram.com/ryota_0809/">Ryota</a>, dan <a href="https://www.instagram.com/tomo_10969/">Tomoya</a>, berhubung sepanjang konser penonton dilarang jeprat-jepret dalam bentuk apa pun.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">*P.P.S.: Khusus pertunjukan hari berikutnya (Rabu, 5 April 2023), ada momen-momen ketika encore di mana Taka ngasih izin penonton untuk rekam-rekam, <i>hence some videos you might find going around the internet.</i></div></div></div></div>z. imamahttp://www.blogger.com/profile/16300911470774364068noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-5262709017274263039.post-54010910478176527712023-01-31T13:58:00.006+09:002023-02-01T14:22:35.986+09:00I feel like I know you better now that you're gone, Bapak.<div style="text-align: center;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgF7NY6FjH4JuLkOfw2ZTEzNpaRZRccR9D9xRXfrSFrYHQee-Aj85M65EFqnkkYKHy8074_3cPFyKYAB4ppS_I9u8-VXklrp_dhz3BQy3-xPW3OfyII7SMR78fpFDo0ffrpR03K0knnFCL5JgHRZbZNP5rg-0zm7akTGFUoeSnC8jfTo89r2NnWHvuo/w640-h360/everything%20i%20cannot%20say.png" /></div><br /><h3 style="text-align: left;">Selamat hari ulang tahun pernikahan, Bapak. </h3><div style="text-align: justify;">Today is not your birthday. Not even the day when you left Mother and your daughters forever. But since it feels like you made more effort to be Mother's husband rather than a father, I decided to write this all today: on your wedding anniversary. When you're no longer with us. When I am the same age as you were when you married Mother.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Quick update: I am still married to no one.</div><div style="text-align: justify;">You didn't miss anything. Chill.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">We didn't have the best relationship, let's get real. We didn't talk that much. Most of our exchanges turned into arguments, fights without victors that only left the participants with heavy hearts and itching scars. Maybe I am not your favorite daughter, as you were a distant father to me. That's weird and a little bit sad, actually, because I have these fragments of shattered recollection where you put me in front of your old, rusty but trusty motorbike, and we rode around the village, looking over the vast spread of green ricefield, watching little boys playing football in the vacant lot nearby, counting the passing goats and buffalos under the soft warmth of the twilight sun, when I was small enough to not be able to retain the complete version of my own memory. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h4 style="text-align: justify;">What went wrong? </h4><div style="text-align: justify;">You might question that, because I did. </div><div style="text-align: justify;">I still do. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">I still question why you never once said that I did a good job even if I brought home perfect scores on tests. I still question why you never asked what I wanted. I still question why you didn't let me grow my hair, wear skirts, or choose what shoes to wear to school when we bought them. As if everything I did is wrong in your eyes, not good enough, less than satisfying. So I took step back and when you didn't turn around and reached out your hands to me, I took another step. Soon we had a gaping crater stood between us. It didn't help at all when I knew that you actually wished for a son—had a whole plan to teach the hypothetical kid whatever things you love, and that plan crashed because it was me who came out of Mother, bloody and wailing, and very much a girl. It made me think that maybe if I were born a boy you could love me better, you could spare a second to actually listen, and you could be interested to know just how much I tried to be a good child. How I never asked for things twice after you said no. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">And you always said no.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">For the decades we shared together, I don't remember you consuming arts or pop culture products. You listen to the radio daily, sure, but it felt more like the need to fill the stretching silence with background noises. Other than going to religious gatherings, your hobbies revolve around football and tennis, which eventually claimed your life. Maybe the only thing I'm grateful about with your sudden passing is that you died doing what you love, surrounded by your friends in your last moments. I don't know, probably you were happier there than at home. Maybe when you're with your friends, you can be yourself. You don't have a role to fulfill, a duty to perform. Out there, you're neither a failing husband nor a withdrawn father, you're just... you.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Out of the blue, you're not coming back home.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Then I found myself cleaning up your things. Folding old and new clothes, opening boxes, reading sheet after sheet of paper, trying to figure out what to keep, what to donate, and what to throw out. That afternoon I sat on the floor, pulling shelves open, rummaging through parts of your life I've never met and known.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">And I saw them.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Your school diplomas with your signature I've never seen before. I guess even you had them too, that awkward time period when you need to sign things but had no idea how to do that, so you just wing it. I call them signature prototypes.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1920" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2xk67CqPY_-emakD1efiWxVwpVsYV7mlrSyN4elazjvtsn5vRhze5nXW4Gmsycpd55Da841w19F-WLMfEoLC4P-5Eh5a4pvubbWnrwpYgilit89vQF_9Mp0q0xFXHnQsMNYfbu0tJz8hB9OW9Ei7AhiJ71YNQQDMi4Q3w6eOiStJW79qZr6qb_QKS/w640-h360/everything%20i%20cannot%20say.png" width="640" /></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Shelves full of unused birthday presents. The brand-new ties. Crisp shirts, now yellowing from age and bad air circulation. The leather wallet Mother bought for you at the local department store because she knew your old wallet almost turned into shreds, now cracked. Everything we got you as birthday presents for year after year until we didn't do it anymore. Because you never wore them, never used them, never carried them with you. Giving you gifts felt like throwing things into a black hole; it sucks every matter and substance in view and they could never appear again.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Until that afternoon, apparently.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Because you hoarded them. You collected them as if they were rare items when we gave it to you every year. You lined them up like museum pieces. You kept them brand-new and untouched when we wanted you to make full use of them, to give them tear and wear as the time goes by. For years we swallowed the bitterness clutching on our throat, because it seemed like you preferred the cheap, badly-made things you bought for yourselves rather than the presents we carefully selected with the little money our household managed to spare.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">So I sat around dozens of old, time-worn packages of nice things that never got a chance to shine. You didn't take them along with you when you were alive, despite knowing they all wouldn't follow you to the grave. You left them behind, for me to find. You let me deal with all these mixed feelings, anger and disappointment and frustration and god knows what else. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">I found them, too. Rows and rows and rows of old cassette tapes, branded with well-known names of Indonesian 70s and 80s bands and singers, all the ribbons and lyric sheets intact. I asked Mother, <i>"Lho, Ma, ini kaset-kaset koleksi Mama ya? Disimpen di sini semua."</i> She told me, <i>"Bukan, itu semua punya bapakmu. Mama sejak dulu nggak nyetel lagu." </i>Mother said she doesn't know why you never played them again, although we still have a working cassette player. We always have.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1920" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0LTKRsp9uxfcFdFs7psUmS7O0vXcpCUJci36fS6eUAEJYEDpEz0jIui_8H_vzKZA-RFCm4asy4bSw0P6NQUaJX0aOWuKjOuBvBGxwqXGBvQT5NK90Fox2QsOW2lLEM50nnGH_O_DYAyk1lju__cX-kM8WXgFHpeJ2NTR-f1v44X0Q4R8_Sf_WATPy/w640-h360/everything%20i%20cannot%20say%20(1).png" width="640" /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h4 style="text-align: justify;">What went wrong, Bapak?</h4><div style="text-align: justify;">Did you fall out of love with them? Did you 'outgrow' them, or were you forced to stop doing what you like because people around said that you shouldn't do that anymore, after being a man with a family? How long did you hold back, restraining yourself for the sake of answering people's expectations and fit in their standards of manhood? Did you feel empty after being robbed of self-actualization all these years, and that was one reason that caused your bad temper? If you loved music to the extent of collecting them oh-so carefully, why did you often yell angrily at me when I hummed my favorite song as I swept the floor or washed the dishes? Were you mad because you thought you no longer had the liberty to enjoy things, as I did so freely and openly? Was watching me gave you pain because I was a reminder of the much, much younger version of you? </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">The you that you've lost, or worse, threw away? </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Did my personality that makes me able to immerse myself in books and movies and music actually come from you? How much parts of you I inherited without knowing? How much of yourself did you see in me?</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Now all I have are tons of questions you could not provide answers to and a piling crumbs of clues. Of course you'd never respond to them. I don't think you'd give any explanation, even if I asked you when you were still here. I feel like journeying without a compass, following only a faint trail, trying to head to a place where I could get the whole picture of you. I have the lead, yet I can never be too sure.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">But you know what's funny? I feel like I know you better now that you're gone, Bapak. Because while you may not provide an answer or cannot confirm a single thing, there is nothing you can hide now. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">The boxes are all opened.</div><div style="text-align: justify;">The keys are in my hands.</div><div style="text-align: right;"><br /></div><div style="text-align: right;"><span style="background-color: white; color: #3b3b3b; font-family: mistral; font-size: 38px;">z. d. imama</span></div>z. imamahttp://www.blogger.com/profile/16300911470774364068noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-5262709017274263039.post-36316434560685469772022-12-15T11:00:00.002+09:002022-12-15T11:00:00.164+09:00Happy birthday, me.<p></p><div style="text-align: center;"><img border="0" data-original-height="794" data-original-width="1640" height="310" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgdAnoWli5HGC-TxUQs1KPCrGjZzBHpLdDvf9646q3L7cKFCwrgkUDb-FOj4OO2ebBA8zlhn6d9_hsLJXxEZAgmK0SuyTnA1uVWlAtjsoK35qlLIF-51cfbE_TG_eSfVSjOWJr4oL8neXy5WkuJ51Ssevg7UTpDz74OhqcJVgacXZ3PJJMzpd4QtQu1/w640-h310/Happy%20birthday.png" width="640" /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">The title says it all. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">So, yeah.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h1 style="text-align: justify;">Today is my birthday.</h1><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Another year added to my gear. And I've been counting all the things I hold dear. It's not a lot, but it's also not just a single plot. <b>The greatest thing about being a December-born person is that, in a way, your birthday feels like the concluding event of the year.</b> The encore of a show that you run solitarily. You know, like a Spotify Wrapped but make it your own life. You can look back on what you've been through during the whole twelve months and reminisce things like, <i>"Probably I spent 267 hours crying, 2500 hours fangirling, and 198 hours overthinking all night while listening to Taylor Swift's Midnights album"</i> or <i>"May was truly the month when I felt the shittiest about myself, rating 0 out of 5"</i> or <i>"Holy shit COVID-19 got me twice this year and it happened on the first and the last month as if it is an opening and ending theme for my 2022"</i>.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Throughout my life, how I think about my own birthday and react to it varied. They changed and evolved. Not gonna lie, there was a time when I thought birthdays only mean you were getting closer to death, which leads to the conclusion that birthdays are not something that should be celebrated. It's not exactly a 'wrong' thought, since we undoubtedly walk towards death the moment we are born, but that's such a bleak take for something that will definitely happen once a year. It didn't spark joy at all.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">There was also a very, very long period when I dislike my birthday because it reminds me of those birthday parties and celebrations I couldn't have because of my family's financial situation. And maybe because I didn't have enough friends, or 'cliques'. And maybe because deep down, there was this feeling of shame lingering around. My schoolmates always had nice birthday parties; good clothes, good food, and good gifts. What my family could afford was far from those 'standards' I have seen multiple times, and I didn't want my day to be compared. Kids are shallow, you see. We want the same things our peers have, and I tried my best to be a 'good, understanding child' who never asks for anything her parents cannot obtain. Thus "nice birthday parties" become my what-ifs, my longtime fancy, my dream that never came true. I buried that wish so deep and it turned into thorns in my flesh. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Now I think having your birthday, again and again, means you didn't die. Not yet, at least. I haven't made up my mind about how to feel on this particular day. I don't hate it anymore, but it's not like I can shout "Yaaay! My birthday!!!" from the rooftop gleefully. It's quite an awkward relationship. We're still on the 'bridging the gap and testing the boundaries' term.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>But I want to stand tall and accept the fact that I'll only be getting older like a champ</b>. <b>I want to be proud that I've lived all these decades, learning, de-learning, and re-learning things as I go.</b> Maybe I didn't always do my best, but I want to believe I did enough. I did what I could, while dealing with whatever shit I was feeling at that time. <b>And I want to be grateful simply for being alive.</b> As Stephen King wrote, "<i>The good thing about being old is that you don't have to worry about dying young</i>".</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">That's what I want.</div><h3 style="text-align: justify;">I want those days when I feel relieved I didn't die young to come.</h3><div style="text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1915" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhf-KyxXMeZt5oSkHfZlKVSlBNctMy_KWC7Ld8VhZRyaSqvYrKf4Oo7xAjSs0j60yUuTTPYCLuZa8-3mSvbB25sNXqlWD_-ELbL0qrRY22S2wsbmGuVRd8nlcQlUikKHnX_yN2p6hO7rclwJrJeXA0SkwmuGD_MeDOCMWJDTZMCz7IB_jcmCfV1eSol/w640-h360/IMG_20221214_235837.jpg" width="640" /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-size: x-small;">Flowers from me to me, because why not?</span></div><br /><div style="text-align: justify;">Today, I am no longer whatever age written beside my name for the last 12 months. I also will never be 25 again, which means I will never get married at the same age as my mother. I will never give birth to a child at the same age as my mother. I am officially strengthening my foothold in the demographic segmentation to whom society LOVES to ask the ultimate question: <i>"Kapan nikah??"</i></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Or they will simply talk and gossip behind my back. Whispering that there must be something wrong with my personality, because I fall right into <i>"Udah umur segitu kok ya belum nikah-nikah"</i> pool. They will question the overall standards I hold for people and give advice like "<i>Kamu tuh mbok ya jangan terlalu pemilih</i>". Society will see me as an unfortunate person because my marriage status remains unchecked. There will be people who compare girls like me to leftovers, to spoilt milk, to anything else but a human being. They say I have less value now because I cannot get any younger.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>But that, is not true at all.</b></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h3 style="text-align: justify;">I don't feel I become less of a human by getting older.</h3><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">I still feel like myself. <b>My way of thinking, my personal traits, my knowledge, my experiences, and everything else that makes me "Me" are still mine.</b> I still love all the things I've been loving for the past years: books, music, comics, taking a bus ride with no particular destination, strolling around the city, all that stuff. And I hope to keep it that way. I don't wanna let them dictate how to see my personal worth. If society thinks I no longer have the appeal to be loved by other people, I will prove them wrong by loving and respecting myself better. Probably won't be an easy fight in the long run, but I'm used to picking the trickier road and walking it.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h1 style="text-align: justify;">It will be okay.</h1><div style="text-align: justify;">I should be okay.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Once again, happy birthday, me.</div><div style="text-align: justify;"><b>Live long, prosper, and be happier than ever.</b></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Amen.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: right;"><span style="background-color: white; color: #3b3b3b; font-family: mistral; font-size: 38px;">z. d. imama</span></div><div style="text-align: right;"><div class="post-footer" style="background-color: white; color: #2e2e2e; font-family: "Open Sans", sans-serif; font-size: 14px; line-height: 1.6; margin: 0px; padding: 0px; text-align: start;"><div class="share-box" style="margin: 0px; padding: 0px;"></div></div></div><p></p>z. imamahttp://www.blogger.com/profile/16300911470774364068noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-5262709017274263039.post-50421045560337700142022-06-06T21:33:00.000+09:002022-06-06T21:33:05.024+09:00Langganan Majalah BOBO di tahun 2022: WHY NOT?<p></p><div style="text-align: center;"> <img border="0" data-original-height="3456" data-original-width="6912" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiX7oaABcca-ORa-U8HyOP59GmT4V0QdQJPJWNYC3n4ZZsP87Vr_jBR3OhWWt38D75CLIC6hgc4zfDLRhamBb_NLeY9Ju4l4SfmmQ6cRUHyf927aWCJr5HHElRnX5lWaCqoCH_q0KGqEygefqZF4zipk69KJqVO0CborBLGnziPamcaBAL2PTDhkeq_/w640-h320/Green%20and%20Pink%20Watercolor%20Roses%20Wedding%20Banner.png" width="640" /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><i>Hello, lovely internet folks! Finally. My first ever post in 2022, and also, the first time in forever</i>. Tanpa banyak babibu dan fafifu, saya akan langsung masuk ke topik bahasan kita kali ini. Yah, sebenarnya juga sudah ke-<i>spoiler </i>dari judul postingan sekaligus gambar pembuka, sih.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Pada suatu sore di pertengahan tahun 2022 (maksudnya hari ini), tiba-tiba seorang netizen yang tinggal di sebuah kos-kosan di Jakarta-alias saya-tersentak dari <i>e-book</i> yang sedang dibacanya. Suatu pikiran <i>random </i>muncul dari benaknya: </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h2 style="text-align: justify;">"Majalah BOBO sekarang apa kabar, ya?" </h2><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Rada aneh, memang. Padahal sejenak sebelumnya, si netizen ini-alias saya-sedang menikmati sebuah novel misteri yang sama sekali nggak punya sangkut-paut dengan majalah BOBO. Layaknya netizen pada umumnya, manusia satu ini kadang-kadang memang suka berkelakuan ajaib.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Dahulu kala, di suatu masa sebelum pandemi menyerang, saya pernah menyentil betapa majalah BOBO berjasa besar dalam postingan tentang <i><a href="https://adecembergirl.blogspot.com/2016/10/magic-knight-rayearth-90s-series.html">Magic Knight Rayearth</a></i>. Ibu selalu membelikan edisi-edisi lawasnya dari tukang loak dan pedagang majalah bekas, untuk saya gunakan berlatih membaca. Sekaligus, tentu saja, untuk disobek-sobek dan digunting-gunting (karena setiap anak kecil adalah tornado ukuran mini yang bisa jalan-jalan dengan dua kaki). Sewaktu bangku Sekolah Dasar pun, saya pernah memenangkan suatu perlombaan yang hadiahnya adalah langganan gratis majalah BOBO selama beberapa bulan. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Majalah BOBO adalah salah satu bagian penting dalam hidup saya. Saya juga yakin bahwa yang merasakan seperti ini bukan cuma saya seorang. Berhubung tiba-tiba kepikiran, saya memutuskan duduk di depan laptop. Membuka <i>browser</i>. Mencari-cari informasi. Pertanyaan yang saya ingin temukan jawabannya sudah jelas: <b>Majalah BOBO masih ada nggak sih sekarang? Apa masih bisa langganan? Tersedia versi cetak atau sudah jadi majalah digital?</b></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Jawabnya ada di ujung langit.</div><h3 style="text-align: justify;">Masih ada. Bisa. Tersedia baik cetak maupun digital.</h3><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">WOW.</div><div style="text-align: justify;">Saya mangap.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="720" data-original-width="1364" height="338" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi4mv5WLhCimLfaqYl0c38P9oyvtAImN8X9Qz6i1PIwg4INjoyqdOQ__G62BJDpumcVSMx0OYi_g9YSgqjMrCwgmZSk4ibqWWMwe3ymAwbM51lUPY8zKOto374UYglOO_FL4IpFXcDP_pjbAa0eEGZcXWSuKcO_wg23waNruFZBRb-KG_fwduDDnLbH/w640-h338/Gramedia.png" width="640" /></div><div style="text-align: center;"><span style="font-size: x-small;">Bisa langganan majalah BOBO! Yay!</span></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: left;"><span style="text-align: justify;">Hasil awal </span><i style="text-align: justify;">browsing </i><span style="text-align: justify;">saya mengantarkan langsung ke laman </span><b style="text-align: justify;"><a href="https://ebooks.gramedia.com/id/majalah/bobo">Gramedia Digital</a></b><span style="text-align: justify;">. Dari situ, saya jadi tahu beberapa hal:</span></div><div style="text-align: justify;"><ul><li style="text-align: justify;"><b>Harga eceran majalah BOBO (per edisi) sekarang Rp15,000</b></li><li><b>Beberapa paket langganan Gramedia Digital bisa dipakai mengakses majalah BOBO</b></li><li><b>Logo dan huruf majalah BOBO sampai saat ini tetap nggak berubah</b></li></ul></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Masih kurang puas, saya kembali meneruskan perjalanan menjelajah internet. Gramedia Digital, sebagaimana namanya, memberikan akses majalah BOBO versi <i>e-book</i>. Bagaimana dengan versi cetak? Ke mana saya harus menghubungi kalau ingin beli majalah BOBO edisi konvensional? Ayolah internet, pinjamkan kehebatanmu!!</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Tak seberapa lama kemudian, misteri terpecahkan.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="726" data-original-width="1366" height="340" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgiTV4yu2CePk4J1dJxeX8EWiX5UYoijzlOfvPleX6yDsXDkyJGj3UusnIj5NKksnJEnp9x-lRStXVrZGeEt-3VIxaWv65spIKUj49EEe9KrmlrrfIVzBVDdEg9T5Z944ej3V-Kth87ikET473Ip2Z_p-zde9wMhvL0Zxr1-ssrSPoWLKyUS9VSkDqU/w640-h340/Gramedia.png" width="640" /></div><div style="text-align: center;"><span style="font-size: x-small;">Opsi langganannya lebih banyak! Harganya lebih murah!</span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Saya terdampar di sebuah situs bernama <b>Grid Store</b>. Usut punya usut, Grid Store ini merupakan situs yang menjual produk-produk majalah dan tabloid terbitan Grid Network, Kompas Gramedia. Majalah anak-anak yang tersedia dalam katalog tidak hanya BOBO, tetapi juga ada BOBO Junior (walaupun terus terang saya nggak tahu apa beda target pasarnya dibandingkan BOBO-<i>senpai</i>), MOMBI, dan MOMBI SD.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Bisa dilihat dari <i>screenshot </i>di atas, Grid Store menyediakan lebih banyak opsi langganan dibanding Gramedia Digital. Tidak cuma itu, harganya pun lebih murah. Tarif per eksemplar bahkan ada selisih seribu Rupiah. Lumayan cuy.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Tanpa pikir panjang, saya klik salah satu rencana langganan dan menekan <b>Masukkan Keranjang</b>. Barangkali inilah kekuatan kangen. Inilah kesaktian rasa sayang. Bikin ikhlas melakukan hal-hal yang sejatinya nggak butuh-butuh amat. Apalagi timbunan bacaan pribadi tingginya setara Monas dan nggak kunjung berkurang.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="722" data-original-width="1366" height="338" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhetib1Z2D29yJsQuzzM92k62YiIcpDHolORrXHDcAqf-qOnQ3S6iaFALvea5Qzmk9UVY-Mh8XEN4tu6eP1ABrmUNzfvmQQvAiPpYu4p_VUzIhyPb_x4WUcr74X1ZVOTa_mcdZGcnVRxoVKwbvezQPcKOQxpSuCkkoAEu0CDKnewyEH3ToWY7jb6YU3/w640-h338/Gramedia.png" width="640" /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-size: x-small;">Isi keranjang belanjaan</span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="724" data-original-width="1366" height="340" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgtkrQiqGnkAeD_7pA7TZfEAh-0UO-WXw2ZtscenrWpjgy9MiWDRp2gkSNcqcHj3oMExdPfx1NTgVpQJTZtFPZREJI5Q6s2jA5jrIhEynnk62iTMdfgLgZbrwiOBUytwQgcQNxLZxNzpkF4Km-eMipwH3bpE4UdZOVJWhfJQ4e63YWCHTLUaZc0Nief/w640-h340/Gramedia.png" width="640" /></div><div style="text-align: center;"><span style="font-size: x-small;">Bisa dibayar dengan berbagai macam cara!</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="text-align: left;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="text-align: left;">Proses transaksinya nggak berbeda dengan kebanyakan lapak belanja online lainnya: <b>bikin akun baru terlebih dahulu baru bisa belanja</b>. Nggak terlalu banyak data yang dibutuhkan Grid Store. Cukup nama, alamat email, nomor ponsel, tanggal lahir, serta <i>gender</i>—yang sayangnya, tapi juga sudah bisa diduga, masih hanya tercantum Laki-Laki dan Perempuan.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="text-align: left;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="text-align: left;">Setelah pembayaran dilunasi, majalah BOBO yang jadi belanjaan saya langsung bisa diakses dari kolom <b>Bookshelf</b>. Muncul dalam sekejap mata. <i>Works like magic</i>. Sungguh luar biasa kekuatan internet dan konten digital.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="text-align: left;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="728" data-original-width="1366" height="342" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjuBUldpouZ472i1qwWTQI8CzSwnETHtAnXjVzDhwIj-M-Wk_CnJT2jDhqXtt0VOTBTkneReXuptbODyq4YphZqn3Seh4CPDYfWCvR0u9LsmSybdh_sRCzT14QtRemYZ6_LaZWOwOaaqhDHOpI4bOTw1YHznHemruuVmzAnq3DIWEBVjOBuHGjxxqBg/w640-h342/Gramedia.png" width="640" /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-size: x-small;"><i>It sits prettily, ready to wait for me <3</i></span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div>Jika kalian nggak ikhlas merogoh saku untuk berlangganan mingguan, beberapa konten majalah BOBO secara terbatas juga bisa diakses gratis via situs resmi di <b><a href="https://bobo.grid.id/">sebelah sini</a></b>. Silakan kakak-kakak yang mau nostalgia kehidupan masa kanak-kanak. <i>Everything is just one click away~</i></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Saya mau pamit dulu. Sudah ditunggu Bobo, Coreng, dan Upik. <i>And really, the greatest perk of being an adult, with your own hard-earned money, is that now you can pay for things you love as a child, and nobody can stop you from doing so</i>. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: right;"><span style="background-color: white; color: #3b3b3b; font-family: mistral; font-size: 38px;">z. d. imama</span></div><p></p>z. imamahttp://www.blogger.com/profile/16300911470774364068noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-5262709017274263039.post-22289670436066895222021-11-30T23:33:00.006+09:002023-02-01T14:38:57.196+09:00"Pasukan Buzzer": Siapa pun bisa menjadi siapa pun di internet<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="907" data-original-width="1920" height="302" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiHmQlUbqA-MqlbBG4zRJ3cAleJzk-Cy8bwNKzW723tNVAWEPff-JA7rIQihoz7_1srRirr92Mcel5F1TvJYQ6nVTt9oOQc1idAVIT2BYQoy7iI6LotJARF4QNlUELqPIin6I_WEmC2A0c/w640-h302/Pasukan+Buzzer.png" width="640" /></div><br /><div style="text-align: justify;">Jika bukan karena membaca ringkasan di sampul belakang buku dan memergoki tulisan “Novel” yang tertera di sudut kanan bawah buku, saya hampir mengira “<b>Pasukan Buzzer</b>” karya <b>Chang Kang-Myoung</b> (judul asli: 댓글부대 <i>Daetgeulbudae</i>) adalah buku nonfiksi. Rasanya prasangka ini tidak berlebihan. <i>Buzzer </i>adalah istilah yang sejak beberapa tahun belakangan ini semakin marak diperbincangkan, sangat dekat dengan hal-hal yang berbau kampanye. Pilpres, pilgub, pilkada, kebijakan-kebijakan publik kontroversial, peluncuran produk baru, entah apa lagi. Bahkan sebagai pengguna media sosial yang lumayan aktif, tidak jarang cuitan saya di Twitter yang mengandung kata kunci tertentu mendadak disambar seenaknya oleh akun-akun <i>bot </i>yang menimpali dengan makian atau kalimat-kalimat pembelaan berlebihan. Pokoknya menyebalkan. Begitu tahu bahwa “Pasukan Buzzer” merupakan novel, saya langsung punya firasat yang mengatakan buku ini bukan sesuatu yang bisa saya baca sebagai hiburan semata. Bukan cerita haha-hehe. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Dua ratus delapan puluh sekian halaman kemudian, insting saya terbukti benar.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h3 style="text-align: justify;">(Memang) Bukan bacaan ringan.</h3><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="1953" data-original-width="2048" height="610" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgrchT7FQAth3UsMx6eFSDmJGom9yBs1kL3BbzbkUt1ZjUJON5A_TLaU58wvhyphenhyphenl0wO2e9sui_RWR88-ra1iw4nblVv6lqBlXl4ZQIHLdflNkWhbgKVhfZXZKOwJcvrxD5bxNpkjOh7uZ5w/w640-h610/IMG_20211130_202122.jpg" width="640" /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: justify;">“Pasukan Buzzer” menyoroti <b>Tim Aleph</b>, perusahaan pemasaran <i>online</i> yang menawarkan jasa promosi, baik produk hingga perusahaan. Tim Aleph digawangi oleh <b>Sam-goong</b> yang jago bersiasat sekaligus pakar fafifuwasweswos, <b>Chatatkat </b>yang luwes merangkai kata, dan <b>01810</b>, yang hingga akhir kisah tak pernah diungkap nama sebenarnya, sebagai ahli komputer. Proyek-proyek manipulasi opini yang mereka bertiga tangani selama ini bisa terbilang berjalan mulus, sehingga boleh dikatakan tampaknya ketiganya cukup berbesar kepala. Percaya diri bisa melakukan apa saja. Tatkala sebuah tawaran pekerjaan yang tidak lazim muncul di hadapan mereka, yakni menghancurkan situs <b>Kafe Jumda</b> dalam rentang waktu satu bulan dengan imbalan sembilan puluh juta won, Tim Aleph pun mengiakan. Meski Chatatkat dan 01810 sempat bimbang. Tanpa dinyana, proyek Kafe Jumda ini menjerumuskan Tim Aleph dalam suatu permainan yang lebih besar, yang entah apakah ketiganya berhasil keluar dari sana. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Hidup-hidup, tentunya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Satu hal yang paling awal mencuri perhatian saya ketika membuka “Pasukan Buzzer” adalah judul-judul tiap bab yang tertera dalam Daftar Isi. Novel ini tampak menganggap serius dirinya sendiri. Penulisnya sengaja mengutip kata-kata <a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Joseph_Goebbels"><b>Joseph Goebbels</b></a> yang beredar di internet, walau kemudian disertai penafian bahwa tidak bisa dipastikan apakah Goebbels benar-benar pernah mengucapkan hal-hal yang dikutip tersebut. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Di titik ini, alis saya sudah terangkat. </div><div style="text-align: justify;">Hmm. Menarik.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="1536" data-original-width="2048" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiVi51ALYfmYSx4ke3whgwOTEhzEcBZVRCScIMhk6qdLTt_WJbpshrjcT24B52grcYkjdhzGgNDdL8WaqXhWUuc2-S9e1AZCi45GrvplNhlopi0R5XpkM3oACzHx8_A3G9TDIaKjt2wNIo/w640-h480/IMG_20211130_202002.jpg" width="640" /></div><div style="text-align: center;"><span style="font-size: x-small;">Jajaran judul bab pada novel "Pasukan Buzzer" yang sungguh lain dari yang lain</span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Cerita disajikan dalam bentuk kombinasi narasi dan transkrip rekaman wawancara yang alurnya maju-mundur. Agak membingungkan, terus terang. Butuh konsentrasi khusus agar tidak tersesat di tengah-tengah membaca. Komposisi tiap bab tergolong formulaik: transkrip rekaman, foya-foya, seks atau aktivitas sejenis, paparan kegiatan manipulasi opini. Ulangi. Ketika progres membaca saya mencapai sekitar 50%, benak saya mulai mempertanyakan apakah skena seperti ini memang identik dengan dunia seks? Ataukah penulisnya, Chang Kang-Myoung, hanya ingin memasukkan detil-detil adegan perlendiran yang tidak berkaitan dengan pokok permasalahan agar tulisannya terdengar dewasa, maskulin, dan gagah? Atau barangkali ingin mengekspos betapa misoginisnya pria-pria Korea Selatan kepada dunia?</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Kira-kira yang mana nih?</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Secara umum, “Pasukan Buzzer” adalah suatu cerita yang digerakkan oleh plot. Bukan tokoh-tokohnya. Penokohan tiap karakter yang muncul terasa hanya sebatas pemukaan. Pembaca tidak belajar banyak tentang sosok Sam-goong, Chatatkat, dan 01810, selain bahwa ketiganya terbilang cukup kikuk di kehidupan nyata dan mudah terbuai perhatian perempuan. Pembaca yang lebih peduli pada keutuhan karakter dibandingkan kompleksitas plot (seperti saya, misalnya) bisa jadi akan merasa kecewa.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sebagai kompensasi tipisnya karakterisasi tokoh, “Pasukan Buzzer” penuh sesak dengan referensi kasus-kasus, gosip, dan isu sosial di Korea Selatan. Mulai dari rapper hingga pemilihan presiden. Chang Kang-Myoung benar-benar tidak menahan diri dalam mengerahkan berbagai pengetahuan dan referensi yang dia peroleh selama berkarir sebelas tahun sebagai reporter. Jujur, ada beberapa momen di mana saya merasa semua informasi yang dilemparkan ini bikin jengah. Begah. Eneg. Seakan-akan saya sedang duduk bersama seorang laki-laki yang sibuk berceloteh seorang diri, menjabarkan betapa luas wawasannya tanpa sedikit pun berhenti untuk memperhatikan apakah lawan bicaranya menunjukkan minat pada apa yang dia bicarakan. Tidak mengambil jeda untuk peduli apakah lawan bicaranya punya opini untuk disampaikan. Asumsi awal saya yang menduga novel ini menganggap serius dirinya sendiri sepertinya tidak bisa dibilang meleset.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Meski begitu, “Pasukan Buzzer” bukan novel yang buruk. Saya tidak bisa berbahasa Korea, sehingga tidak mungkin memberikan penilaian terhadap cara penuturan kisah ini dalam bahasa aslinya, tetapi terjemahan bahasa Indonesia dari tangan <b>Iingliana </b>terasa mulus dan mengalir. Enak banget. Catatan kaki yang nongol di sana-sini, menjelaskan berbagai referensi kasus maupun istilah-istilah khas budaya Korea Selatan juga sangat membantu pemahaman pembaca. Andaikata skor novel “Pasukan Buzzer” ini 8 dari 10, 5 poin akan saya dedikasikan untuk Iingliana selaku pengalih bahasa. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Engkaulah juaranya.</div><div style="text-align: justify;">Sudah sana ambil sepedanya, Kak. Ambil sepabrik-pabriknya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="1303" data-original-width="2048" height="408" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEho0QBPWckhWcuqcaLRW1jHNeYIt3XVwozLNIVoj8Uq87Rvw2waWbTK1s-9tO6GfXy4pLhOaanXdwJykqUHezhxJ7myZ2uygcgwFzK3ipyCmH-DysjxZDA_jkUiPQ_JckPpPSe8O1bV_iA/w640-h408/IMG_20211130_201806.jpg" width="640" /></div><div style="text-align: center;"><span style="font-size: x-small;">Salah satu contoh catatan kaki. Menolong sekali yang gini-gini, tuh.</span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">“Pasukan Buzzer” juga sedikit-banyak memantik renungan. Internet adalah ruang bebas. Terlalu bebas, malah. Di Internet, siapa pun bisa menjadi siapa pun. Membuat akun palsu. Mereka-reka identitas baru. Mengaku-ngaku. Apa yang kita baca, dengar, dan temukan di internet belum tentu sepenuhnya fakta. Opini bisa digiring. Imej bisa dibangun. Apa yang benar dan apa yang dipercaya khalayak umum bisa jadi adalah dua hal yang sama sekali berbeda. Informasi palsu sekalipun, jika disebarkan oleh cukup banyak orang, akan diinterpretasikan sebagai kebenaran. Sebagai <b><span style="color: #2b00fe;">#SaksiPasukanBuzzer</span></b>, barangkali keraguan adalah sahabat baik yang akan dapat menyelamatkan kita di internet. Sebab seperti halnya Chatatkat yang sanggup menulis artikel “<i>Perjalanan Kami sebagai Suami-Istri Menjelajahi Amerika Utara dengan Mobil</i>” dilengkapi lima ratus lembar foto padahal nyatanya sama sekali belum pernah menginjakkan kaki di Amerika Serikat, bisa jadi ulasan ini juga ditulis oleh orang yang sebenarnya sama sekali tidak membaca novel “Pasukan Buzzer”.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Jadi, sekarang apa yang mau dipercaya?</div><div><br /></div><div>____________________________________<br /><br /><h3 style="text-align: left;">"Pasukan Buzzer" - Chang Kang Myoung <span style="font-family: Wingdings; font-size: 10.5pt;">««</span><span style="font-family: Wingdings; font-size: 10.5pt;">«</span></h3></div><div style="text-align: justify;">288 halaman, Gramedia Pustaka Utama (2021)</div><div style="text-align: justify;">Diterjemahkan dari 댓글부대 <i>(Daetgeulbudae) </i>ke bahasa Indonesia oleh <b>Iingliana</b></div><div style="text-align: justify;">Editor: Juliana Tan & Raya Fitrah</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: right;"><span style="background-color: white; color: #3b3b3b; font-family: mistral; font-size: 38px;">z. d. imama</span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>*PS:</b> Ulasan ini ditulis untuk berpartisipasi dalam kompetisi <b>Tantangan Membaca #SaksiPasukanBuzzer</b> dari @fiksigpu. </div><div style="text-align: justify;"><b>**PPS:</b> Ulasan ini berhasil menjadi <b><a href="https://www.instagram.com/p/CY0W7TEh8MK/?utm_source=ig_web_copy_link">pemenang</a></b> dalam kompetisi Tantangan Membaca #SaksiPasukanBuzzer dari @fiksigpu.</div>z. imamahttp://www.blogger.com/profile/16300911470774364068noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5262709017274263039.post-3838788574181497312021-10-12T20:47:00.002+09:002021-10-12T22:55:41.446+09:00Maybe it was me, but maybe it was also you.<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjplGfmr5kW2G0SCh4iOssYtnbN572HysX_jkOU4Vqr7X-CTON5DLXj2PI6DGUXm8smgXD5wlmuSJzG4BfRrsEv8VcT264fA5G5u0zA7pa2WhPiXpnB7ha5OJsinSIWj4ElvRZ3ZzkTahM/s1920/Everything+was+real+to+me..jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1920" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjplGfmr5kW2G0SCh4iOssYtnbN572HysX_jkOU4Vqr7X-CTON5DLXj2PI6DGUXm8smgXD5wlmuSJzG4BfRrsEv8VcT264fA5G5u0zA7pa2WhPiXpnB7ha5OJsinSIWj4ElvRZ3ZzkTahM/w640-h360/Everything+was+real+to+me..jpg" width="640" /></a></div><br /><div style="text-align: justify;">Saya tidak akan berpura-pura. Terkadang saya cukup menikmati menjadi pengamat hubungan orang-orang, baik yang saya kenal langsung maupun cuma pernah lihat sepintas dua pintas sebagai sesama netizen. Memperhatikan bagaimana mereka melontarkan pujian setinggi langit kepada seseorang seolah-olah sosok itu tak bercela ketika sedang mabuk kepayang, lalu secara konstan dan berkala melemparkan makian, cercaan, atau mengungkit hal-hal buruk dan menimpakan segala kesalahan kepada orang yang sama ketika masa-masa indah sudah berakhir. Begitu terus. Berulang. <i><b>Rinse and repeat</b></i>. Saya paham bahwa ada yang namanya <i>coping mechanism</i>, tapi ya memang hakikatnya manusia sering terlalu gengsi untuk introspeksi dan menghadapi apakah memang kita juga punya andil dalam kesalahan. Ada perasaan "Mana mungkin gue yang salah!" yang berteriak lantang, keras kepala, apalagi kalau selama hubungan itu kita merasa sudah cukup banyak melakukan 'pengorbanan'.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Tiba-tiba saya jadi teringat kisah romansa gagal milik saya sendiri.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Cerita ini sudah lama. Sekian BC yang lalu, alias <i>Before Covid</i>. Saya tidak pernah menceritakan, apalagi menuliskan, hal ini di mana pun, karena mungkin saya belum tahu bagaimana cara mengartikulasikan emosi saat itu dengan benar. Dengan baik. Dengan tepat. Atau mungkin justru karena pada saat itu mengingat-ingat adalah hal yang masih menyakitkan.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sekitar beberapa bulan setelah putus dari seseorang yang saya pacari semasa kuliah, saya iseng-iseng membuka akun media sosialnya. Bukan karena ingin menyiksa diri sendiri. Nggak. Saya sudah kenyang menangis selama mungkin hampir sebulan. Ketika itu motivasi saya murni karena ingin tahu kabar terakhirnya. Saya rasa dia akan baik-baik saja; tapi saya tetap penasaran. Apakah pindah kantor dan dapat pekerjaan baru? Apakah habis piknik dan jalan-jalan dengan keluarganya? </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7jkggzszG7kuRTRPG_IUPR-AD64f0jYb-MI3RQWjMyMOMWH4U6yJ9b1q_eTr34CUdfcqS-qv2sqVxAOsVsXaynMOQv73AIucSVm4-WJtY7MtaisDD9b_86ZTtG8Uet7Vbn_9V077ZJow/s850/kepo.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="567" data-original-width="850" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7jkggzszG7kuRTRPG_IUPR-AD64f0jYb-MI3RQWjMyMOMWH4U6yJ9b1q_eTr34CUdfcqS-qv2sqVxAOsVsXaynMOQv73AIucSVm4-WJtY7MtaisDD9b_86ZTtG8Uet7Vbn_9V077ZJow/w640-h426/kepo.jpg" width="640" /></a></div><div style="text-align: center;"><span style="font-size: x-small;">Bahwa kepo itu ialah hak segala bangsa.</span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Saya mengetikkan <i>username</i>-nya di kolom <i>Search</i>.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Klik.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Halaman profil terbuka. Saya <i>scroll </i>sedikit. Sumpah, bener-bener cuma sedikiiiiiiiittttttt... dan saya langsung tiba di postingan yang mengisyaratkan kalau dia sudah punya pasangan baru. Tapi bukan itu yang bikin jantung saya berhenti. Serius. Saya tidak mempermasalahkan dia mau ganti pasangan secepat kilat atau justru bertahun-tahun selibat. Pandangan saya tertumbuk pada satu kalimat yang dia tulis yang terus terang membuat saya seperti ditombak. Dada saya ampek luar biasa. Saya kurang ingat bagaimana kata-kata persisnya; mungkin karena kejadiannya sudah cukup lama atau barangkali alam bawah sadar saya tidak berkeinginan mengingat-ingat secara detil. <i>The gist of it was</i>:</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h3 style="text-align: left;">"...Akhirnya aku bertemu orang yang benar-benar menyayangiku."</h3><div><i><br /></i></div><div><i>That's it.</i></div><div style="text-align: justify;"><i><br />And I saw everything within the next second, flashes of flashbacks, in all red. Bright, blinding, burning red</i>. <i>And it hurt</i>. <i>Holy shit it hurt. I was angry and sad and betrayed and in disbelief and so many emotions rose up at the exact same time like a bubbling sugar mixture: hot and scalding and ready to burst</i>. Membaca kalimat itu berkali-kali lipat lebih menyakitkan ketimbang hari di mana saya menyadari bahwa hubungan kami berdua tidak mungkin dilanjutkan. Hari di mana saya memilih berjalan sendiri daripada kehilangan diri sendiri. <i><b>Because, newsflash, baby, my feelings were real</b></i>. </div><div style="text-align: justify;"><i><br /></i></div><h3 style="text-align: justify;"><i>Everything was real to me.</i></h3><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><i>There were days when I really, really, really, liked him. There was one time when my world felt so much fun because we were together. I truly, genuinely, cared. I laid all my cards on the table since Day One and he said yes. I let him know what kind of person I am, told my story, and he accepted. Until he doesn't. Until he said that he had a particular, ideal version of a partner in his mind and I must fit into the mold. A mold that isn't me at all. </i><i>But every single thing that happened during that time was real to me.</i> "Orang yang benar-benar menyayangi", katanya. <i>Dear Lord how I hate that</i>. Jadi perasaan saya waktu itu dianggap apa? Harus melakukan apa agar apa yang saya rasakan divalidasi dan tidak dilepeh seperti buah mentah yang jatuh prematur dari pohonnya?</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Mungkin saya memang tidak pandai mengekspresikan apa yang dirasakan. Mungkin saya tidak melakukan apa yang 'semestinya' dilakukan orang-orang pada umumnya ketika berhadapan dengan orang yang saya sukai. Bahkan saya sayangi. Mungkin saya kikuk. Mungkin saya, karena tidak tahu apa yang sebaiknya dikatakan, memilih untuk tidak bicara apa-apa ketika seharusnya saya mengatakan sesuatu. Mungkin saya, karena tidak tahu apa yang sebaiknya dilakukan, memilih untuk tidak melakukan apa-apa ketika seharusnya saya mengambil sebuah tindakan. <i>So maybe I was at fault. Maybe I contributed something for the relationship to end.</i> Tapi apa itu semua membuat perasaan saya jadi layak untuk dimentahkan? <i>I don't think so. Because I felt it all. Maybe my feelings were not enough for him, but it was true and genuine all the same.</i></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h3 style="text-align: justify;"><i>It was real. To me.</i></h3><div style="text-align: justify;"><i>And if someone else says it wasn't, perhaps it's their problem.</i></div><div style="text-align: justify;"><i>Not mine. No more.</i></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: right;"><span style="background-color: white; color: #3b3b3b; font-family: mistral; font-size: 38px; text-align: center;">z. d. imama</span></div><div style="text-align: right;"><br /></div>z. imamahttp://www.blogger.com/profile/16300911470774364068noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5262709017274263039.post-18991254804145540262021-09-05T21:42:00.004+09:002021-09-06T06:53:56.645+09:00I love reading, but... what if I can't even finish one book in a month?<p style="text-align: center;"> <img border="0" data-original-height="650" data-original-width="1350" height="308" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEif9WkMPePW397SYiy2BWSldvcXP6qy9LGphCqkVnFU3dREJVoB90wVpaPgqjBfip6jXyR9pMrNgfC_q6B4Hlnn7Q9H1tV9Kjvn8kq0Q8H-BdDLhDv8-fHsQWw09eH4dVp2FGHQ5SpXkKs/w640-h308/does+my+love+still+count.png" width="640" /></p><p><br /></p><div style="text-align: justify;">Bukan hal berlebihan jika saya bilang, buku adalah teman pertama saya. Dibesarkan di keluarga dengan kedua orang tua yang sama-sama bekerja (karena kalau nggak kerja perekonomian rumah tangga nggak jalan, <i>baby</i>) dan tidak selalu punya kemewahan dibantu asisten rumah tangga, saya sering menghabiskan waktu sendirian. Bahkan sejak balita. Ibu mencari akal bagaimana caranya supaya saya bisa tenang beraktivitas sendirian. Akhirnya yang tebersit di benak Ibu adalah: anak ini kalau bisa baca, mungkin dia bisa ngubek-ubek tumpukan majalah bekas yang dibeli di tukang loak tanpa rewel selama ditinggal beraktivitas. Alhasil, saya sudah lancar membaca bahkan sebelum masuk Taman Kanak-Kanak. <i>Thank god</i> waktu itu kami belum punya televisi dan <i>smartphone </i>baru sebatas imajinasi halu di suatu episode Doraemon. Sebab barangkali ceritanya akan lain lagi. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Semakin dewasa, saya mulai berkenalan dengan banyak kegiatan. Bahkan hal-hal yang saya baca pun jadi beraneka ragam. Komik, novel, <i>fanfiction</i>, artikel di internet, utas pembongkaran aib orang di media sosial (dari yang EYD-nya rapi dan ceritanya terstruktur sampai yang bikin pusing karena penulisnya kayak nggak pernah belajar fungsi tanda baca), dan entah apa lagi. Kegemaran saya bertambah. Kita semua tahu ada peribahasa yang berbunyi "Besar pasak daripada tiang". Nah, barangkali rangkuman terbaik untuk permasalahan yang saya alami adalah "<b>Banyak hobi daripada waktu luang</b>".</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Saya menikmati proses membaca. Itu satu hal yang saya bisa akui dari lubuk hati terdalam. Rasanya seperti diajak main dan berjalan-jalan dengan seorang teman lama, mengarungi berbagai cerita berbeda-beda. Kadang kisahnya jelek dan bikin marah. Kadang bagus banget sampai saya rela tidak tidur. Tapi perasaan dan pengalaman serupa juga saya temukan ketika melakukan hobi yang datang belakangan. Misalnya menonton berbagai judul <i>dorama </i>maupun film-film Jepang. Atau anime. Atau film maupun serial televisi Amerika dan Eropa. Atau nonton konser maupun <i>variety show</i> yang memunculkan idola-idola kesayangan saya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Dulu, menyelesaikan satu novel—anggaplah rata-rata tebalnya 300-400 halaman—adalah perkara sepele. Sepulang sekolah, saya cukup ganti baju dan duduk leyeh-leyeh di lantai kamar di samping jendela dan membalik halaman demi halaman buku yang saya pinjam dari perpustakaan sekolah. Agak sorean dikit nonton serial kartun yang tayang di televisi lokal. Habis mandi baca lagi. Kadang-kadang selepas bikin PR saya masih bisa meneruskan satu-dua bab. Buku perpustakaan bisa saya kembalikan dalam satu atau dua hari. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h3 style="text-align: justify;">Sekarang?</h3><div style="text-align: justify;">Tiap ada buku yang berhasil saya tamatkan dalam tiga hari rasanya udah ingin sujud syukur. Masa kejayaan progres membaca ini sudah pergi entah ke mana.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="650" data-original-width="1350" height="308" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjg7wKrI-Zy5ahBtJn-SO433jA_bdxNBVUgTBEC5y2LBedaUgnDy2auNs5dZAnk43-eUiR_EZzR-U36agqfOMJZ4tfrTTZaeQSlXlkwoZCQWXs5GgvNuQMVWs1wv2qlMDbh3qFN9sJIXSk/w640-h308/UNTOUCHABLES.png" width="640" /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Perjalanan menyelesaikan suatu buku yang jadi berkali-kali lipat lebih lama ini tak ayal membuat saya mempertanyakan: <b><u>apakah saya masih berhak mengklaim diri sebagai seseorang yang gemar membaca?</u></b> <i>Do I have the rights to self-proclaim as a Reader?</i> </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Barangkali (<i>barangkali</i>, ya) suasana hati saya sedikit-banyak mirip mereka yang ditodong dan dicurigai oleh pasangannya—minimal orang-orang yang sedang dekat—tentang kenapa tidak pernah mengunggah foto berdua ke akun media sosialnya. Atau lebih tepatnya, mereka yang diragukan perasaannya karena tidak cukup banyak menghabiskan waktu bersama pihak-pihak yang disukai. "Kamu tuh bener-bener sayang aku nggak, sih? Apa kamu jangan-jangan malu kalau ketahuan lagi sama aku? Kamu nggak inget ya kalau aku udah ada di sini sejak dulu? Bahkan sebelum kamu kenal internet dan bisa baca atau nonton berbagai hiburan lain itu?? Aku nggak cukup penting buat kamu, makanya kamu jarang mempedulikan aku??? JAWAB!!!"</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Repot, kan.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Intensitas membaca yang mbuh banget ini sedikit banyak juga menghalangi saya untuk bergabung <i>buddy reading</i> dengan orang lain. <i>I don't even know if I can finish it on time, or even at all</i>. Katakanlah saya menemukan waktu untuk membaca secara rutin setiap harinya, yaitu sembari ngeden di atas kloset (yang dengan bangganya saya sebut kegiatan ini BASARA—baca sambil berak). Saya masih perlu mengambil keputusan: bacaan mana yang akan saya lanjutkan di waktu yang terbatas itu. Apakah mau menambah satu bab di novel <i>thriller </i>yang sejak tiga minggu lalu nggak kelar-kelar dibaca? Ataukah memilih menikmati bab terbaru <i>shounen manga</i> yang baru dirilis kemarin? Mungkin sebaiknya saya baca artikel viral terkait pengalaman wartawan iseng-iseng jadi kurir <i>marketplace</i> yang sudah berhari-hari mangkrak di tab Bookmark? Atau justru mencoba bab perdana dari <i>webtoon</i> yang direkomendasikan hampir seluruh orang yang saya kenal?</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><i>Decision, decision</i>...</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Terus terang, ketika sesama pembaca buku memaparkan pencapaian mereka, misalnya "Aku baca 25 buku dalam sebulan, ini dia judul-judulnya!" saat itulah benak saya kembali mempertanyakan apakah diri ini masih layak menyatakan klaim sebagai orang yang suka baca. Muncul keraguan dan kecurigaan yang menyeruak. "Tuh lihat, orang lain yang ngaku suka baca tuh bisa melakukan sejauh itu, kok. Kamu apa kabar?" Jangan-jangan saya ini <i>impostor</i>? <i>"What if I am nothing more than a poser?" </i>Terlebih ketika mendengar cerita bahwa seseorang yang saya kenal sedang mengalami <i>reading slump</i> dan hanya sanggup membaca buku sejumlah jari sebelah tangan. Hati kecil saya berbisik, "Kamu pas <i>reading slump</i> bisa nggak menyentuh apa pun sama sekali dalam sebulan, lho. Apa nggak malu?"</div><div style="text-align: justify;"><i><br /></i></div><div style="text-align: justify;"><i>While I know this thought is not the healtiest, if at all, it's just inevitable</i>. Bukan berarti saya melarang-larang atau tidak suka melihat orang lain menceritakan keberhasilan perjalanan membaca mereka. <i>My feelings are my own business. Me ending up questioning myself is not anyone's fault. Really</i>. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h3 style="text-align: justify;"><i>But then again, does my love for reading still count and matter when I cannot even finish one book? What kind of reader does that make me?</i></h3><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Saya sampai detik ini masih berusaha mencari jawabannya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: right;"><span style="background-color: white; color: #3b3b3b; font-family: mistral; font-size: 38px; text-align: center;">z. d. imama</span></div><p></p>z. imamahttp://www.blogger.com/profile/16300911470774364068noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-5262709017274263039.post-90707543113710527022021-07-25T19:38:00.007+09:002021-07-25T20:41:20.173+09:00(Maybe) I don't want kids and people are mad about it.<p style="text-align: center;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1920" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj1MSoPlwTpPnnNcxkhL5AaE4WoFwRCRQk7mVVFpfg0A_kbBCIIzOe1SXRa0PMKR_I10Pd7FUxpLld5bvfgVkLDgBaQbyfFmcOAUWOa_Jr00g2VEqcnRmGdnMg7c_7I60R4UGuXz660tDY/w640-h360/Life+without+kids.png" width="640" /></p><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Mau mulai dari mana, ya. Bingung juga. Beberapa hari terakhir ini <i>feed </i>media sosial saya (Twitter) ramai membicarakan tentang keputusan orang-orang untuk tidak memiliki anak, yang istilah populernya adalah <i>"Child-free"</i>. Jujur, saya tidak terlalu menyukai terminologi ini. Frase <i>"Voluntary childlessness"</i> yang ada di Wikipedia justru lebih cocok bagi saya sendiri. Tapi itu perkara lain. Saya nggak mau membahas semantik. Berhubung <i>"childfree"</i> lebih populer, selanjutnya saya akan pakai istilah itu di sini meskipun nggak demen-demen banget.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Semalam saya secara tidak sengaja menemukan <a href="https://twitter.com/zakyZR/status/1418201257085263880?s=20">postingan di internet</a> yang mengkritisi penyebarluasan pemahaman konsep <i>childfree </i>sebagai 'masalah'. Perspektif ini bikin dahi saya berkerut. Apalagi, yang menuliskan seorang laki-laki, yang jelas tidak mengalami kehamilan, melahirkan, menyusui, dan secara umum tuntutan sosial terhadap keterlibatan dia di masa tumbuh-kembang anak tidak seintens perempuan. Bagaimana postingan tersebut mencampuradukkan komentar klasis ala-ala netizen abai seperti "Kalau miskin jangan punya anak dulu" dan secara tidak langsung mengasumsikan <i>childfree </i>sebagai sesuatu yang antagonistik juga tidak menolong. </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Terlepas dari alasan-alasan pribadi yang membuat seseorang tidak berkenan memiliki anak, pada hakikatnya <i>childfree </i>merupakan kesadaran bahwa berketurunan adalah pilihan. Bahwa untuk tidak memiliki anak, terlebih lagi anak biologis, merupakah sebuah opsi yang solid di kehidupan. <i><b>It's not a crime when you choose not to have kids. </b>Not to give birth. <b>It's not a shame. It's just another choice in this life of yours.</b> </i>Intinya kan di situ.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><blockquote class="twitter-tweet"><p dir="ltr" lang="in">Perempuan dan laki-laki pemikirannya gini sebelum menikah, hingga akhirnya mereka bertemu dengan mertua yang suka nyindir-nyindir "eh, ibu Yati sudah punya cucu, lucu cucunya." "Kemaren ibu gendong cucunya ibu Tejo, menyenangkan ya punya cucu tiap hari bisa gendong."<br /><br />☺️ <a href="https://t.co/wajxeleHAv">pic.twitter.com/wajxeleHAv</a></p>— ᓚᘏᗢ Vann. (@OHMYV3NUS) <a href="https://twitter.com/OHMYV3NUS/status/1418587418899279875?ref_src=twsrc%5Etfw">July 23, 2021</a></blockquote> <script async="" charset="utf-8" src="https://platform.twitter.com/widgets.js"></script></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Kenapa kesadaran bahwa "berketurunan atau tidak merupakan hal yang bisa dipilih" menjadi penting untuk diinformasikan kepada yang lain? Meme di atas, meskipun niatnya pasti cuma buat lelucon, justru merangkum salah satu perkara terbesar terkait masalah keturunan ini: <u>tekanan sosial</u>. Manusia, khususnya perempuan, sudah terlalu lama dinilai dan distigmatisasi berdasarkan kondisi serta kemampuan reproduksinya. Apakah dia perawan atau tidak. Bisa punya anak atau tidak. Sudah dewasa tapi belum menikah, ditakut-takuti nanti tidak bisa punya anak. Bahwa tidak ada yang mau menerima sebagai pasangan. Jangan mau dengan perempuan yang lebih dewasa, dia sudah tua dan organ reproduksinya tidak seaktif sebelumnya. Kemandulan adalah aib. Tidak berketurunan diberikan berbagai label tak mengenakkan, mulai dari egois hingga menyalahi kodrat. Tidak perlu bersikap munafik atau menampik dengan mengatakan "Nggak ada yang maksa untuk punya anak" atau "Komentar kayak gitu sih kamu karang-karang sendiri". <i>We knew. We've heard of them. The pressure is <b>real</b>. And when people cave in to these pressure, there are real life consequences. Abandoned children. Unhappy family. Build-up hatred. Losing self-worth.</i> Masih banyak lagi kondisi-kondisi fatal yang tidak bisa saya jabarkan satu per satu di blog yang isinya cuma buat curhat dan nyerocos tentang kultur pop ini.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1920" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgDi9MR7Ks_1PCzenSEhsqXolCWqDrVcpweaDHnGFoQAA3FOT2H17xVNikQCLqyKY8OZvIdHuejsqaELKRUjwSSAyf_itJSOn6SmWyhk4aTI_BmCS7sxOa421G46I6Vnzz3Splh1BinEQ0/w640-h360/Child+or+No+Child%252C+Family+is+Family.png" width="640" /></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Pandangan bahwa sebuah keluarga tidak sempurna dan tidak lengkap tanpa anak juga bukan sesuatu yang saya setujui. <i>Maybe we all need to learn to feel 'enough'</i>. Sama halnya dengan keluarga yang hidup bahagia tanpa ayah atau tanpa ibu, saya percaya bahwa pasangan suami-istri yang tidak memiliki anak juga tetap harus diakui bersama sebagai satu keluarga yang solid. Saya sendiri hingga detik ini tidak berencana berketurunan (ini saatnya kalian mengejek saya, "Yaelah nikah aja belum tentu bisa atau enggak, udah mikirin perkara anak!"). <i>This planet is dying, disease-ridden, and the adults are awful and I just don't want to deliver another soul to this terrible, horrible world</i>. <i>My eggs are going straight to the menstrual pads and cups for the time being. Take this whatever way you want, oh dear strangers on the Internet realm.</i></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Salah satu hal yang paling sering diributkan adalah tuduhan bahwasanya <i>childfree</i> menganggap anak-anak sebagai beban. Menurut saya sih ini agak kocak, karena secara umum memang anak-anak dikategorikan 'tanggungan orang dewasa'. Memang perlu ada kompromi. Memang perlu ada pengorbanan di level tertentu ketika seseorang merawat dan mengasuh anak-anak—terlebih yang usianya masih sangat belia. <i>Some people might not want that because they have other things to prioritize. Some just doesn't feel having the capacity to do so. It's fine.</i> Lagipula, apakah bukan kita yang kerap mengucapkan, "Wah lu enak ya masih bisa jalan-jalan, gue mah ada anak sekarang"? Apakah bukan kita yang kerap bersikap kurang menyenangkan, mendesak orang dengan menggunakan anak-anak sebagai <i>buffer?</i> Memotong antrean dengan kalimat "Saya diduluin dong, ini mau nganter anak ke sekolah"? <i>Haven't we for years been using kids as our excuse? Why you mad now, Bro?</i></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><i><br /></i></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Pada akhirnya peran utama konsep <i>childfree</i> yakni memberikan dukungan kepada mereka yang megap-megap di bawah tekanan, serta mereka yang tidak menghendaki keturunan—apa pun pertimbangan pribadinya. <b><i>You don't have to. There is no need to be ashamed. It does not lessen our value as a person. It's not a 'wrong' thing to do. It's a valid life choice. </i></b>Sama halnya dengan seseorang bisa mengonsumsi minuman beralkohol karena punya organ pencernaan tapi memilih untuk tidak mabuk, sah-sah saja bagi seseorang apabila ingin tidak menggunakan organ reproduksinya untuk berketurunan. Jika ada yang merasa terganggu dengan diakuinya pilihan <i>childfree</i> ini dan tidak suka terhadap semakin banyaknya orang yang menyadari bahwa keputusan ada di tangan mereka, <i>then I don't know, dude, maybe you're a chunk of the problem iceberg?</i></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><i><br /></i></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Dah gitu doang.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Saya mau balik ngewibu lagi.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: right;"><span style="background-color: white; color: #3b3b3b; font-family: mistral; font-size: 38px; text-align: center;">z. d. imama</span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: right;"><div class="post-footer" style="background-color: white; color: #2e2e2e; font-family: "Open Sans", sans-serif; font-size: 14px; line-height: 1.6; margin: 0px; padding: 0px; text-align: start;"><div class="share-box" style="margin: 0px; padding: 0px;"></div></div></div><p></p>z. imamahttp://www.blogger.com/profile/16300911470774364068noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5262709017274263039.post-74887290826747746972021-05-25T09:17:00.002+09:002021-05-25T10:00:05.981+09:00I watched "Tengoku to Jigoku: Psycho na Futari" all night long and now I can't stop thinking about it.<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhe80mX4dqZE7MNAJF33DqpJmSpROaluT7ARHbeegavWAMd5s6MlVeoj_EiqUNmxUmIU2C4vXATlra4BLCykPnh2WHmzXkbGWTGTexo2g40YGfE_xgNBqiYSO8j7MAM_oYv-hKmEBkATyM/w640-h360/Screenshot+%2528105%2529.png" width="640" /></div><p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Selamat tahun baru 2021. Selamat tahun baru Imlek 2572. Selamat Hari Raya Idulfitri 1422 H. Wow, ternyata waktu sudah berlalu sekian lama dan banyak sekali hal-hal yang terlewati tanpa saya menyentuh blog ini sama sekali. Membiarkan sarang labah-labah, debu, bakteria, kenangan, dan entah apa lagi menumpuk dan menimbun <i>password </i>situs semenjana tak berharga ini dari memori saya. Lalu, apa yang berubah? Apa alasan saya memutuskan menyingsingkan lengan baju dan pulang ke blog pribadi, bersusah-payah menyusun kata-kata panjang untuk entah siapa? Berharap akan ada seseorang yang menekan tombol klik di tautan yang mengantarkan mereka kemari? Apa motivasi saya melakukan ini semua?</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Jawabannya: </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><b>Karena saya menangis semalam suntuk.</b></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Saat ini jam di kamar saya menunjukkan pukul 04:55 AM dan kedua pipi saya masih dibanjiri air mata. Sepasang mata saya masih basah. Muka saya merah. Sembap sampai bengep. Sepanjang malam, selama nyaris 500 menit lamanya, saya terpaku di hadapan laptop dan menyaksikan kesepuluh episode serial drama Jepang, "<b>Tengoku to Jigoku: Psycho na Futari</b>" (<i>Heaven and Hell: The Psychotic Duo</i>) tanpa jeda seperti orang kesetanan. Saya tidak bisa berhenti. Nggak mau. Nggak rela. Seolah-olah kalau saya nggak langsung nonton semuanya sampai tuntas maka saya tidak bisa hidup tenang. Tapi sekarang, nyatanya, lima ratus ajigile menit kemudian, saya juga tidak merasa hidup dalam kedamaian. Cerita, dialog, dan karakter-karakter dalam drama Tengoku to Jigoku tampaknya masih akan menghantui saya setidaknya hingga satu atau dua pekan mendatang.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><i>I'm haunted and I like it.</i></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhjXmXUb8fo6TuoRXXBecS-EiOD1j8-IJcsnspf_DakBwbtK-jpALvgZqOMRj6jz-ukjrMteqNu0Mi2fpPMmQsDC2jwPQG1wRF5lBs_ozTzJfqqkgZd40wRTTGbRVeckBG67_UJQbgOZlI/w640-h360/Screenshot+%2528111%2529.png" width="640" /></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Pada dasarnya, premis "<b>Tengoku to Jigoku: Psycho na Futari</b>" adalah seorang detektif polisi perempuan bernama <b>Mochizuki Ayako</b> (diperankan <a href="https://wiki.d-addicts.com/Ayase_Haruka">Ayase Haruka</a>) yang mengalami insiden bertukar tubuh dengan tersangka pembunuhan berantai, pria kaya-raya mencurigakan dengan nama <b>Hidaka Haruto</b> (dibawakan dengan amat sangat apik oleh <a href="https://wiki.d-addicts.com/Takahashi_Issei">Takahashi Issei</a>). Bukanlah sesuatu yang baru, kan. Boro-boro istimewa, baru aja kagak. Kisah penjahat yang bertukar posisi dengan penegak hukum sudah berulang kali dieksekusi. Tapi apakah Tengoku to Jigoku berhenti di sana? Apa yang membuat serial drama ini meraup rata-rata rating di atas 15%, yang mana bagi sebuah sinetron televisi di era banjir konten seperti sekarang adalah sebuah prestasi luar biasa?</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Daya tarik awal, selain jajaran nama-nama aktor besar mentereng seperti Ayase Haruka, Takahashi Issei, <a href="https://wiki.d-addicts.com/Mizobata_Junpei">Mizobata Junpei</a>, <a href="https://wiki.d-addicts.com/Kitamura_Kazuki">Kitamura Kazuki</a>, <a href="https://wiki.d-addicts.com/Emoto_Tasuku">Emoto Tasuku</a>, dan lain sebagainya adalah <b>kualitas akting</b>. Untuk aspek ini terus terang saya harus memberikan mahkota kepada Takahashi Issei, yang hampir sepanjang serial harus memerankan Mochizuki Ayako yang terjebak dalam tubuh Hidaka Haruto. WAH KACO MEN. GESTUR DAN GERAK-GERIK FEMININNYA OKE BANGET. Cara bicaranya. Tatapan matanya. Cara dia pakai jaket. Udahlah Om ambil pialanya. Ambil sepedanya. Ambil mobilnya. Ambil permatanya. Ambil uangnya. Borong dah.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjB3aObqtLgmqfs7pRlkphEbCVUdzKb0Azxxh31AobXAF0mGHMPrf2fPo_rQC1YCTHoPgQqkxc9Wfh9bz863C7_ej2Pt-lBVdfLvUcXP-o3BI_wJQrsKJiKZcD6aOBSxAhf4lBYBu6gbeA/w640-h360/Screenshot+%2528128%2529.png" width="640" /></div><p></p><div style="text-align: center;"><span style="font-size: x-small;">PERHATIIN DEH ITU CARA DUDUKNYA MAS ISSEI... PAHANYA NGATUP...</span></div><div style="text-align: center;"><span style="font-size: x-small;"><br /></span></div><div style="text-align: center;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhgK-CejFqx3Ib9YTUZ4xZAGsYa9Q7-FrCqzyoFWCtriwQ7TcgJbmTdKm4lZwH2_iAHHmDqaVypVB77oSGR8rcGwr3t526_SKcB3QeJVru4GukaMxkGTFvaMYVMV2pZJibY5FI5QJqh7bc/w640-h360/Screenshot+%2528104%2529.png" width="640" /></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiXVO1LLA3Zem2vpk_kieGbny6AtmGle7Mst_VgHyTJ5rcr8Gyz13aMzNxn5iFVEAal1Y6vX9Var3nbYO5OgsLy7z87uVt7bKvMXVMEbfOjW4pb3emxldC1Kw6iO0hN2UUQ4ZE5XTd4nDY/w640-h360/Screenshot+%2528126%2529.png" width="640" /></div><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Tokoh-tokoh pendukung yang ada bisa dibilang hampir semuanya punya motivasi dan tujuan. Nggak sekadar tempelan. Kepribadian masing-masing cukup <i>distinctive</i>. Bahkan karakter yang diperankan Kitamura Kazuki, <b>Kawahara Mitsuo</b>, detektif senior berangasan yang seksis dan menjengkelkan maksimal sampai-sampai dijuluki 'Sekuhara' (<i>sexual harassment</i>) diam-diam oleh Mochizuki, tanpa terkecuali berhasil mendapatkan respek dari saya yang secara pribadi menganggap bahwa diri ini feminis. <i>Each of them has flaws and everyone gets their moment of redemption</i>. Suka. Suka banget.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhGU7dPfUo2VING_PYYOyrM_xUZPdyzskFxkLcZdZUwq6Y6H2FUyqhewmW443ATZ8D2TleAtPyEu6CksmxJ1DySNtY1jV9I0TBveMmMBXYylF6-5ZgpmlW2oV0P4y4uDrKq-O9b8y9Otew/w640-h360/Screenshot+%2528116%2529.png" width="640" /></div><div style="text-align: center;"><span style="font-size: x-small;">BAPAK INI SEBENERNYA PEKERJA KERAS, GAES. TAPI NYEBAHI.</span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Dinamika antarkarakter yang tidak kalah menarik disimak adalah antara Mochizuki dan kombi juniornya, <b>Yamaki Hideo</b>, serta <i>roommate</i>-nya, <b>Watanabe Riku</b>. Agak-agak kayak cinta segitiga padahal ya nggak tepat dibilang gitu. Lebih mirip dua orang yang sama-sama berjuang mendapatkan perhatian tersendiri dari Mochizuki. </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh1zuxI3r-42FoUwgM3CQseDfkV9kQKXD2K-go8GJGz6HpR5B-qSNfMhNeIloq9iNpfWUL0v7q3-4VH7B1AaSMXHscF5wzbtqk39_z-ziZ5xH2nOVuBuA-oKheGyWEOc0O_Ly_a86qtBMk/w640-h360/Screenshot+%2528113%2529.png" width="640" /></div><div style="text-align: center;"><span style="font-size: x-small;">Saya yakin kalian akan mempertanyakan kenapa Yamaki bisa lulus akademi kepolisian.</span></div><div style="text-align: center;"><span style="font-size: x-small;"><br /></span></div><div style="text-align: center;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhlOqwPOwK4E3WFbsYRPpWXnjE2dx3DZUwmsYKzZWZpvHUyO_pMniWrpK57ylMSmRGk4WwB3blFSQPnhTWQD5G_08KXwdD-hQzVQK3EqLFs5GO6YsLhOrg6Q1AswUKHRj0QF3q9n6DG8fM/s1366/Screenshot+%2528119%2529.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhlOqwPOwK4E3WFbsYRPpWXnjE2dx3DZUwmsYKzZWZpvHUyO_pMniWrpK57ylMSmRGk4WwB3blFSQPnhTWQD5G_08KXwdD-hQzVQK3EqLFs5GO6YsLhOrg6Q1AswUKHRj0QF3q9n6DG8fM/w640-h360/Screenshot+%2528119%2529.png" width="640" /></a></div><span style="font-size: x-small;">Teman sekamar merangkap layanan <i>cleaning service</i>.<br /><br /></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Sekelumit elemen mitos rada klenik yang menghiasi Tengoku to Jigoku, menurut saya, memperkaya cerita ini. Selain itu juga ada sedikit elemen komik (<i>manga</i>) diselipkan di sejumlah episode. Beberapa panel ditampilkan dengan gaya animasi yang lumayan <i>creepy</i>. Atmosfer keseluruhan serial drama Tengoku to Jigoku terbilang serius, namun banyak momen-momen kecil yang kocaknya amit-amit. Efektif mencairkan tensi yang barangkali di beberapa menit sebelumnya agak terlalu naik. </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhdSKf_WwWk2FZIY7_6UIbUafJO6cdahBmJ2LaHvwlj93e0cMEE-zzlt-7ZCxXM0RiY0uRwpvea2fOgnXoAWuLTaTzLuUd4RXV7adN90XXSpaLDM3MqlkLw4DiqAXbKcvutDkDlx51ox3Q/s1366/Screenshot+%2528129%2529.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhdSKf_WwWk2FZIY7_6UIbUafJO6cdahBmJ2LaHvwlj93e0cMEE-zzlt-7ZCxXM0RiY0uRwpvea2fOgnXoAWuLTaTzLuUd4RXV7adN90XXSpaLDM3MqlkLw4DiqAXbKcvutDkDlx51ox3Q/w640-h360/Screenshot+%2528129%2529.png" width="640" /></a></div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgFUtjaDTu4J7IWV9gnQyW7ev19Xpb7s1xd55UlGjYr6-7aAjj8R4lNRsmLkygYuEHxogjrZ-7mSdM6BuEz0EY0Rm6vQyqM24i5q97WgrNiTcRT2fERGLAX9VjPgPSbD9gwZCdek4Vx684/s1366/Screenshot+%2528110%2529.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgFUtjaDTu4J7IWV9gnQyW7ev19Xpb7s1xd55UlGjYr6-7aAjj8R4lNRsmLkygYuEHxogjrZ-7mSdM6BuEz0EY0Rm6vQyqM24i5q97WgrNiTcRT2fERGLAX9VjPgPSbD9gwZCdek4Vx684/w640-h360/Screenshot+%2528110%2529.png" width="640" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Poin terbaik: <i>PLOTTING</i>. Anjay kece parah. <i>Foreshadow</i>-nya oke. <i>The timing for every single revelation is just right</i>. Nggak ada hal-hal yang terasa 'disimpen kelamaan cuma demi ngasih <i>plot twist</i>', tapi penghujung setiap episode selalu menyisakan sesuatu yang bikin penonton deg-degan dan penasaran. Semakin ditonton semakin membuat saya sebagai audiens di hadapan laptop bertanya-tanya dalam hati apakah tindakan mencurigakan yang diambil suatu karakter akan mengarah ke perkembangan yang saya duga. Pembagian apa saja yang harus terjadi di episode keberapa bener-bener kayak nggak terkalahkan. Tengoku to Jigoku berhasil membuat saya merasa kangen, kayak udah lamaaaaaaaaaaa sekali tidak menemukan serial dengan ritme cerita sesolid ini.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Ratusan judul drama yang pernah saya saksikan sedikit-banyak memberikan pelajaran berharga: pada serial drama televisi Jepang, <b>perkembangan tertinggi alias momen puncak nyaris selalu ada di episode ketujuh</b>. Biasanya di titik ini, <i>all cards are out</i>. Seluruh ekposisi telah keluar dan saatnya bola digelindingkan menuju konklusi.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><h4 style="clear: both; text-align: justify;"><u>PERINGATAN</u>: <b>EPISODE TUJUH KAMPRET ASLI</b>. <b>KAGAK NAHAN.</b></h4><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Ya Allah. YA ALLAH. Saya nggak peduli apakah di antara kalian yang akhirnya (entah bagaimana) memutuskan nonton Tengoku no Jigoku akan ada yang berhasil menebak arah perkembangan ceritanya, tapi jika kalian nggak nangis di sini, minimal <i>merasakan sesuatu</i>... <i>man, I have to tell this: you're hopeless as a human being</i>. Dahlah mending jadi patung tugu Pancoran aja.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><h3 style="clear: both; text-align: justify;"><i>BUT THEN THE FINAL EPISODE HITS WORSE.</i></h3><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Muka saya berasa transformasi ke air terjun Niagara saking air mata nggak kunjung berhenti. Banyak dialog-dialog yang saya abadikan sebagai <i>screenshot</i>. Sayang beribu sayang, saya nggak mungkin unggah gambar-gambar layar itu ke sini. <i>Not now. Not here</i>. <i>Not today.</i> Nanti jadi <i>spoiler </i>berat. Saya ingin sebanyak mungkin orang mengalami sensasi "Anjiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiir" dan "AAAAAAAAAAAAAAA" yang menyerang saya bertubi-tubi sepanjang malam. Belum lagi ketika <i>intro ending theme song</i> berjudul "<b>Tadaima</b>" dari <b>Teshima Aoi</b> mulai mengalun. Auto remuk.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Nih. Coba aja dengerin.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><iframe allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture" allowfullscreen="" frameborder="0" height="480" src="https://www.youtube.com/embed/0IueDUcDmRY" title="YouTube video player" width="650"></iframe></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Alasan bonus kenapa Tengoku to Jigoku perlu ditonton? AYASE HARUKA CAKEP BENER. Masyallah. Kepribadian Hidaka Haruto yang relatif tenang, karismatik, dan enigmatik khas bapak-bapak eksekutif muda kaya cenderung nge-<i>boost </i>betapa cantik dan kerennya mbak Ayase sewaktu jiwanya berdiam di badan Mochizuki Ayako.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhqo35-UFmzcmRPExhWT-FstVfqnARHhIHbJ22oKEZN_lXcde7_vFRg6EXEFk2y_S8ialcLJK2Dvp2mQF5usHrThgiuIZDtIx-9jCSbAAKxfWs4ZW8i-keleLu3MKGZJQ92rJYkOUSMRh0/w640-h360/Screenshot+%2528123%2529.png" width="640" /></div><div><br /></div><div>Udahlah, <b>Tengoku to Jigoku bagi saya skornya 100 out of 100</b>. Sesuka itu. Nggak perlu dijabarkan detil aspek-aspek apa saja yang diberi penilaian. Gile baper mentok sampai kayak sejengkal lagi kejungkel dalam lembah stres. Saya mau balik sesenggukan lagi dulu deh. <i>Bye, nice to know y'all</i>.</div><div><br /></div><div><i>My feelings on "Tengoku to Jigoku in a nutshell:</i></div><div><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjnnZKsiHaoFx3A944vWwVcEUMaRLPtR-13-8THnAMhbE-4x4I_y802KXdQUo9EN_4mAIKs-GAcJ6RX8lf7Cyp9qsJ4NW2M6KjFBrv0t3Yod9W057HD0qsdMTTuVWXQExo9LPAy9yZ9Mq4/s1366/Screenshot+%2528108%2529.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjnnZKsiHaoFx3A944vWwVcEUMaRLPtR-13-8THnAMhbE-4x4I_y802KXdQUo9EN_4mAIKs-GAcJ6RX8lf7Cyp9qsJ4NW2M6KjFBrv0t3Yod9W057HD0qsdMTTuVWXQExo9LPAy9yZ9Mq4/w640-h360/Screenshot+%2528108%2529.png" width="640" /></a></div><br /><div style="text-align: right;"><span style="background-color: white; color: #3b3b3b; font-family: mistral; font-size: 38px;">z. d. imama</span></div><div><p></p></div>z. imamahttp://www.blogger.com/profile/16300911470774364068noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-5262709017274263039.post-38158009410717823212020-10-14T20:07:00.002+09:002020-10-14T20:42:24.617+09:00I (still) remember. I just do.<div style="text-align: center;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgPi3QDCIlp_CmqZE8oF0d57gz3AN9tl4Y4l8NkoHmlZIEckAd__WsMcnUV1Mm3qphyJ_3AckLRncjJ8gOYBXhT_vdzLM3W6e0DOMPbI-1K-FG3jnp3Av7BD3gv9ChXZKf76t9xdP7Wr9c/w640-h360/and+I+remember.png" /></div><br /><div style="text-align: justify;"><i>I always remember things. Don't ask me why. I just do. It seems as if <b>Forgetting </b>is a dormant, inactivated feature in me, and if there comes the rare moment where I actually forget about something, then it means nothing more than the system is having a glitch. Time passes by, the seasons change, people come and go, my life goes on, and yet here, I remember.</i></div><div style="text-align: justify;"><i><br /></i></div><div style="text-align: justify;"><i>Every single detail is engraved in my mind like artefact. Reminds me of a huge collage sticking stubbornly on the mirror surface, refusing to peel off. I could close both my eyes and still clearly see each memory behind my lids as if it's a relay of never-ending, overplayed movies. A hodgepodge of cuts with various people starring in it. </i></div><div style="text-align: justify;"><i><br /></i></div><div style="text-align: justify;"><i>That includes you.</i></div><div style="text-align: justify;"><i><br /></i></div><div style="text-align: justify;"><i>I see a stray cat and remember that afternoon when two kittens climbed into your window as we were spending time watching a pirated version of Aamir Khan's newest movie. I take a cab home and remember the stupid stories about school days I told you drunkenly on those seemingly-everlasting weekend nights. I tie up my hair in a ponytail and feel the way your fingers playing and twisting my locks. I stand under the shower head and my memory pulls forward that moment when I found out you left marks all over me. I switch on my phone and there it is, the memories of you calling, saying we got to stop whatever we were doing for no reason. The wind blows through my unclosed window and I remember you whispering to my ears how much you love me until you don't anymore. Because I'm still the very same old me no matter what happens but you always love something new. Or someone new.</i></div><div style="text-align: justify;"><i><br /></i></div><div style="text-align: justify;"><i>And it's not just you whose traces never leave my mind. </i></div><div style="text-align: justify;"><i><br /></i></div><div style="text-align: justify;"><div><i>I still can recall all my regrets. The cruel things I said to people I should have hold dear. The distant ring of a jolly laughter that can be found no longer. The soft brushes of warm skin that has turned ice-cold. The irrevocable mistakes, leaving me with a mountain of ashes from burned bridges I cannot rebuild. The late night calls I picked up despite knowing that it was a game of two lonely persons licking each other's wounds. The sharp rejections that stung too deep I feel their remnants tingling inside even now like a poison to my self-esteem. </i></div><div><i><br /></i></div><div><i>And the broken dreams. </i></div><div><i>The unfulfilled promises. </i></div><div><i>The many "Someday" that eventually becomes "Never". </i></div><div><i><br /></i></div><h3><b><i>I remember it all.</i></b></h3><div><i>Probably all too well, just like what Taylor Swift said. </i></div><div><i><br /></i></div><div><b><i>If this is a gift, then this is a gift that sometimes feels like a curse</i>.</b></div><div><br /></div><div style="text-align: right;"><span style="background-color: white; color: #3b3b3b; font-family: mistral; font-size: 38px;">z. d. imama</span></div></div>z. imamahttp://www.blogger.com/profile/16300911470774364068noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5262709017274263039.post-10001803922114866732020-10-07T19:30:00.006+09:002020-10-07T19:30:03.497+09:00#smellofsoapandshampoo: Reviewing SCARLETT body care series<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="1152" data-original-width="2048" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiEmlkxqevd8Vk0xn3d19CX_fmRsgWWkzj45pfd6RZDYIek2-NBbOg8nZkkiD78X51j0DVUdcyH_ABDy69qLwC7yLNlx3dZNTzsiKN3xrLihzGj9QVc29DtUnczgMJqlSw-fN7cWplNZZ8/w640-h360/SCARLETT.png" width="640" /></div><br /><div><div style="text-align: justify;">Saya termasuk orang yang memuja <i>me-time</i>. Pokoknya dalam sehari, harus ada waktu yang didedikasikan khusus kepada diri sendiri untuk menikmati hal-hal yang disuka. Ragamnya macam-macam: bisa nonton video idola, baca buku, bahkan mandi. Iya, mandi. Momen mandi, terus terang, adalah suatu hal yang cukup sakral bagi saya karena kegiatan itu saya asosiasikan dengan membilas bersih rasa lelah seusai beraktivitas seharian. Atau, berhubung semasa pandemi ini kantor saya menjalankan sistem bekerja dari rumah, saat mandi merupakan kesempatan mencuci bersih <i>mood </i>suntuk dan pegal yang timbul akibat berjam-jam berkutat di hadapan laptop kantor. Ada sesuatu yang menyenangkan hati ketika menuang sampo dan sabun ke telapak tangan lalu aromanya menguar ke segala penjuru kamar mandi. <i>Auto happy</i>.</div><br />Makanya saya demen banget berburu sabun mandi.</div><div>Iya, ini pengakuan dosa.</div><div><br /><div style="text-align: justify;">Saya senang sekali mencari-cari sabun mandi, baik batang maupun cair, yang aromanya menarik minat mencoba. Kadang merembet ke <i>body scrub</i> juga, berhubung kadang badan terasa lebih kotor dari biasanya <strike>lantaran ada daki yang mengerak jadi lapisan kulit baru</strike>. Pokoknya tiap mampir supermarket, lorong <i>body care </i>selalu menjadi tempat mangkal saya. Bisa betah deh saya bermenit-menit di sana. Mengendus-ngendus aroma sabun mandi, membandingkan satu sama lain. Mungkin perilaku ini tidak layak diteladani, tapi setiap manusia berhak berkelakuan aneh dengan cara masing-masing kan ya? Eh, iya kan?</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><i>Anyway</i>,</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Kurang lebih beberapa minggu lalu, saya mulai mencoba serangkaian <i>body care </i>dari <b>SCARLETT</b>.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="1536" data-original-width="2048" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiasaEn8EefH8jvoG3s5my989RVKXiPe-fCgCZtQOot_TyViXalVNh8ZNahbCfvZYtbDI-pCpf72ZmncnZe01Q35PaASjRwNdWoX1jJ3lwNm9CjI-9aUaPoM6kq_V6slDtETowtfq3yGm8/w640-h480/IMG_20201004_200101.jpg" width="640" /></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Paket rangkaian perawatan tubuh ini datang ke dekapan saya dalam kotak merah mentereng yang bisa dengan mudah di-<i>repurpose</i> jadi boks penyimpanan barang. Seriusan. Agak sayang kalau dibuang begitu saja. Cakep, kok. <i>Sturdy</i>, pula. Lumayan kokoh dan nggak mudah ambrol. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Boks ini memuat total enam produk perawatan tubuh, mulai dari <i>shower scrub</i> hingga <i>body lotion</i>. Harganya pun relatif masih oke di kantong, dengan <b>per produk dibanderol Rp75,000</b>. Jika mau dapat boks eksklusif seperti yang nongol di foto atas, bisa ambil paket hemat berisi lima jenis produk seharga Rp300,000. Lebih murah. Nanti masih ditambah dapat <i>free gift</i>. Asyik, kan?</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><img border="0" data-original-height="1536" data-original-width="2048" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjLjtnNE7STzjElvKTy1I6dr3l22ZczBqgNk-dRLQWnJR_h66d54diiwxcTbetrCdo6cAo3qXXjPnNepsjViu7TFmau6WCbFkQa7T9kv7FCTYEKsyS7dhMlKyds7AYJTUwZV-g_N6YetNc/w640-h480/IMG_20201004_200220.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;" width="640" /></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i><span style="font-size: x-small;"><b>"Be your own kind of beautiful,"</b> it says. <b>"Make time for yourself,"</b> it says. YES and YES.</span></i></td></tr></tbody></table><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /><div style="text-align: justify;">Keseluruhan rangkaian <i>body care </i>SCARLETT yang saya coba yaitu tiga varian <i><b>Brightening Shower Scrub</b> (Pomegranate, Mango, Cucumber)</i>, <i><b>Body Scrub</b> (Romansa)</i>, dan dua macam <i><b>Fragrance Brightening Body Lotion</b> (Charming, Romansa)</i>. Bahan kandungan yang dikedepankan oleh produk-produk SCARLETT adalah <b>vitamin E</b> dan <i><b>glutathione</b></i>, yang menurut artikel-artikel di internet terkait <i>skincare</i> yang saya baca, berkhasiat menutrisi kulit, melembapkan, serta mencerahkan.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Satu nilai plus untuk SCARLETT yang saya ketahui sewaktu membongkar paket: <i><b>not tested on animals</b></i>. Ini klaim bagus sekaligus berani, sih, karena saya masih cukup jarang menyaksikan ada merek lokal yang peduli tentang <i>animal cruelty</i> sampai meletakkannya di kemasan produk. Meski tergolong pendatang baru, SCARLETT juga sudah terdaftar BPOM. Nggak perlu khawatir ada komposisi yang berbahaya, lah. Aman.</div></div><br /><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><img border="0" data-original-height="1536" data-original-width="2048" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYQgXo04zlCen4ZOCrQizAzSNmvJ04ZsTH7WBLKtSCv6sQFdcnAJ52xqmLMPzu09eQCBfBwqgagLxdwEczTRs53D1KAVf9_THVXKSFKiLdhP068aZKuwe_hvYcOa1XV_RKyou3Mh7bdx0/w640-h480/IMG_20201004_200341.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;" width="640" /></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-size: x-small;">Tuh, kelihatan kan? "<i><b>NOT TESTED ON ANIMALS</b></i>" mengitari logo kelinci lucu</span>.</td></tr></tbody></table><br /><div style="text-align: justify;"><i>Alright.</i></div><div style="text-align: justify;"><i>Now we go straight to the review</i>.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h3 style="text-align: left;"><i><b>Part I: Brightening Shower Scrub (Pomegranate, Mango, Cucumber)</b></i></h3></div><div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><img border="0" data-original-height="2048" data-original-width="1536" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjOOB0eFp2djBdvSaHHDmfQhpIDswAGCPN8EYI_4yoocJrNWlJpCnhC0Nz8eWQLhDaHRBHLADohsmAIjPSJZE9CS4X95kAprs3gbeInnv7m2fGSGlao7XF88oAKT2tQYtezBoOrafwANXs/w480-h640/IMG_20201004_200259.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;" width="480" /></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-size: x-small;"><i>Behold the Three Musketeers of Shower Scrubs!!!<br /></i></span></td></tr></tbody></table><br /><div style="text-align: justify;">Masih ingat saya di paragraf atas ngaku-ngaku sebagai orang yang menganggap momen mandi sebagai <i>me-time</i>? <i>I'm staying in character, y'all</i>. <i>Shower scrubs</i> adalah produk SCARLETT pertama yang saya sambar, bawa ke kamar mandi, dan coba pakai di hari itu tanpa pikir panjang. Hingga hari ini, saya masih menggunakan ketiganya secara bergantian tergantung <i>mood</i>. <i><b>My favorite? Mango</b></i>. Suuuuumpah wanginya muaniiiiissss banget berasa bermandikan jus buah. Paling saya awet-awet juga saking sayangnya. Keharuman varian <i>Pomegranate </i>lebih lembut dan agak samar, sedangkan aroma <i>Cucumber </i>relatif segar, seakan-akan ada kesan <i>cooling</i> ketika baunya tercium hidung. Masing-masing punya ciri khas tersendiri. <i>Each brings forth different mood</i>.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Tekstur produk ini sedikit lebih encer dan <i>runny</i> ketimbang <i>shower gel,</i> namun lebih kental apabila dibandingkan <i>body wash</i>. Butiran <i>scrub</i>-nya terbilang haluuuuus maksimal. Kulit hampir nggak terasa kalau lagi 'digosok'. Lumer aja gitu dengan gampangnya. <i>And you know what's best? <b>SCARLETT Shower Scrubs</b></i><b> pada saat dibilas nggak bikin kulit jadi kering kesat!</b> Woooohooooo!!!! Asli. Segembira itu. Saya capek di-PHP sabun, <i>shower gel, shower scrubs</i> dan teman-temannya yang setelah dibilas justru membuat kulit cekit-cekit saking kesatnya. Saya ini manusia, bukan piring berlumur minyak dan lemak!</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h3 style="text-align: justify;"><i><b>Part II: Body Scrub (Romansa)</b></i></h3><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><img border="0" data-original-height="1536" data-original-width="2048" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiyF4YiZJATXvcvfjN-w8IOwT5Q4RdZ4Z_VFfUE_ilkB3mDeqMGKCQIeGjfpXf7GiWRsBenyg2tB9je2ycGPcnmoD4p4i8ebhmJSb_W7hRB9bvpBx01vfDpJJFJH3FMsxuF4RCCAUANjv4/w640-h480/IMG_20201004_200140.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;" width="640" /></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i><span style="font-size: x-small;">See the pretty white jar there?</span></i></td></tr></tbody></table><br /><div style="text-align: justify;"><i>All right. We're getting a bit more scrubby</i>. Selain varian <i>Romansa</i>, SCARLETT juga menyediakan <i>body scrub</i> dalam varian <i>Pomegranate </i>(yang sebagaimana dapat kita lihat di gambar, tidak ikut saya coba karena tidak punya). Sewaktu pertama kali mengangkat <i>jar body scrub</i> SCARLETT ini, terus terang agak kaget. BERAT, SIS. Saya tidak mengalami kekecewaan sedikit pun ketika membuka tutup kemasan dan melepas segel pelan-pelan. <i><b>The jar is full to the brim</b></i>. Isinya buanyaaaaaaaaak! Yakin deh, <i>SCARLETT Body Scrub</i> bisa bertahan beberapa bulan lamanya bahkan dengan pemakaian rutin satu atau dua kali seminggu. Padet banget. </div></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Saya nggak usah berpanjang lebar membahas manfaat <i>body scrub</i> lah, ya. Kita semua sama-sama paham bahwa <i>scrubbing </i>membantu proses eksfoliasi alias pengelupasan sel kulit mati. Membuang dekil. Nah, setelah dicoba, ternyata saya suka sekali bagaimana <i>body scrub </i>dari SCARLETT ini menunaikan tugasnya. Buliran <i>scrub </i>kali ini lebih <i>potent </i>dan terasa ketimbang <i>Shower Scrubs</i>, tetapi masih tetap halus sehingga nggak menimbulkan sakit pas digosok. Nggak perlu khawatir kulit jadi perih apalagi lecet karena tergores <i>scrub </i>kasar. Berhubung <i>body scrub</i> ini juga wangi luar biasa, akhirnya setiap habis mengamplas diri sambil mandi, saya nggak repot-repot pakai sabun atau <i>shower scrub</i> lagi. Supaya aromanya nggak tabrakan.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h3 style="text-align: justify;"><i><b>Part III: Fragrance Brightening Body Lotion (Romansa, Charming)</b></i></h3><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><img border="0" data-original-height="2048" data-original-width="1536" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgWwfoBKIFZcd04yDdLIPrXhtZcanmXc_tMivkCXyknnAx0HMAZ6wh0i-LTQanSqe1mxXKHjxltlVgFcoCaLolhz_ux-EOJlkFxE7q4zMbL4mMK4Zye3uDfQgf5Tacz1q_9GnuyU3fV1-4/w480-h640/IMG_20201004_200320.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;" width="480" /></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i>The popular pair.<br /></i></td></tr></tbody></table><br /><div style="text-align: justify;">Denger-denger, produk SCARLETT yang paling populer alias <i>best-selling</i> adalah <i>body lotion</i>. Tersedia tiga varian, yakni <i>Charming</i>, <i>Romansa</i>, dan <i>Fantasia</i>. Sama halnya <i>shower scrubs, body lotion</i> dikemas simpel dalam wadah identik dengan warna berbeda untuk membedakan antarvarian. <i><b>And thank god for the pump bottle!</b></i> Siapa pun anggota tim SCARLETT yang mengusulkan desain botol pompa, <i>you're da MVP</i>. Setidaknya saya tidak perlu repot-repot menjungkirbalikkan botol dengan tangan masih setengah berlumur <i>body lotion</i>. Bagian atas pompa dilengkapi <i>stopper </i>atau <i>safety lock</i>, maka botol bisa mudah dibawa-bawa bepergian tanpa harus memindahkan isi <i>lotion </i>ke wadah lain. Praktis.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Tekstur <i>body lotion</i> dari SCARLETT relatif kental jika dibandingkan merek lain. Saking 'padet'-nya, butuh sedikit waktu untuk memompa produk sampai berhasil keluar pertama kali dari botol. Awalnya sempat cemas bakal sulit diserap kulit, eh ternyata saya salah sangka! <i>Lotion</i>-nya tidak butuh waktu yang lama untuk meresap dan setelahnya tidak lengket. Setelah ngulik info kanan-kiri, saya jadi tahu bahwa ternyata <i>lotion </i>yang bisa memberi efek<i> instant brightening—</i>seperti SCARLETT <i>body lotion—</i>memang teksturnya cenderung lebih kental. <i>#TheMoreYouKnow</i></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Aroma kedua varian <i>body lotion</i> ini juga menyenangkan, bikin rileks, dan yang lumayan mengejutkan: <b>cukup tahan lama</b>. Awet nempel harumnya. Untuk <i>Romansa </i>sih nggak beda-beda amat dengan versi <i>body scrub</i>, bernuansa wangi floral. Saya suka mengombinasikan <i>body lotion</i> Romansa setelah mandi dengan <i>body scrub</i> <i>Romansa </i>(biar makin mantap) atau <i>shower scrubs Pomegranate</i>. Varian yang satu lagi, <i>Charming</i>, <i>it has a tad stronger oriental floral scent</i>, sekaligus diklaim sejumlah orang memiliki harum yang mengingatkan pada parfum Maison Francis Kurkdjian Baccarat Rouge 540. <i>However, to be honest, <u>I cannot vouch for that because</u></i><u> <i><b>I have no idea </b>how that perfume smells like at the first place</i></u>. Selama ini saya tidak pernah mengendus aroma parfum tersebut, sehingga apabila kalian penasaran, bertanya-tanya setengah tidak percaya, "Bener nggak sih baunya kayak parfum mahal?"</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">...silakan coba beli dan buktikan sendiri!</div><div style="text-align: justify;"><i>*reminiscing that day when I received my care package.*</i></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><blockquote class="twitter-tweet"><p dir="ltr" lang="en">Mulai hari ini bakal coba pakai rangkaian bodycare dari Scarlett. Let's see how what we have here turns out for the next few days! 🛀✨ <a href="https://t.co/I1GdIpiF99">pic.twitter.com/I1GdIpiF99</a></p>— ❄️ this is zi trying (@kleponwajik) <a href="https://twitter.com/kleponwajik/status/1302089360557240320?ref_src=twsrc%5Etfw">September 5, 2020</a></blockquote> <script async="" charset="utf-8" src="https://platform.twitter.com/widgets.js"></script></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Kalau tertarik untuk ikut mencoba, produk-produk SCARLETT bisa dengan mudah diperoleh melalui berbagai <i>platform, </i>antara lain:<i> </i><b>LINE </b>(@scarlett_whitening), <b>Instagram </b>(<a href="https://www.instagram.com/scarlett_whitening/?hl=en">scarlett_whitening</a>), <b>Shopee </b>(<a href="https://shopee.co.id/scarlett_whitening">scarlett_whitening</a>), <b><a href="https://www.sociolla.com/708_scarlett-whitening" target="_blank">Sociolla</a></b>, atau bisa juga via chat <b>WhatsApp</b> ke 087700773000. Niat bener ya saya ini, semua-semuanya dilampirkan...</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Ayo mandi pakai sabun wangi supaya tidak mudah stres!</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: right;"><span style="background-color: white; color: #3b3b3b; font-family: mistral; font-size: 38px;">z. d. imama</span></div><p></p>z. imamahttp://www.blogger.com/profile/16300911470774364068noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5262709017274263039.post-67104063615457705072020-08-22T16:26:00.000+09:002020-08-22T16:26:07.351+09:00MIU404: a cop-themed drama as warm as a hug.<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjxHJCiLyE8z_ZYg9xR-KOlZllohydMjn5_fMs9kYWM3MqnOWT_6B3OL8bcf6kK_BxiXnnvY_fG91NjF1UUFblRZQYhikYrFAG8h47DEgt5o0mHKPmIxL805ikDNMW3K48LoHduTsUi5mQ/s640/miu0.png" width="640" /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><i>To call myself an expert of Japanese drama series and movies will be ridiculous and rather pompous, but I think I watched enough quantity to know what am I talking about</i>. Apa sih yang rata-rata terlintas di benak ketika mendengar istilah 'serial drama polisi'? Cerita yang cenderung serius, plot yang berat, gelap, dan kompleks. Kejar-kejaran dengan pelaku kejahatan. Adegan kekerasan seperti berantem di sana-sini dan bahkan adu tembak. Teknologi antikriminal. Rapat strategi di markas polisi yang penuh kosakata sulit. Detektif polisi yang mendedikasikan hidup secara total di pekerjaannya. Tim penyelidik dengan kepribadian bertolak belakang yang kerap berterngkar, namun selalu saling bahu-membahu menyelesaikan tugas. Pengambilan gambar yang cenderung <i>no-nonsense</i>. Imej polisi kerap ditampilkan sebagai sosok penegak keadilan, atau protagonis justru digambarkan sebagai polisi ideal di tengah-tengah institusi korup.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><i>You're not wrong.</i></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><i>Those kinds of series are also not wrong. They are fine.</i></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><i>But <b>Mobile Investigative Unit: MIU404</b> takes it somewhere better. They offer something most drama series with similar theme never bother to touch: <b>warmth and vulnerability</b></i>. <i><b>It is full of hearts and made with sincerity.</b></i> Berbagai aspek dalam MIU404, mulai dari teknik pengambilan gambar, penulisan skrip tiap episode, penyutradaraan, sampai akting pemeran-pemerannya terasa jelas menghadirkan dua hal tersebut, dan menyebabkan drama ini benar-benar menarik untuk disimak. <i>This is pretty much the very first cop-themed drama series that can give me a fuzzy feeling; as though I'm protected by a layer of comfy blanket</i>.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiT1CHhYkVzONr9_CyDOYODeZ7Bh9dfF3zje4r8qNdQYS6VKw5umLm8_ae8scBXefD0wAwTZRRQ_2u_-9Sax6483sF8Tg7oBW2K4Mbv-RGuhjMJiB0t8212X4KkizBlQ9e8pIE2TDth1GQ/s640/miu0.5.png" width="640" /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><i>Mobil Investigative Unit: MIU404</i> mengambil latar kota Tokyo di mana kepolisian melakukan perombakan struktur organisasi dan lahirlah divisi baru yang ditugaskan sebagai <i>first responder</i>. Setiap hari selama 24 jam, divisi MIU yang masing-masing timnya terdiri dari 2 orang detektif polisi harus melakukan patroli dan menjadi petugas yang pertama kali tiba di TKP kejahatan. Kasus akan ditangani oleh MIU selama beberapa waktu, dan jika tidak bisa terselesaikan hingga tenggat yang ditentukan, maka akan diserahkan ke divisi investigasi lain sesuai dengan tipe tindakan kriminalnya.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><i>Still with me?</i></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Sekarang mari kita bahas tokoh-tokoh kunci.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Latar belakang organisasi selesai cukup sampai sini. </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><b>Shima Kazumi</b> (diperankan oleh musisi sekaligus aktor, <a href="https://wiki.d-addicts.com/Hoshino_Gen" target="_blank">Hoshino Gen</a>) adalah detektif polisi handal yang tidak main-main, sempat masuk jajaran elit Divisi Investigasi 1 hingga suatu kasus yang menyebabkan kematian seorang polisi membuatnya diskors habis-habisan, lalu dimutasi sejauh mata memandang ke <i>Driving Test Center</i>. Keberuntungan, kegigihan, dan kebaikan hati atasannya, <b>Kikyo Yuzuru</b> (yang cantik bangetttt hati berasa adem liatnya), berhasil menciptakan secercah harapan bagi Shima untuk kembali aktif bertugas sebagai detektif polisi di MIU Unit 4. </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjhvZ-HA4M9ZEf8x2i30Rz5ZE3Au1QJfmLW2Gv1HxA6HvLRRr8oqCXAZBPMWsghnIaItFc7yCIwIy0M6bVtfaCZRhzH19KUESCTMlqQHuheSoq32vTeSeg4E8z15YzVjq2aYVfS55_ZqD0/s640/miu8.png" width="640" /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-size: small;">"Ayo sini Mas, kerja sama Tante~" (NGGAK GITU KOK DIALOGNYA, SUMPAH)</span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-size: small;"><br /></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEisLlOoCHWMkHpLYoNSP5d8577KQ3HHhaWkNRrQovFEKyqhvw4nFMl-WMwDPiseSwpeIyE93RdhyRrMQ3EKlCIqPazPLajQzpy77nklpn8RTeM4hncqSwVjwRfRlnkwiRHLCp4r-yIJNmg/s640/miu8.png" width="640" /></div><span style="font-size: small;">Kikyo Yuzuru, <i>commanding officer </i>MIU.</span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Sayang beribu sayang, <b>Jinba Kohei</b>, polisi senior sekaligus <i>partner </i>lama Shima sudah ditugaskan untuk mendampingi <b>Kokonoe Yohito</b>, anak kemarin sore dari jalur<i> fast-track career management </i>yang juga sekaligus putra seorang petinggi polisi. Biasalah. Titipan orang dalam harus diutamakan akomodasinya... ya nggak? Mau tidak mau, Shima harus jungkir-balik mencari rekan serep jika tetap ingin mempertahankan posisi tugasnya di MIU Unit 4.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Ekspresi wajah Shima yang lagi-lagi mempertanyakan ketidakjelasan nasib karirnya di kepolisian:</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgSSADSoUB2rVJJvfulpfOQ_lAouseE9YvcLbHfQbMxZOVfehHoLZGY-6NKO19LxZKEpfrOGgMe_8JZald1ZrEVls9fQiJmWiAFUCMcFDpGin_wLV8jGki35IjjLj6D75vlSRYfuiSFHRE/s640/miu9.png" width="640" /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Masalahnya, satu-satunya calon yang tersedia hanyalah seorang 'polisi daerah' dari Okutama yang cukup terkucilkan oleh rekan-rekan seprofesinya karena dipandang aneh dan... uhhhhhh, rada bego. Sosok terbuang ini ternyata punya reputasi yang lumayan mencengangkan karena semua orang seolah kapok bekerja satu tim dengannya. Ketika Shima berusaha mengorek informasi lebih lanjut tentang keahlian yang dimiliki calon rekan baru ini, jawaban setiap pihak yang ditemuinya selalu sama persis: <b>larinya kenceng</b>.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Gitu doang.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Makin bingung, bos.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Apaan dah, masa polisi yang bisa diandalkan cuma perkara jago lari???</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Namun perjumpaan perdana Shima dengan <b>Ibuki Ai</b> (dilakonkan secara apik dan sangat menggemaskan oleh <a href="https://wiki.d-addicts.com/Ayano_Go" target="_blank">Ayano Go</a>—<i>and this man is 38?? I very seriously REFUSE to believe</i>) yang fenomenal dengan kecepatan larinya memang telah membuktikan... kemampuan dan stamina fisik Ibuki amat sangat bisa dipercaya. Sekaligus menyadarkan Shima bahwa kepribadian mereka berdua benar-benar bertolak belakang. Antara langit-bumi. Selalu bersimpangan. Di dunia tempat kita berdiam ini. (Kenapa malah jadi nyanyi lagu <i>opening </i>anime Shaman King versi terjemahan bahasa Indonesia...?)</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Shima mengedepankan berpikir jernih dan mengikuti prosedur. Sedangkan Ibuki? Cenderung mengandalkan insting dan angot-angotan. Sahut-sahutan dialog mereka berdua yang terkadang mirip cek-cok pasangan suami-istri sangat menyenangkan disimak karena YA ALLAH ASIK PARAH KAGAK NAHAN... Apalagi akting Ayano Go sebagai Ibuki hampir setiap saat tampak <i>happy-go-lucky</i> dari lubuk hati, ekspresi wajahnya secerah cahaya mentari. Seolah-olah sepanjang hidupnya tidak pernah punya beban dan prasangka. Tiap hari berasa dibawa seneng melulu.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhEvO-4RTuyof2s8JVjV-1ToyI45nXFEnL0WHozf20XpDghgQh2ErBkzPrcmoXVjVcZp9Q4eFA60DEDqekfOoR7BoVgl3Qx4rbv9tz7q5imZWC-Mqrru_RvmdS-fmzkFHf7WFgB0gpIsNI/s640/miu0.5.png" width="640" /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-size: small;">TUH KAN SAYA NGGAK BOHONG. <i>PURE SUNSHINE</i>.</span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Penonton telah dijanjikan keseruan dua polisi ini sejak awal dengan adegan ekstrem di episode pertama: <b>tabrakan yang menyebabkan mobil patroli jatah Ibuki dan Shima hancur-lebur</b>. Koreksi: mobil patroli mereka secara <u>sengaja ditabrakkan</u> demi menghindari terjadinya lakalantas yang dapat menelan korban jiwa dari masyarakat sipil. Pertanyaannya sekarang, posisi keduanya kan <i>first responder</i> sekaligus unit patroli, tuh. Bakal dapat mobil baru dong, sebagai ganti yang ambyar? Ntar gimana cara patrolinya kalau nggak ada kendaraan?</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Oh tak semudah itu, kamerad.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Kamu pikir istilah 'anggaran' hanya mitos?</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Kombi Shima-Ibuki memang pada akhirnya berhasil mendapatkan kendaraan baru. <b>Tetapi dalam wujud <i>food truck melon bread</i>.</b> Karena cuma itu kendaraan yang bisa tersedia. Menyaksikan Shima dan Ibuki berpatroli—termasuk mengejar tersangka yang kabur—mengendarai <i>food truck</i> yang kecepatan maksimalnya terbatas adalah unsur komedi tersendiri. Lebih menghibur dari dugaan. Apalagi beberapa kali mereka dihampiri warga sekitar yang mengetuk badan mobil, berniat membeli roti karena menyangka memang truk pedagang keliling.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEia0OT3hYGJjirScwrQP3AnnYO1dTnONPgsjvNxkfheNxuc4joMAP1K1rwc3Wls41ICsYrk3KMWMcgPDoO1vuKrzVMb56joJrhG_XNKpX0LRvX_zuu7zsp6x-g_xmJlF_MWG4amEPD_i0M/s640/miu9.png" width="640" /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Pernah juga Ibuki menyalakan <i>jingle melon bread</i> melalui <i>speaker</i> truk demi meladeni anak-anak kecil yang menyeberang di <i>zebra cross</i>. Shima Kazumi <i>facepalming </i>di jok sebelah melihat sang <i>partner</i> dengan penuh semangat dadah-dadah ke sekelompok bocah.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-d8ZoR1A7UuAgxTlEEDimRJ3YX0TrK0r1s9ZsGps5ZyNXMdwdRvdZVYu_pKIrjo-I3va2OaTqTdBX0n2z-yPfsW63hHkJ5q8ldFkDUsNXUhtIlLJFdUAxZuZMeNCGYLWlKGWrkPFPU8c/s640/miu1.png" width="640" /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><h2 style="clear: both; text-align: justify;"><i>So, why is MIU404 freaking good?</i></h2><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><i><b>In a nutshell, this series is as warm as a comforting hug, despite being a police drama.</b></i></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><i>MIU404 is character-driven</i>. Dinamika interaksi antarkarakter, khususnya dua tokoh utama benar-benar menjadi roda penggerak keseluruhan cerita. Shima yang <i>by-the-book</i>, supertertib, dan sangat rasional berperan besar dalam mengerem keberangasan Ibuki. Sementara itu, Ibuki dengan kepribadiannya yang sangat blak-blakan, jujur, serta selalu bergerak berdasarkan hati nurani, perlahan-lahan mengurangi kesan tertutup yang mendominasi sosok Shima. <i>Shot-shot</i> yang menggambarkan mereka berdua dalam satu <i>frame </i>selalu menyenangkan dilihat. Ada kesan domestik yang akrab dan bersahabat; sesuatu yang relatif langka ditemukan di drama bertema kepolisian, sekalipun <i>chemistry </i>antarpemeran sama bagusnya. </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEghRXaHq_JeXb8E1__uv-76v8Q_YOpHJHmzNMa8UC269G60wIfw5JRwI30m1D1zUNrBEnfU-ZEmlihqXQiUGNun_4tbJ24LjA5d6jC8GjFc4uazeFeA1YHkAhCpoMWJcT5QRm0Iia79hx8/s640/miu3.png" width="640" /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjf7Fooa2fcI33_Oo2E4Iu-78YNGaO4Mt8X9xxv38k2ZbTS67XQw7C5VMW8UOmLFIliL44pgaHJ5GBEZpcDXr3l9o9v65TFoAhxSjcfJjlGFToAwDG2hzYAhzr_tFtw9aXuk3L75bgd-8o/s640/miu13.png" width="640" /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjcsq7SQJQVyEj8GULwm2oe6sjze_qA4bgG1NDMWrd4FYBFaaBLHSfDwTMQK2cW1cdjlFFK4pmhw9QM6OYqjis5bFixzdekzG5Aso1UvBbeMyiVWSDIXsEbp4KT_HEics65oEDzxhuNNeo/s640/miu9.png" width="640" /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><i><b>I love how MIU404 humanizes police force</b></i>. <b><i>And how it doesn't think highly of itself</i>.</b> Karakter-karakter yang berprofesi di lembaga kepolisian tidak digambarkan sebagai figur arogan yang menganggap apa yang mereka lakukan adalah perpanjangan tangan dari sebuah kebenaran, keadilan absolut. <i>This is a very down-to-earth representation of police (in Japan) and I wish we get more stuffs like this.</i> Melalui MIU404 pula, saya jadi tahu bahwa pada kenyataannya, meskipun masing-masing membawa senjata api, <b>sebagian besar anggota kepolisian Jepang tidak pernah menodongkan pistol mereka bahkan sampai pensiun</b>. Boro-boro nembak, menodongkan saja tidak pernah! <i>Gun is apparently seen as the very, very last resort.</i> Persenjataan yang lebih umum digunakan jika harus kontak fisik dengan tersangka kejahatan yang kabur atau melawan penangkapan adalah <i>baton</i>. Itu loh, tongkat pentungan hitam panjang yang tidak jarang bisa dilihat tersarung di pinggang petugas keamanan.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Kayak gini:</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg7trVJlK6mlBSgF9oQ5_nPx1qnQybwXfacB6oH40spLyTwzDWe0le2hTNZFzQiRefsoYDHda_jLU2d-2xCkxoHyApc6I-G0DE-AKChgnL5mWtdVwXgMF86E0ls0IODKY4pRI5RwW0KQbg/s640/miu6.png" width="640" /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Tentu saja biar afdol, tetap ada representasi bapak-bapak petinggi dengan kecenderungan "Ya mau gimana lagi, ini perintah mereka yang lebih di atas lagi, udah nurut aja" demi mempertahankan jabatan, namun tidak serta-merta berarti dia adalah sosok antagonis. Wajar-wajar aja, lah. Nggak bikin pengin nonjok saking sebelnya.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><h2 style="clear: both; text-align: justify;"><i>Should I rave about the cases, too? Should I?</i></h2><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><i><b>The variety of cases Shima-Ibuki pair meets feel very much real, and close. </b></i></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><i>And they touch my heart like nothing ever had</i>. </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg5OMcJzJR1RsnYDf7jgHQUYm7xI7SPgSSD5y2mQsvSn1RSh4esuyySB0CbzwFEP8TNFv8nyIGB4SnwxVxLJZSBS-bLKTsfxiIPCxQvFil_sVsTvyDfdCHSNtyFmp2qQ_OBMxkXJWpdtuE/s640/miu4.png" width="640" /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><i>Accidental murder. Lost family member. Juvenile delinquency. Tracking a hiding burglar. Theft committed by a person who found herself unable to get out from the cycle of 'dirty money'</i>. <i>Convenient store robbery</i>. Semua kasus terasa sangat riil, bisa kapan saja terjadi di sekeliling kita, bahkan sepintas cenderung remeh-temeh. MIU404 mampu menunjukkan kepada penonton—tanpa menguliahi—bahwa sesuatu yang tampak sepele di permukaan bukan berarti tidak memiliki kekuatan untuk mengubah drastis hidup seseorang.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Tidak sekali-dua kali saya menangis sesenggukan di hadapan layar laptop, padahal saya berani menjamin (meski tidak kenal satu pun tim produksinya) ceritanya tidak meminta penonton untuk nangis. Ngerti kan, suka ada film atau drama yang kerasa banget kayak nyuruh kita nangis? Penulis skripnya semacam menjerit dari balik layar, "NANGIS SEKARANG! NANGIS! KELUARIN AIR MATA!! AYO!!" dan saya terus terang dongkol banget tiap nemu yang begitu.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><i>But MIU404 isn't like that</i>.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEirOA_yQTJCKzWpU10_IZ5G9Kwf6jwoxu8OXMBd09zqhWAvarTluFjrUm4RXhypwKGqhGylI_i3pBzLd6gDdVDTMcQenIhcOVh7e1skvs2kuCBXA3k8fj4tX2vr8mXNo7NbgITsOPr4cqY/s640/miu6.png" width="640" /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjG0PLIkXc6tLG1FZJ8jNFr8DlSRNll939kWiJJDYR3MUWWnj1RzGj1qIpwGFisJtm_xpiOaHPyDQjh5eKwPEPHPoRTujzXlY9U8jeAWoYWe6R0iC8IsTo9KWvYMvu2fN7uUPEIqR_KNb0/s640/miu6.png" width="640" /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj1iZ2B628NPHiBLA5dl-Zb04lbI1HLFjf2GmCxNBCba_AZ4etFk0h1Bow-DnEIEIPDWOBIL7S3yyIB_eTHWwN1RaPFgI8_bX2jb1z7B1zliw6XLS2XryJMhLEMmF7i2Lf0A-9jSB71mSw/s640/miu5.png" width="640" /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Episode tentang kenakalan remaja masih merupakan salah satu favorit saya. Topiknya menyinggung tentang <i>juvenile law</i> dan apa sebenarnya tujuan dari dibuatnya hukum untuk anak-anak di bawah umur yang melakukan tindakan pelanggaran, atau bahkan kriminal. Muncul pertanyaan-pertanyaan krusial semisal, "Kenapa sejumlah hukuman terhadap anak-anak dan remaja rasanya terlalu lunak? Apakah ini justru tidak mengundang mereka untuk mengulangi perbuatan?" dan menurut saya... apa yang disampaikan oleh MIU404, walau tidak serta-merta menjawab, cukup bisa dijadikan renungan.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Nggak akan saya tulis di sini, deh.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Nanti malah <i>spoiler</i> penting.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Tidak ada kasus-kasus bombastis seperti menguak terorisme beserta ancaman bom, membongkar sindikat perdagangan manusia, pembunuhan beruntun dengan metode mutilasi, atau sejenisnya. <i>I'm so sorry <a href="https://wiki.d-addicts.com/Miman_Keisatsu_Midnight_Runner#:~:text=Synopsis%5Bedit%5D&text=Although%20he%20seems%20like%20an,becoming%20a%20good%20Criminal%20Profiler." target="_blank">Miman Keisatsu: Midnight Runner</a>, but you are just... trying too hard. I love Nakajima Kento and Hirano Sho, unfortunately <b>the crown for this season's (and probably this year's) best police drama is snatched by MIU404</b>. Bar none. Hands down.</i></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><i><br /></i></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><i><u>MIU404 is just THAT good.</u></i></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><i><br /></i></div><h3 style="clear: both; text-align: justify;"><i>And did I mention Ayano Go?</i></h3><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><i>Shining bright like a summer sunshine, brimming with glow, as charming as ever Ayano Go?</i></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgzk_0I2p_1mDxlfL0Wrzl2aUUSoWPa2aOAq71n4oowjy5fDz_89Ae5ANzFBKF7DuTveUKlfoIA3HDOWUsSita8JfQKRIJwmtDj7GSiqtzUQp26gZo3yhYQctrCOoErHk723xCGydB9cOc/s640/miu19.png" width="640" /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgU7a4w41ELKSPKhnspeNqUTvfYxgHLL9rkvN7kgid2DATZlL0ZXm3gbAFBhI7vxyRAtY7FvYrg2xL6H4BExhVH2KL7G95bxsKYf24wcGBGR7K2XhvWDKprNjX3UuVEH1LRAZkGlHKhyphenhyphenHk/s1366/miu15.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgU7a4w41ELKSPKhnspeNqUTvfYxgHLL9rkvN7kgid2DATZlL0ZXm3gbAFBhI7vxyRAtY7FvYrg2xL6H4BExhVH2KL7G95bxsKYf24wcGBGR7K2XhvWDKprNjX3UuVEH1LRAZkGlHKhyphenhyphenHk/s640/miu15.png" width="640" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiT6Mj5zjnhPWHe1eHIEvXvzTl0XV6h4dz534P9IRAb1XsGCoadrSoGdWIY5cMBOIn548jxaqYbEIjs9uwJoz5ZJXkWYJ5DisrE2kUInmensYzxqyD2CE0ayQdCHqns4_MeglOtSs3MxC4/s640/miu16.png" width="640" /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Gara-gara Ibuki Ai digambarkan sebagai sosok berstamina tinggi dan larinya kenceng, penonton disuguhi banyak adegan kejar-kejaran manual di sini. <i>And oooh boy, seeing Ibuki running is, weirdly enough, satisfying</i>. </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><i>His ready stance alone is worth five stars.</i></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiAzvW08B2D7lMk39ijl4empnd4OxVjg1lerIe_sUnu9fSTtoFZJQ2RowW7WT3399OM2r-I3p5B2WqgAYC1JVMvSkYUll4W0YwXXPsjSZrlyW0KBMKzAN3OE7FyVnVXepdW6BhNoUFy9WM/s640/miu11.png" width="640" /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Barangkali sudah waktunya saya menghentikan tulisan ini sebelum makin panjang tak terkendali. <i><b>WATCH MIU404, GUYS</b></i>. Saya hanya ingin menyampaikan itu saja. <i>Platform </i>legal untuk serial drama Jepang mungkin cukup sulit ditemukan, tetapi saya tidak berniat menyebutkan <i>platform </i>ilegal tertentu karena... nggak mau aja. <i><u>You know the title of the series. So you know the keyword. Google the crap out of it</u>, that's all I can say</i>.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><i>Some more screenshots of Shima Kazumi and Ibuki Ai doing patrols to close this, um, somewhat review of a blog post</i>:</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg05yheQ8w6EiLCRrlZJ_zw193pEFaFoMAAvjz7omLAV4-hTQ8UqUhbe_nS7rfNWLgp_3szpXkR4faF9ItUJa7PZPzysKa3Xrq99qBuNJ0cNkz68OxhgfmbxlIUTp_9HwXIKI80Gd6zfkE/s640/miu10.png" width="640" /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhFkLphJZz65d8jUhy2b5s4Xt0tYBOoHgQiSDkNThslqSEWhKoggxfSB_f0-lqx-XjygI1cBZTpEahyVKQxpYrvOpdsvmGsh_iqhb4w8A2QVPRAwiVW1pJJL5Q_UnzgDopUGswJk-JBuIg/s1366/miu2.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhFkLphJZz65d8jUhy2b5s4Xt0tYBOoHgQiSDkNThslqSEWhKoggxfSB_f0-lqx-XjygI1cBZTpEahyVKQxpYrvOpdsvmGsh_iqhb4w8A2QVPRAwiVW1pJJL5Q_UnzgDopUGswJk-JBuIg/s640/miu2.png" width="640" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhWQneK3vSKNm1hNe7eq-bsrugc7c6k3H_e8wZkT2AThtRwaQk8L4SKAOYeYIzzyTxN6v2wtn12AlI2xz-0hBj9ihcUfyysjs-i7LS1RsRrJQqB6DV8PC8vws8809pW5F84-yE7OhQoXjw/s1366/miu12.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhWQneK3vSKNm1hNe7eq-bsrugc7c6k3H_e8wZkT2AThtRwaQk8L4SKAOYeYIzzyTxN6v2wtn12AlI2xz-0hBj9ihcUfyysjs-i7LS1RsRrJQqB6DV8PC8vws8809pW5F84-yE7OhQoXjw/s640/miu12.png" width="640" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><h3 style="clear: both; text-align: justify;"><i>MIU404 overall score:</i></h3><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><i>Storyline </i><span style="font-family: Wingdings; font-size: 12pt; text-align: left;">«</span><span style="font-family: Wingdings; font-size: 12pt; text-align: left;">«</span><span style="font-family: Wingdings; font-size: 12pt; text-align: left;">«</span><span style="font-family: Wingdings; font-size: 12pt; text-align: left;">«</span><span style="font-family: Wingdings; font-size: 12pt; text-align: left;">«</span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><i>Cast </i><span style="font-family: Wingdings; font-size: 12pt; text-align: left;">«</span><span style="font-family: Wingdings; font-size: 12pt; text-align: left;">«</span><span style="font-family: Wingdings; font-size: 12pt; text-align: left;">«</span><span style="font-family: Wingdings; font-size: 12pt; text-align: left;">«</span><span style="font-family: Wingdings; font-size: 12pt; text-align: left;">«</span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><i>Intercharacter chemistry</i> <span style="font-family: Wingdings; font-size: 12pt; text-align: left;">«</span><span style="font-family: Wingdings; font-size: 12pt; text-align: left;">«</span><span style="font-family: Wingdings; font-size: 12pt; text-align: left;">«</span><span style="font-family: Wingdings; font-size: 12pt; text-align: left;">«</span><span style="font-family: Wingdings; font-size: 12pt; text-align: left;">«</span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><i>Soundtrack</i> <span style="font-family: Wingdings; font-size: 12pt; text-align: left;">«</span><span style="font-family: Wingdings; font-size: 12pt; text-align: left;">«</span><span style="font-family: Wingdings; font-size: 12pt; text-align: left;">«</span><span style="font-family: Wingdings; font-size: 12pt; text-align: left;">«</span><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><i>Heart and sincerity</i> <span style="font-family: Wingdings; font-size: 12pt;">«</span><span style="font-family: Wingdings; font-size: 12pt;">«</span><span style="font-family: Wingdings; font-size: 12pt;">«</span><span style="font-family: Wingdings; font-size: 12pt;">«</span><span style="font-family: Wingdings; font-size: 12pt;">«</span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Masa bodoh lah dibilang <i>biased opinion</i> atau apa pun tapi YA RABB IKI PANCEN APIK SAKPOLEEE RAONO OBATTT FTW!!! 1!!! SETUNGGAL!! SIJI!! Oh, jangan lupa mampir ke laman Spotify <b>Yonezu Kenshi </b>untuk mendengarkan lagu "<b><i><a href="https://open.spotify.com/track/1rd3RSjrOShIUG8rG9FvDI?si=q_xJrNqSTmygIUzsyh9FdQ" target="_blank">Kanden</a></i></b>" yang jadi <i>theme song </i>MIU404. <i>It's a good track</i>.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: right;"><span style="background-color: white; color: #3b3b3b; font-family: mistral; font-size: 38px;">z. d. imama</span></div><p></p>z. imamahttp://www.blogger.com/profile/16300911470774364068noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-5262709017274263039.post-55334350031820596772020-08-12T21:22:00.010+09:002020-08-20T20:39:54.347+09:00All I know is that my love for you is real, Travis "We're 42,8% Kaito" Japan.<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="1259" data-original-width="2005" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_iVvAmcHoZjn5PUaGK3kzqMms3FHOAcjKKTXRardlJ7SLvhUH_Ens_UQ0tLimVfhEUkZJ8OQg51rFNI6E360jpInty7RtVoiSGtTAS89f3-8b7ioHSLn7JS0r5RGGD6q5PferYxGGJGA/s640/Travis+Japan.png" width="640" /></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><i>If you're not familiar with <a href="https://www.blogger.com/#"><b>Johnny&Associates</b></a>, then maybe this post is just not for you. But if you insist to read a truckload of intense feelings for people you've probably never heard of, and a bunch of song titles most of which will not be able to find in Spotify or other digital services, seeping through my fingers and spilling on this page, then go ahead</i>. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><i>So, this story begins with an awful pandemic.</i></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Berkat sepak terjang COVID-19 yang rasanya udah kayak serbuan alien yang sulit dilihat mata seperti kisah <b><a href="https://adecembergirl.blogspot.com/2018/06/childhood-books.html" target="_blank">Animorphs</a></b>, konser-konser yang biasanya dilakukan '<i>manual</i>' jadi banyak berubah haluan ke <i>live streaming</i>. Termasuk acara konser dari <i>talent-talent</i> dan grup dalam kantor agensi <i>Johnny&Associates</i>, yang juga merupakan tempat <b>Arashi </b>bernaung. Mengingat saya sudah pernah beberapa kali menyebut Arashi di sini, termasuk pada saat membeberkan sejumlah <a href="https://adecembergirl.blogspot.com/2018/02/male-japanese-artists.html" target="_blank">musisi dan artis yang diskografinya secara rutin saya simak</a>, mungkin sekarang arah tulisan ini mulai jelas.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h1 style="text-align: justify;"><i>Now, enter...</i> <b>TRAVIS JAPAN</b>.</h1><div style="text-align: justify;"><i><br /></i></div><div style="text-align: justify;"><i>I'll be quick in introduction. </i></div><div style="text-align: justify;"><i><br /></i></div><div style="text-align: justify;"><i>Travis Japan's main weapon is their </i><i>dancing </i><i>versatility. This is one group with practically 'the highest demand' for back-dancing their senior groups in concerts and live tours because when you have them, then you are guaranteed quality. </i><i>They are currently an undebuted group, albeit 8 years has passed since their formation (so if anyone ever say to me that becoming an idol in Japan is easier than in the neighboring country, I think I'll punch them in the face with my bare hands). The group now—and I'd like to think about this as a permanent thing instead of temporary—has seven members: <b>Miyachika Kaito, Nakamura Kaito, Shimekake Ryuya, Yoshizawa Shizuya, Kawashima Noel, Matsukura Kaito,</b> and <b>Matsuda Genta</b>. Note how three of them are named Kaito. THREE. Out of seven. So yeah, I guess that should explain my blog post title.</i></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><i>Anyway</i>, </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b><i>SUMMER PARADISE</i></b>, pekan konser tahunan yang menampilkan <i>talent-talent</i> J&A yang memang diadakan di masa liburan musim panas, untuk kali ini harus ikut berpindah medium ke <i>live streaming. </i><i>All thanks to the unrelenting COVID-19</i>. Konser akan ditayangkan <i>live </i>dari <i>venue </i>yang hanya diisi <i>performer </i>dan staf produksi seperlunya.<i> </i>Namun perubahan ini sekaligus berarti bahwa saya, manusia jelata penghuni negara dunia ketiga yang duitnya tidak seberapa, jadi bisa ikutan nonton dari layar laptop di kamar kosan karena tidak harus repot-repot mengejar nun jauh ke Jepang sana. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h3 style="text-align: justify;"><i>SUMMER PARADISE ROAD TO HALAL 2020, HERE I COME.</i></h3><br /><div style="text-align: center;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgkQUvTDVskXqevtJCWbt_bZzdufodiMJekTjO93jcp3n9US7NRkbugs4eDWO0fbBqbetYCpU3ZXtyBu5au6Vr23bDJULTOD83uVh81Do9f8qRwtQR0pd3V6ryMidQDStJeXsRPV1Q_JV0/s640/samapara1.png" /></div><div style="text-align: center;"><i><span style="font-size: small;">Tampilan layar menunggu dimulainya live stream.</span></i></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Tahun ini, masing-masing anggota Travis Japan mendapat kesempatan <i>solo performance </i>alih-alih grup, dijadwalkan mulai dari tanggal 1 Agustus hingga 10 Agustus 2020 lalu. Jujur saja sebagai penggemar, saya agak cemas-cemas gugup. <i><b>Travis Japan gains confidence the most when they're flocking together and some are rather shy by themselves</b></i>. <i>Will this be OK?</i> <i>Like, really?</i> Namun di sisi lain, peluang ini mungkin bisa 'memaksa' mereka untuk jadi lebih pede dan mandiri. Sekaligus cek ombak kalangan pendukung dan penggemar: kalau dipencar model gini masing-masing <i>member</i> sanggup bawa duit berapa? J&A memang paling jago kalau udah perkara mengeruk uang dengan dalih cinta.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><i>That being said, I ended up letting them take my money</i>.</div><div style="text-align: justify;"><i>No regrets here.</i></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Konser <i>SUMMER PARADISE</i> Travis Japan dibuka dengan penampilan <b>Kawashima Noel</b>, member tertua sekaligus satu-satunya orang yang paling tidak saya khawatirkan. Noel ini... serba bisa. Pinter, baik hati, jago nyanyi, bisa akrobatik, loyal, dermawan, nggak gampang marah, bisa diajak bercandaan bego-begoan, dan sejauh ini kelihatannya sih tidak menilai orang dari sekadar penampilan luar. Salah satu kandidat kuat <i>Asia's Next Top</i> Kesempurnaan, lah. Performa Noel sang <i>top batter</i> alias pemecah telor banyak menuai pujian penonton di media sosial. Ekspektasi langsung tinggi untuk sisa jadwal <i>SUMMER PARADISE</i> tahun ini.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiABjB9kD_Fpq8W0GrcJzkCvSvCgIargwk9luMm-BjPFRlhDPP21607BH7CN6-TIiN_rO988sPN3G2LPF1JBJtbU97O1W40wPfYFQss33qScQqVAIRoXY5wlO6TTO8t8ouFdBAGPKHwyps/s1366/machu2.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiABjB9kD_Fpq8W0GrcJzkCvSvCgIargwk9luMm-BjPFRlhDPP21607BH7CN6-TIiN_rO988sPN3G2LPF1JBJtbU97O1W40wPfYFQss33qScQqVAIRoXY5wlO6TTO8t8ouFdBAGPKHwyps/s640/machu2.png" width="640" /></a></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiY34E1rW2zl3vC0yebeaEOERatz1K8Ji_KtoaLboR5Kghe9usXHAZY9MuTb5aZzGMosGQ2Lqg7jwlu6CJz1JyvSO_7wtrGmjmy-_1sPAjIxYC7LJzHaH7jChqHxX6RueoeyvdKzOsBK0o/s640/noel.png" width="640" /></div><div><div style="text-align: center;"><span style="font-size: small;">Kawashima Noel, yang hampir selalu kejatah giliran pertama untuk banyak hal.</span></div><br /><div style="text-align: justify;">Saya mulai mules karena hari berikutnya, <b>Nakamura Kaito</b>, tampil sendirian. Ketika anggota Travis Japan lain ditemani sejumlah adik-adik sesama<i> Johnny's Junior</i>—semacam istilah untuk '<i>trainee'</i>, atau <i>talent </i>yang belum debut—sebagai <i>backdancer</i>, Nakamura Kaito diumumkan akan benar-benar tampil sendokiran. Pikiran saya sudah cemas nggak karuan. Apa ntar nggak bakal kelihatan kosong dan sepi banget nih panggung? Kaito, kamu bukan mau <i>stand-up comedy</i>. Kamu mau konser. Seriusan nggak mau ngajakin... yah, siapa kek...? Buat dijadiin penggembira?</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="text-align: justify;">Eh, ternyata dia nongol-nongol kayak gini:</span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiw_a4fin0xCUEB9mLkfCIiENtLBYAJZWu67rNuUYFaod8-op7ksSH9yDPT8O2phEs2hanMA6UPi3qYcCkxtp8xT8eGdzCyiAN9oqWsy8HISVYp812tBnwc4u71SEKx2fsRUWQY2IL3KlA/s640/samapara9.png" width="640" /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjOIM1plxNiebgShu-r5K1NvxBUOz64TLHsB4nFLg9hAdL0XfB8rV5__6xxkFIc1oBRtflwgVWtVMxAac9OLQzdz135ad7aFQMtHj__6h1Ri7_8gUG6cokv0xcGgopGnPQUUrs_mnt0RS8/s640/samapara10.png" width="640" /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Pusing seketika.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjiQEyHuztWjZ3dZYVzqkfBHTuZjsh60v6m6170BjTT2reJTm6tHM1sFYP92qrJeRa3gbBQUB9gFRLw3myeM1WtZQMijS0kfHlDZ-fI3qRFYVIPM6Dlec_uhm0JZjbJ0IysbVQyF5EaxYs/s640/samapara8.png" width="640" /></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Kaito muncul di <i>backstage </i>yang diatur menyerupai kamar dan sorotan kamera tanpa henti mengikuti dia bergerak naik ke panggung. Mantap, Bang. Jagoooooooo. <b>Ide menggunakan kamera jarak dekat benar-benar brilian, sih</b>. Panggung nggak kelihatan kosong karena satu layar <i>literally </i>penuh terisi dia semua. Pun jadi terasa... uh, intens. Jantung sudah anjlok sampai ke dengkul bahkan sejak tiga menit pertama.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><i>But nothing, I mean, NO-FUCKING-THING, prepared me for THIS:</i></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj-Fri4beViHjwMIfTLMXuwOLsxsRFlzfSYcLYUhCr1ZFAsAcOJsPT5hdI4v9zk8izLiaH5FOYXhTp_c1VgEW83NDitMN3NlTtbSfnpdTCaeaRLAICeYdlyT8fi88H1qePfc8pquyoRY4E/s640/samapara10.png" width="640" /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><i>NAKAMURA KAITO YOU THIRST TRAP.</i></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">ASTAGHFIRULLAH... MAS, KAMU HARUSNYA NARUH RATING "<i>R</i>" ATAU MINIMAL "<i>PARENTAL ADVISORY</i>" BUAT KONSER INI... <i>ISN'T THIS WHAT THEY CALL AS EXPLICIT CONTENT??? </i>Mentang-mentang orang Jepang kemampuan rata-rata bahasa Inggrisnya B aja terus kamu kayak gini? Di pertunjukan yang kemungkinan besar juga ditonton anak-anak di bawah umur? Tunggu dulu, Bos—kamu ngerti nggak sih apa yang kamu nyanyiin? Ngerti, kan? Ini tuh SENGAJA, ya?</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">*Menenggak segalon air untuk mendinginkan suhu tubuh yang mendadak panas.*</div><div style="text-align: justify;">*Menarik napas dalam-dalam.*</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><i>Well. In hindsight, this is the very same guy who picked Johnny's WEST's "<b>YSSB</b>"—out of all songs he could pick</i><i>—</i><i>for his own production corner in Travis Japan's concert last year</i>. Masuk akal sih kalau tahun ini Kaito memutuskan untuk mengakselerasi level kehausan yang diakomodasi dalam pertunjukannya. Barangkali label 'seksi' untuk <i>member </i>Travis Japan secara resmi disematkan ke Matsuda Genta, tapi udahlah mari kita semua sepakat mengakui bahwa penyumbang faktor dahaga terbesar memang terletak di Nakamura Kaito. <i>(Please don't make me say anything about that moment when the camera closed in on his crotch grinding and my brain short-circuited pathetically.)</i></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><i>On a more sane and sober topic, <b>I do think Nakamura Kaito did things excellently well despite performing alone</b></i>. <i>And oh gosh,<b> I love how he put attention to the lighting as they help set the mood</b>. So, so many beautiful moments I ended up doing screenshoot frenzy</i>. Dominasi <i>shot-shot</i> jarak dekat berhasil menimbulkan intimasi khusus sekaligus membantu mengaburkan fakta bahwa tidak ada orang lain yang berada di atas panggung selain dia. Saat pada akhirnya muncul <i>long shot</i>, efeknya jadi lebih <i>impactful </i>dan nggak terasa melompong karena ada nuansa tersendiri yang ditampilkan. Misalnya begini:</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjf8ejzaIqXM-oN7D30tqs9vCKlWprAX_L4REfPTi5SpAta2FEpLt3MX1c1kc117vKUOk9Y6uH4_HDQyZKhD_V5mDkv_O1NU94LHlq6ONimdmks4FeWMAb3syYGWWKnzglEEkBlT4z-5ss/s640/samapara3.png" width="640" /></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgX-yJjjbnPRAchlP9keBMG4zafsD5fRyf-ntdoWcaKO7iwNcaJPqLdDsf3xKXKEqoZNGD3kpTZTKyMPI5kheF148QkX-sV06EPdFs2KGK1VLnlyYx7ESAyI2b2yvxLpHhjnHpqFh0LmjU/s1366/samapara10.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgX-yJjjbnPRAchlP9keBMG4zafsD5fRyf-ntdoWcaKO7iwNcaJPqLdDsf3xKXKEqoZNGD3kpTZTKyMPI5kheF148QkX-sV06EPdFs2KGK1VLnlyYx7ESAyI2b2yvxLpHhjnHpqFh0LmjU/s640/samapara10.png" width="640" /></a></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><i>This man has <b>Aesthetic </b>with a capital A, bold letters and he knows it too well</i>.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhrtsEg1Ynv7ELiyuFgLsb7hjhQ5dNuST9Kj8C4JxnvlPjljPqLCCT4N1OhYWDqbJcbWhJSn5B7Tbd5AHIKTv-TtrRN3zRiHoNaiCk9fqU_TqnI_k-aNzrMeyid1weZ85ciYUWAqTCAgOc/s640/samapara6.png" width="640" /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><i>AND DID I SAY "THIRST TRAP" BEFORE??? </i></div><div style="text-align: justify;"><i>I DID YEAH???</i></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEihlyGmOg7UBda7b9Rusv5EDPrcNCsz5Wo_7sM4dN3M-UuFxuzDmMxiayh7oB-UDbmegTo7SH18asRkv6Y522vgu_3ML2_hEDxmb_Ge9mRjelBUDwdY-ktWX9Odbbas594HUUYLAcwg1dQ/s640/samapara12.png" width="640" /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgbEUXHtddPMrWszlRk8_3Gs6bW0rFsZCJPyOA4KtTLsc7UdOdAJwidMq1F95fIB6sV4wWz0oxQUv-P4sKngvQmBxRZKFm08pMBfTEbrVI3hBTjZZZRqD7uaakZiIxxH6O3SLZBKvOyhcs/s640/samapara13.png" width="640" /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sepertinya habis ngonser perlu solat tobat.</div><div style="text-align: justify;"><i><br /></i></div><div style="text-align: justify;"><i>But at the end of the day bitches be like crying and bawling in front of a laptop screen over Nakamura Kaito's weird-ass hand-drawn short story telling you about Travis Japan's longtime blood-sweat-and-tears journey on a huge background screen. I am bitches</i>.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjy-PVHiNFhQJWh3ykHKJ9LF4h00BofxBidAZAxPviw5IrgCrw_oH2OfBCFXGUKJIBPK9j_BtSo9DrT3A7nn5Ktj_7VheJ_E7_akcvw6FoF-EFvHK003CLqNQ4MhAV9of_GraBgD-G64ow/s640/samapara11.png" width="640" /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Begitu <i>live streaming </i>konser Nakamura Kaito selesai, rasanya kayak mau pingsan aja. Emosi <strike>dan libido</strike> terlalu banyak dipermainkan. Capek. Padahal cuma mantengin laptop. Nggak masuk akal, emang. Tapi nyata. Bahkan saya menumpahkan perasaan di tulisan ini sesudah ketujuh <i>member </i>Travis Japan selesai manggung<i>—</i>yang mana artinya sudah beberapa hari berlalu sejak penampilan Nakamura Kaito<i>, </i>namun gejolak emosional itu kembali menghempas. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sujud syukur alhamdulillah ya Rabb, yang tampil setelah Nakamura Kaito tidak lain dan tidak bukan adalah: <b>Matsuda Genta</b>. Anggota termuda sekaligus yang paling... selow. Terima kasih, Genta, telah mengembalikan kewarasan dan kestabilan psikologis karena konsermu yang <i>mood</i>-nya bener-bener mengundang penonton untuk lesehan dan leyeh-leyeh bersama. Betapa Genta masa bodoh dengan imej Travis Japan yang <i>dance-heavy</i> dan justru memutuskan tidak pakai koreografi kompleks di sebagian besar durasi dan memperbanyak goyang-goyang hore ala kadarnya terasa menghibur dan menggelikan. Seolah-olah ini merupakan kesempatan emasnya untuk... 'cuti'.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><i>Setlist </i>Genta yang pada dasarnya cuma terdiri dari lagu-lagu Shonentai, KinKi Kids, Arashi, dan Hey! Say! JUMP juga bikin senyum-senyum cekikikan. Ada sekian banyak grup dan artis senior di J&A dan dia hanya melibatkan empat nama. <i>It's as if he went, "Nah screw it, I'll only perform songs of my most favorite people and what I like to sing in my bathroom at home" and that's that</i>. Khas Genta banget. <i>It doesn't feel as dramatic or emotionally-draining as Nakamura Kaito's show, but <b>Genta's solo concert is a peaceful night after a violent storm and I appreciate it VERY MUCH</b></i>. <i>Genta's warm vocal really offers soothing sensation.</i></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhH8F1GlLZBrjtzo8ifWpfmvPSRPbZwMvjR6QNg2zmnY8e5ppKhhqtkWMRxHvMy9zv4vzvUpEevCSQUmEnDksa1gcsmVdKLJsGjOgFOe-DGhYs__6eghGB0GeFHN7vaR8T68ECjGCVCiUU/s640/genta1.png" width="640" /></div><div style="text-align: center;"><i><span style="font-size: small;">One of my favorite scenes.</span></i></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><i>The camera work, though... it's rather unflattering</i>. Ada banyak momen di mana mestinya gambar yang ditampilkan bisa lebih atraktif dengan cara berbeda, atau dari sudut berlainan. Bulan purnama di gambar sebelumnya juga nggak tampak bulat sempurna kan? Semacam membatin, "Coba kameranya digeser dikitttttttttt lagiiiii... plis plis PUHLEASE". And <i>during "<b>PINK</b>" (originally performed by Hey! Say! JUMP's Yaotome Hikaru) the camera moves around a little too much it's rather hard to watch, and at times it doesn't show the right angle</i>. Sepanjang lagu dibawakan, <i>shot </i>yang nendang pas dilihat rasanya hanya di <i>chorus </i>terakhir. Rada kocak lihat huruf PINK segitu gede tapi <i>background</i>-nya pakai warna biru, <i>member color</i> Genta.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUcihVd59pgNjZ-eu7D7hsm_OxvtMn0-w9yIn9hZr7CtvxXWv7ZuCtoLUCtFzbkQZ265YgFGtR0mTSHtFG21XDOmS4-t8BKWV5__mW5mAowqKzeJbI1QfqCW0yxfgpzpJdeAEsyjKZfPs/s640/genta3.png" width="640" /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Mendekati penghujung pertunjukan, Genta muncul dalam kostum yang menurut pandangan mata saya, mirip baju santri mau berangkat ke langgar, ikut ngaji. Mana dia lepas sepatu dan memilih <i>nyeker</i>, pula. Saya harus menahan diri supaya nggak buru-buru <i>login</i> situs <i>Archive of Our Own</i> dan berakhir bikin fanfic Genta jadi mualaf.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhnGqGTx3cMHyAkzOqAe2GfHe7Pi2LKpBcbB5GyP40aw-pU2BEsbmLdRqNXcnPA-j0edHldFe3nDtUEx5ZgH3fs6ZWKFlzCJ9PKS8EP5wiqPhP6G8bVq2KXon4Flv0JVBIrhK9tSL-_dbY/s640/genta2.png" width="640" /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi3MpzMvBcydDbwGvyGozh1Ko6D8N_mVNQSqm3jBXT-Plc7IJ-2SjgPloFDhWWKHzjOBlbJzwUsZe_RAqUVuYsJEmh-KOniW5c4HO9ejaCqcxmO-cIaTdxpQiYGJuCA-VPsQXt_ktbI-T4/s1366/genta2.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi3MpzMvBcydDbwGvyGozh1Ko6D8N_mVNQSqm3jBXT-Plc7IJ-2SjgPloFDhWWKHzjOBlbJzwUsZe_RAqUVuYsJEmh-KOniW5c4HO9ejaCqcxmO-cIaTdxpQiYGJuCA-VPsQXt_ktbI-T4/s640/genta2.png" width="640" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-size: small;">Belajar mengaji bersama Matsuda Genta.</span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><i>So, Genta's turn is wrapped up</i>. </div><div style="text-align: justify;">Giliran berikutnya adalah <i>the Pretty Boy of the Group</i>, <b>Shimekake Ryuya</b>. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Saya sampai sekarang kadang-kadang masih suka lupa kalau Travis Japan isinya cowok-cowok semua, saking Shime punya pembawaan relatif kalem dan nggak terlalu banyak heboh ngomong, lengkap dengan penampilan yang lumayan... um, <i>effortlessly androgynous</i>. Imej 'manis', 'menggemaskan', dan 'imut' sangat melekat erat dengan Shime, yang padahal kalau ditatap cukup dekat, jakunnya kelihatan jelas banget (tolong jangan bertanya kenapa mata saya jelalatan mantengin jakun orang; <i>each to their own personal kink</i>).<i> </i>Konser tunggal Shime juga dibuka dengan (adegan) yang manis-manis. Anggaplah buka puasa bagi para penggemar.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjd78ft3LVNjcHk2TA_ELF3MuaVVorRC-IXhAXWTsNjXzzaCIa3pPystUcxZnuDJ8z5YHnm5hPaMb-U_ioPO0DGvcPBMm-eH7L8qN1eIHQaka_UaQsqoAiM_iTMddvTQV2llBYVGrWmEjA/s640/shime1.png" width="640" /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Namun terus terang, dibandingkan <i>Cute Shimekake</i><span face="" style="font-family: calibri, sans-serif; font-size: 11pt;">™</span>, saya lebih nggak kuat kalau ketemu <i>Serious Shimekake</i><span face="" style="font-family: calibri, sans-serif; font-size: 11pt;">™</span>, yang mana pada pokoknya hanya Shime pasang wajah serius dan aura galak, sangar, nan jutek. Widih auto panas-dingin. Meriang dalam sekejap mata. Dibandingkan berhadapan dengan Shimekake Ryuya sewaktu sedang kalem-kalem cantik:</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgbfmkvPd86Oy0c5lxPZbQSv3D4Kgbrx0vobq1GOMFTNt9IpDflIhoN4L5qywIkVxoeb6c1GniLjGw77AIqLwiVQb_FKpwYQPeTi22LQL1xAZkL5fw3CrlBPMLuAAuqCydM6msNrnq-rdI/s640/shime1.png" width="640" /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Lebih memilih Shimekake Ryuya yang sedingin <i>freezer </i>kulkas:</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-qJqCnC-j75iY7Np4TdETG3Nj8GuDwX7T5wpELFqaA3uWeHcHWy8x4Y8sF_XFsx_ukH2BsTNv7agaWNG8wFggC_PDn2ZmAyANGGiJDvdVXj5qHaLPes8rXSs_nRY6RZzyMrcrfMA0g5Q/s1366/shime5.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-qJqCnC-j75iY7Np4TdETG3Nj8GuDwX7T5wpELFqaA3uWeHcHWy8x4Y8sF_XFsx_ukH2BsTNv7agaWNG8wFggC_PDn2ZmAyANGGiJDvdVXj5qHaLPes8rXSs_nRY6RZzyMrcrfMA0g5Q/s640/shime5.png" width="640" /></a></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhB4CvEeBbjOT13IQZPYOuD6B8ZzndTuo41X3i09kO51aoPtkt2ItQPiH-0RnRVLnPogPwwbKq_8XScd1cwMDY50aA_J86Vn4ThQDhvldHr_M4HFdcbXd1MiHBPVTUB99Tz_L2PAkRwM8A/s640/shime0.jpg" width="640" /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Benar, mas Ryuya. Barangkali saya terlanjur kehilangan kewarasan. <i>Sanity 404 not found</i>, gitu deh. Tapi coba saya tanya deh: ini semua GARA-GARA SIAPA? Hmmm? Nggak sadar diri? Sama sekali? Harus banget dijelasin satu-satu?</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><i>For real, though. Shime looks damn good in that deep red shirt. </i></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><i><br /></i></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjNbXAIPKsDeftp0QlM7aRgRgmVnb22VU6Vl_fXiGL7bkVPfUHnnI3cpgNj91PkjQXq12rOgc9utZrVuyJyfuSqfDAjltqaDnd7WBfertQICNBdeDdeLjkQ690X11ST1az8bNeJ830KQRI/s640/shime3.png" width="640" /></div><i><br /></i></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><i>Especially when surrounded with scattered feathers.</i></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjCbp5lGt4xpRc3BcyQNL07WPGiNfhz0BWK6qlqoiUTvxGaHJmrSUflZDBVUrWYwTeZPK3Zhvf0ICvqJx0f0gMEvX1OI2MxVKSzyBX9DLJUPYP8e3G3USZo2IOnYIVahsQPdEhvcIKcICE/s640/shime2.png" width="640" /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><i>*Me glancing nervously at the clock.*</i></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><i>*Clock showing 2:29 AM and I'm still here writing a long-as-fuck blog post about fangirling.*</i></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><i>Yep. <b>It's too late can't stop myself</b>. Tooooootally relatable.<br /></i><div class="separator" style="clear: both;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Melalui tulisan ini saya hendak menghaturkan terima kasih kepada mas Shimekake Ryuya, sebab berkat keputusannya memasukkan lagu NEWS ke dalam <i>setlist solo show</i>, akhirnya saya bisa kembali mendengarkan diskografi grup tersebut tanpa dirundung perasaan pait sepet bagai brotowali. <i>"<b>BLACKHOLE</b>" is a banger and somehow it suits him</i>. Sekarang tiap bersenandung "<i>Like a blackhooooole~</i>" refleks sambil <i>chest rolls</i>.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><i><br /></i></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><i>*P.S.: that leg moves in the choreography is BOMB. Love, love, LOVE that moves</i>.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Kejutan lain dari Shime adalah, dia ternyata punya satu lagu yang koreografinya dibuat bareng-bareng <b>Yoshizawa Shizuya</b>, yang mendapat giliran tampil persis keesokan harinya. Ibarat novel Twilight lah, ada yang diceritakan dari perspektif Bella Swan, lalu ada juga yang berdasarkan sudut pandang Edward Cullen. Lagu ini kebetulan konsepnya mirip-mirip itu. Shime dan Shizuya sepertinya secara sadar dan aktif berniat mengabadikan kapal mereka berdua, deh. Ya gapapa kok. Boleh. Tetaplah berlayar, kapalku tersayang. Aku percaya walau badai menghadang, kapal ini tidak akan karam.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgjvUwYwayhdEyw2INMMJNHIN1JYWuO9lsFOBwKEwlgebnrO6x-jIDPvLRgRPQAou6MOdUwE8BxllYgw__gVNG0V1Fzhi5LlnN10iNZmAvSJkYwJ92jV28Gi1MiEIjEbQvVKyWBJX60dd0/s640/shime6.png" width="640" /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhGvp7Cmq6YorCXuINquDteOWatXR1bWQj_Wg2QGhklwH4YT8aLuPQCb9WkO6U4w0YArQLDpN9EuJdRP9PDyTmOylsQOwEK7mBSllg-ZSOCxISrfGBvQ0gAPsN1taINkzhzsOzlk7JV3tk/s640/shizu6.png" width="640" /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-size: small;">KURANG EMO APA COBA? INI APA SIH? CINTA YANG TAK BISA BERSATU?</span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Jadi setelah diyakinkan oleh penampilan Noel, dibikin jungkir-balik <i>all thanks to </i>Nakamura Kaito, didamaikan kembali oleh Genta, dan terpesona sama Shime, berikutnya saya dibuat terkaget-kaget menyaksikan konser tunggal Yoshizawa Shizuya. PARAAHHH NGGAK ADA OBAT. Keren. Mentok. <i>HOLY SHITTTTTT, MAAAAN</i>. Duh, gimana ya ngomongnya?? </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><i><br /></i></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><i>How to explain this intense feelings of "being blown away"???</i></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Rapi maksimalll. <i>Super duper well-done. </i><i>Well-balanced. Well-put. Well-thought</i>. <i><b>Everything feels... right.</b></i> <i>SHIZUYA YOU ARE THE MVP</i>. <i><b>MAN OF TASTE.</b> MAN WITH RIGHTS. </i>Udah sana ambil sepedanya, ambil semuanya, ambil sepabrik-pabriknya. <i>You deserve it. You deserve everything</i>. Semuanya berada di tempat yang tepat, muncul di waktu yang tepat, dengan porsi yang tepat. Transisi antar lagu muluuuuuusssss nggak ada cela. Bahkan sorotan kamera kali ini rasanya memuaskan. Mengakomodasi <i>highlight </i>pertunjukan. <i><b>This, my friends, is pure talent right here</b></i>. <i>Expect no less from a man who chose Kis-My-Ft2's "<b>Break The Chains</b>" for his own corner in last year's Travis Japan concert</i>. <i>He delivers. He always does</i>. <i>And he always will</i>.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj-s991oecfkdp3XsVPBIFVxprGQ0eJgeqzh1dE8snrzw4kMWi2z0yUXNRm6vgVx2sl_PfGVl3z25mLJV2uI-bfLzTl6XDyOyqZNAs8mSOBGu9rVQ_BlyQBJuoHWn5o35QE80j82ypEtus/s640/shizu1.png" width="640" /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhj20OU6FG-ufVWCc3xz_dnt9tCc2XpPhh3AGouYslTDxp9VzdCRmYUE4c5YfscLCPld6BF8EpViDNyBgjNOSFx_-8yROo9MR-3KhPmJHVy-vI3X6akfUanjWoVSxRtmNQ8Hgnkq5uaaBQ/s640/shizu10.png" width="640" /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><i><span style="font-size: small;">NO SHIZU YOU ARE A VERY BEST BOI. TRUST ME.</span></i></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><i>Shizu is also in the mood for a summer holiday.</i></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><i>He invites everyone over because he's simply that guy.</i></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1Dz4WubLCVbQoe1Mkm-ij2ny_k5ZgzbCkyORk8j5zlnTuoMOTwrWoI5XV9IUkcN_L-NgrpyP0KvP7Dlj72XwDwQs3gbAvgH238U6tUbE0vEA5mhbuQegxuZwVyxNFkeO1MAAS_rkduM0/s640/shizu7.png" width="640" /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Vokal Shizuya stabil banget sepanjang konser. <i>Like, WHOA.</i> Jujur deh, selama ini saya merasa teknik vokal Shizuya relatif ada di tengah-tengah dan cenderung tidak muluk-muluk, sehingga lumayan kaget saat nyanyi sendirian sepanjang konser yang bisa dibilang hampir <i>fully choreographed</i> ternyata berhasil nggak kedodoran. Habis joget jingkrak-jingkrakan seketika disambung nyanyi pakai <i>standing microphone</i> juga lancar jaya. <i><b>And the setlist pick is pure gold</b></i>. <i>Ohno Satoshi's "<b><a href="https://open.spotify.com/track/3ttbsrif3tkKifx7UCQmok?si=xrHzsUw6Tmeakf097CYOdg" target="_blank">Bad boy</a></b>"? Arashi's "<b><a href="https://open.spotify.com/track/2Q8i4csEmm5TYIepeYrlPR?si=gItyQRF4QeG69nKS_K_BlA" target="_blank">Fukkatsu LOVE</a></b>" and "<b><a href="https://open.spotify.com/track/0VEZ8rLg4IszUcQJNQrjRQ?si=NcmHsRUFTOOVAd3O0HAecA" target="_blank">Summer Splash!</a></b>"? Hey! Say! BEST's "<b>Speed It Up</b>" and finished it off with Hey! Say! JUMP's "<b>Asu e no YELL</b>" before performing "<b>Together Now</b>" with the rests of Travis Japan members?</i></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><i><br /></i></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><i>This is what they call Taste.</i></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><i>AND THESE LIGHTING SPECTACLES...</i></div><h3 style="clear: both; text-align: justify;"><i>I SWEAR TO ALL GODS PEOPLE BELIEVE IN, SHIZU YOU ARE THE MVP (Part Two).</i></h3><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi6ZjabBofEOQJZcVxjVeGsvsUBwy2BbqEnWLsa43PKgvvKu4wRFGGP0IFAGlOLYrnwJXIJMVCUixIZxczDIIcdjfW_5KvPEeVIzrhxJAx5hduwEMPoLwJWfv_gV7mCKKNGCHPzBwurjvQ/s640/shizu8.png" width="640" /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><i><span style="font-size: small;">Distracting thoughts: oh shit those legs... those thighs in blue jeans are T H I C C <3</span></i></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLjqvMvG9sO08J5_q4yvYTaJcyq0KpwyAxELR1PRMrCIv6UO4qU_fusuu5N19wAG80jhttlNQHXTNQ96LuFqNOxdRuGA8-cGXHx_qSRcm3EmSmu_WOZfYv208-Ij0UBsJuMSjHOh3ifZc/s640/shizu10.png" width="640" /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhBR78ijy86Zyy4R7FDJ5HsKCVt7whXnA-bIcZW09ec2ywJx4R3lOh4ZVfj8nJBJAlKoFjAKZWBiW4EF14Qz4CGji2dvFvDhpHd2x4UkK4mId2ba2dIZc0uI3rIBncrXFmwlokYn51sIzE/s1366/shizu3.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhBR78ijy86Zyy4R7FDJ5HsKCVt7whXnA-bIcZW09ec2ywJx4R3lOh4ZVfj8nJBJAlKoFjAKZWBiW4EF14Qz4CGji2dvFvDhpHd2x4UkK4mId2ba2dIZc0uI3rIBncrXFmwlokYn51sIzE/s640/shizu3.png" width="640" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><i><br /></i></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><i>Five members done for now.</i></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><i>Two more to go.</i></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><b>Matsukura Kaito</b> menggeber salah satu lagu Kanjani8 kesayangan saya, "<i><b>LIFE ~Me no mae no mukou e~</b></i>" untuk membuka penampilannya hampir membuat saya menangis. Lagu ini punya banyak kenangan. Kalau boleh bikin pengakuan, saya sampai sekarang belum berani mendengarkan versi aslinya lagi sejak Shibutani Subaru dan Nishikido Ryo hengkang. Nggak kuat. <i>But you've given it another meaning, Matsukura.</i> Mungkin saya akan coba setel lagunya lagi nanti. <i>This time, maybe I'll remember you singing it instead of the pain of being left behind</i>.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgCMzA1gOI9eWKO82v02wctYBwOU9jhyj0rKDCOpFHLW2Wsz_etoi60nHbM9NolSpmoJoLk_lYbu8pMjEwYeXsdslwUNzEm8UkOJpUSXOmW7Bo2CBFg8dd0xwW-FKU3sSEBpl6QAy2WNj4/s640/machu3.png" width="640" /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-size: small;"><i>Ending song</i> YouTube Travis Japan ikut dinyanyiin versi lengkapnya. </span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-size: small;"><br /></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj9XB1NggXUkgPwqaDCkWGaflFrNshKnnsOyr5y6Kscnnio2v65WBIscdyPRCg_BAH_kMKuqpZRyFe5Bvp6I59MIoEqiRUaqupbqQA8SvSXdwlnUCc7_8d4IlNGsxTGD0Zvb0bmCRILRuc/s640/machu4.png" width="640" /></div><span style="font-size: small;"><br /></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><i>His rendition of Domoto Tsuyoshi's "<b>Panic Disorder</b>" is SO, SO FRIGGIN' GOOD</i>. <i>His vocal has this... edge, very fitting for a rock ballad. Or just a rock songs in general.</i></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Tapi menyangka seorang Matsukura Kaito akan tampil keren sepanjang durasi konser tunggalnya kayaknya merupakan sebuah kesalahan. Tahu-tahu dia <i>mak jegagig</i> balik nongol di atas panggung dalam keadaan sudah berganti sepatu <i>roller skate</i> dan berpenampakan mirip preman kampung yang mau meramaikan hajatan pesta tujuh belas Agustusan. Lengkap ditambah aksesoris hiasan bulu merah-putih di kepala. Katanya, musim panas itu identik dengan <i>roller skate</i>. <i>Random </i>abis.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJI8jPXqdry0p4PknJQaA6tNWq02tQVXYJB5OZAbnPj-KgT-zKWJZKIJuIM64u9xycvlqPtwW1qD4jW34U-vsiNGT5ctiB6etZAD9jkYsfSjmCBMTkUF4wAEc8qS1jqKrd-s36QnZ3t_4/s640/machu5.png" width="640" /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-size: small;">BAPAK-BAPAK, IBU-IBU, ANAK SIAPA INI TOLONG DIJEMPUT...</span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Lirik lagu "<i><b>Kis-My-Calling!</b></i>" milik Kis-My-Ft2 yang diubah menyesuaikan anggota Travis Japan benar-benar menggemaskan karena adik-adik Shounen Ninja yang didapuk sebagai <i>backdancer </i>pura-pura jadi Travis Japan bermodalkan <i>uchiwa </i>ditempel foto muka. Berhubung kekurangan orang, Kitagawa Takumi harus kerja keras memerankan <i>double </i>Kaito, alias Miyachika Kaito dan Nakamura Kaito secara bersamaan. Saya nggak kuat nahan ngakak mendengar Kawasaki Koki nyatut kata-kata Shime, "Ciuman yuk? Ah, nggak dulu deh," yang sebenarnya merupakan monolog Shimekake Ryuya dalam YouTube Travis Japan sewaktu <i>endorse lipbalm</i> Givenchy. Bagi yang penasaran lengkapnya gimana, silakan <a href="https://youtu.be/rL1ffQxmrHM" target="_blank">klik sebelah sini</a>.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjHsZLucr6doONdZOaKUYhxl-vw0i0eMCxKC1TZPI4eVdUGjsQIHKl1vasN5JkpAEaKzFcYSIGBy5HrsPmqDaktgUsjchTT0wXP3uVDxrp-EH-BlFipyKe3tavDQZyjBS4BrA7u3m9MvPU/s640/machu2.png" width="640" /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Kerasa banget bahwa Travis Japan memang sayang satu sama lain. Lagi pertunjukan tunggal aja masih keingetan dan nyeret-nyeret anggota sisanya. Mulai dari ada yang dateng nonton terus malah diseret naik panggung buat ngebantuin ganti baju, dateng nonton beramai-ramai dan berusaha menunggangi sesi MC dari bangku atas dengan teriakan-teriakan rusuh, telepon (terskenario) di tengah-tengah konser, hingga dibikinin bajakannya demi bisa diajak manggung bareng.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Kenapa sih grup yang saya sayang emo-emo semua gini, ya Rabb...</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Terakhir. Pertunjukannya <b>Miyachika Kaito</b>.</div><br /><h2 style="text-align: left;"><i>The leader of the tiger pack.</i></h2><div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Perut saya kerasa diremes-remes bahkan sejak pagi. Miyachika, yang kerap disapa 'Chaka' untuk mempermudah penggemar (dan orang lain) memanggil ketiga Kaito dalam satu grup, di mata saya adalah orang yang sering cengengesan haha-hehe dan ngebercandain kanan-kiri, tapi sebenarnya sangat serius, ekspresif, sekaligus sensitif. Sedikit banyak mengingatkan saya pada Ninomiya Kazunari, <i>member </i>Arashi. Dia tahu betul batasan mana yang tidak boleh dia langkahi. Dia mengerti orang seperti apa punya seberapa tingkat toleransi terhadap ledekan yang bagaimana.<i> He knows exactly what words to choose when speaking to whom.</i></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><i><br /></i></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><i>Miyachika also has the knack of expressing what he wants to convey on stage, through movements, small gestures, and facial expression. In a little bit more natural, personal way compared to the others. </i>Ya Allah. Tampaknya saya tidak akan pernah siap secara mental untuk menghadapi apa yang Miyachika hadirkan di <i>SUMMER PARADISE</i> 2020 ini.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><i>And ready I am not</i>.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Asli sampai gemeteran sebadan-badan.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><h3 style="clear: both; text-align: justify;"><i>But here it comes...</i></h3><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj1zO_HKon2T8Jg4wPHaT5uCyLDTdxX8szV1PatyTY8dqGevMRW8-c757E6PqN7UgP6UH0X8vcJ2M4zZaD0IN0fYdGKBrtAx3owlI9N-SCfEBU7TFfJKqcBCTGgaXiNcKIKCBhA0FRo8ao/s640/chaka1.png" width="640" /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgH3tqrmDgMvecAZoZvKvT2DDp8QlFSL9p05DoJpjnRLBv3pmlc-OjuYBFvVTfFt5dCC0EiduvV-zvojvuEws26MgP-jvzCKsgPyN3VDxq-APtN5YO2qFSdi8uRioTG-a84bmomfPWxGmU/s640/chaka2.png" width="640" /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both;"><i>Miyachika kicking off the show in a crimson red-themed stage saying "We are the rules" in all his regal glory gets me floored. </i>Melorot dari kursi ke lantai kamar tak berdaya. Kayak handuk basah. Lemesssssss.<i> </i>SEMBAH SUJUD PADUKA MIYACHIKA. <i><b>IF THIS AIN'T KING SHIT THEN I DON'T KNOW WHAT ELSE</b>. This is the King claiming his throne. And he'll take it. He'll grasp it with his worthy fingers</i>.</div><div class="separator" style="clear: both;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both;"><i>And he'll do it while looking glorious</i>.</div><div class="separator" style="clear: both;"><br /></div></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjV5Fhy8kZw_f5RszQJb9JFXmhlp1MWBpWffJ-3x1Mw1R5zoG85P0PGAi9bcjX7SRlCtnrqMpF4wenk8JTIbFaTXtQYRxoRfAQUvbX8ioY_PlXT7mVh61D4Z4YG-onuz6w6XUusam0E-_M/s640/chaka6.png" width="640" /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Namun yang menguras habis air mata saya justru ketika Miyachika menampilkan "<i><b><a href="https://open.spotify.com/track/5AQ5NNON7VmL8mCe0A4hMs?si=-TumNRFmSz-O6y7xMLs4nQ" target="_blank">Rolling days</a></b></i>", lagu solo Sakurai Sho favorit saya dari album Arashi tahun 2015 silam, <i><b><a href="https://open.spotify.com/album/0AyUbHQ008D2LOWHPIXZih?si=mwFsxRbHSWWnV82MeizuFg" target="_blank">Japonism</a></b></i>. Konsep 'tahanan kabur' dan koreografi teatrikal yang dibawakan amat sangat baguuuss nggak ngerti lagi nggak tahu harus ngomong apa lagi kecuali "ANJIR ANJIR ANJIR ANJIR ANJIIIIIIIIIRR" di hadapan layar. Keputusasaan sekaligus harapan yang dikisahkan lirik lagunya terasa semakin nendang. <i>I feel like being gutted. </i>Dada langsung sakit. Ampek. Nyeseeeeeekkk sejak sepuluh detik awal. </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Lalu tiba-tiba pas nyadar udah nangis bercucuran. </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhAYUIazbwI7hkHecAUwGuKTFx8chR_3N-7rEQD6jTObsNoO6h4UmZhaL4UwkqY7xBseigDnmdhjAGbVFxbgeQh6Z45pvrpSg8BTdyFofW3NokhhYmduSWA9CxNdK3hL7iBEsL_TZXBTfM/s1366/chaka7.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhAYUIazbwI7hkHecAUwGuKTFx8chR_3N-7rEQD6jTObsNoO6h4UmZhaL4UwkqY7xBseigDnmdhjAGbVFxbgeQh6Z45pvrpSg8BTdyFofW3NokhhYmduSWA9CxNdK3hL7iBEsL_TZXBTfM/s640/chaka7.png" width="640" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj7sp6VrRYHq4zqq36bANM7UsaMrrgV9rjHBbB0HrtaJhbZ_LYc3nwp_2f1OWFjz_gTQHGLTbF_6vgtF4ogbKqLD9aEpiCm2hNqqXz4kX0NkFYynbn4EyDfy6UvlPq3EpnWIqKkLU2sF9A/s640/chaka7.5.png" width="640" /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjKTrnp7oMpzW84yh0GX_Sgw4bxyQq4wCJG17jOZJ16k0OndcoZR1Ku2b8MGBvXUUMIEaYY__sAYLGqm-rS1wsfsZkKCWQUokeLm1pKdk8KPVQeZm1e_Y8Ztrn-Q_MxmGpq1-KA3sjfkys/s640/chaka8.5.png" width="640" /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhdPocbH0zjYyNlVCpnCOj7zCGJQNBDoT5exaSvOmU058X6Riqo4h_yuPPiFu3nV3iM2gebn1GxKI5-ScCscKpnHgsoimF8qRhRFQrI0MicIRRCBLyC9SjGm4wyme13itWF4BnwM0xxIFI/s640/chaka3.5.png" width="640" /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><i>His pained eyes that seem to scream desperation give me chills.</i></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><i><br /></i></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjja-gd5tNHp_03jO2T0WqJNfHzPfQ_1plBUynUyF9sY-LYKOsMBqTZkYqZqsRhgostUYYVVZZ22zeqVZzD97vu0_lACrvMnjYtPjzHJAlT09HuTgBN9yKcZRe1L2-dZyN50Qqx_pRfC1Q/s1366/chaka8.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjja-gd5tNHp_03jO2T0WqJNfHzPfQ_1plBUynUyF9sY-LYKOsMBqTZkYqZqsRhgostUYYVVZZ22zeqVZzD97vu0_lACrvMnjYtPjzHJAlT09HuTgBN9yKcZRe1L2-dZyN50Qqx_pRfC1Q/s640/chaka8.png" width="640" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><i>But the killing punch, the one that makes the last defense of my tear glands broke and everything spills down on my cheeks, is here: right when Miyachika opens both arms wide and sings, "</i>Owari nante kowakunai no sa<i>—I am not afraid of the end". It feels... oh dear Lord, <b>IT FEELS REAL</b>. </i></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><i>Miyachika said he is not afraid of the end and I think he means it.</i></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjEUZjNK4xxMTGCUOVcLHf2ka7zYaRK1z4XniqAFHCKGuqvR8SApsi7LvBzMCs5RnuLWzHGiXoXYZpiAeS1OlJQGfX0VNnB6xbhhUezgI-qNwHkGS6PFwcVxGEjtSx-wBbNh-GOJTxjSL4/s640/chaka8.0.png" width="640" /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Seakan-akan "<i><b>Rolling days</b></i>" adalah Miyachika memproklamasikan bahwa dia siap menghadapi semuanya, bahkan sekalipun itu sebuah 'akhir'. Selama bertahun-tahun lamanya Travis Japan terus ada dan diombang-ambingkan ketidakpastian, diterpa banyak hal, menelan kekecewaan sekaligus mengalami berbagai hal-hal menyenangkan. <i>The group has gone through so much, almost nothing feels like new surprise anymore</i>. Entah kenapa bagi saya ini seperti cara Miyachika menyampaikan bahwa dia hanya fokus akan menikmati hari-hari bersama Travis Japan tanpa terlalu ambil pusing tentang yang lain.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><i>He has nothing to lose.</i></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><i>He is not afraid of anything, not even the end.</i></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><i>So he's saying to come at him. Try him</i>.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Barangkali saya yang kelewat baperan. Mungkin saya cuma <i>overthinking</i>. Meneketehe. <i>But to me it sure feels that way</i>. Apalagi kemudian di <i>setlist </i>muncul lagu-lagu seperti "<i><b><a href="https://open.spotify.com/track/7oATndd8w7sEDnQmFJo0YB?si=rkJUvoCJRyKiVSkaqXmO7Q" target="_blank">To my homies</a></b></i>" milik Arashi disambung "<i><b>Macchigacchainai</b></i>" kepunyaan Johnny's WEST. <i><b>This stage is his story</b></i>. <i>And Miyachika doesn't think that he's mistaken</i>. <i>He believes that he didn't make a wrong choice</i>.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><i>And I think he's right</i>.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Usai "<i><b>Together Now</b></i>" dinyanyikan, rupanya berhubung kali ini adalah panggung penutup giliran Travis Japan di <i>SUMMER PARADISE 2020</i>, keenam anggota lain ikut muncul. Bertujuh ngobrol-ngobrol sebentar, mengucapkan selamat ke Shizuya yang ulang tahunnya bertepatan dengan konser solo Miyachika, dan terakhir: <u>foto bersama</u>. Buat dipajang di Instagram. #Penting</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><p></p></div><blockquote class="instagram-media" data-instgrm-captioned="" data-instgrm-permalink="https://www.instagram.com/p/CDv4xyAJa1w/?utm_source=ig_embed&utm_campaign=loading" data-instgrm-version="12" style="background: rgb(255, 255, 255); border-radius: 3px; border: 0px; box-shadow: rgba(0, 0, 0, 0.5) 0px 0px 1px 0px, rgba(0, 0, 0, 0.15) 0px 1px 10px 0px; margin: 1px; max-width: 540px; min-width: 326px; padding: 0px; width: 99.375%;"><div style="padding: 16px;"> <a href="https://www.instagram.com/p/CDv4xyAJa1w/?utm_source=ig_embed&utm_campaign=loading" style="background: rgb(255, 255, 255); line-height: 0; padding: 0px; text-align: center; text-decoration: none; width: 100%;" target="_blank"> <div style="align-items: center; display: flex; flex-direction: row;"> <div style="background-color: #f4f4f4; border-radius: 50%; flex-grow: 0; height: 40px; margin-right: 14px; width: 40px;"></div> <div style="display: flex; flex-direction: column; flex-grow: 1; justify-content: center;"> <div style="background-color: #f4f4f4; border-radius: 4px; flex-grow: 0; height: 14px; margin-bottom: 6px; width: 100px;"></div> <div style="background-color: #f4f4f4; border-radius: 4px; flex-grow: 0; height: 14px; width: 60px;"></div></div></div><div style="padding: 19% 0px;"></div> <div style="display: block; height: 50px; margin: 0px auto 12px; width: 50px;"><svg height="50px" version="1.1" viewbox="0 0 60 60" width="50px" xmlns:xlink="https://www.w3.org/1999/xlink" xmlns="https://www.w3.org/2000/svg"><g fill-rule="evenodd" fill="none" stroke-width="1" stroke="none"><g fill="#000000" transform="translate(-511.000000, -20.000000)"><g><path d="M556.869,30.41 C554.814,30.41 553.148,32.076 553.148,34.131 C553.148,36.186 554.814,37.852 556.869,37.852 C558.924,37.852 560.59,36.186 560.59,34.131 C560.59,32.076 558.924,30.41 556.869,30.41 M541,60.657 C535.114,60.657 530.342,55.887 530.342,50 C530.342,44.114 535.114,39.342 541,39.342 C546.887,39.342 551.658,44.114 551.658,50 C551.658,55.887 546.887,60.657 541,60.657 M541,33.886 C532.1,33.886 524.886,41.1 524.886,50 C524.886,58.899 532.1,66.113 541,66.113 C549.9,66.113 557.115,58.899 557.115,50 C557.115,41.1 549.9,33.886 541,33.886 M565.378,62.101 C565.244,65.022 564.756,66.606 564.346,67.663 C563.803,69.06 563.154,70.057 562.106,71.106 C561.058,72.155 560.06,72.803 558.662,73.347 C557.607,73.757 556.021,74.244 553.102,74.378 C549.944,74.521 548.997,74.552 541,74.552 C533.003,74.552 532.056,74.521 528.898,74.378 C525.979,74.244 524.393,73.757 523.338,73.347 C521.94,72.803 520.942,72.155 519.894,71.106 C518.846,70.057 518.197,69.06 517.654,67.663 C517.244,66.606 516.755,65.022 516.623,62.101 C516.479,58.943 516.448,57.996 516.448,50 C516.448,42.003 516.479,41.056 516.623,37.899 C516.755,34.978 517.244,33.391 517.654,32.338 C518.197,30.938 518.846,29.942 519.894,28.894 C520.942,27.846 521.94,27.196 523.338,26.654 C524.393,26.244 525.979,25.756 528.898,25.623 C532.057,25.479 533.004,25.448 541,25.448 C548.997,25.448 549.943,25.479 553.102,25.623 C556.021,25.756 557.607,26.244 558.662,26.654 C560.06,27.196 561.058,27.846 562.106,28.894 C563.154,29.942 563.803,30.938 564.346,32.338 C564.756,33.391 565.244,34.978 565.378,37.899 C565.522,41.056 565.552,42.003 565.552,50 C565.552,57.996 565.522,58.943 565.378,62.101 M570.82,37.631 C570.674,34.438 570.167,32.258 569.425,30.349 C568.659,28.377 567.633,26.702 565.965,25.035 C564.297,23.368 562.623,22.342 560.652,21.575 C558.743,20.834 556.562,20.326 553.369,20.18 C550.169,20.033 549.148,20 541,20 C532.853,20 531.831,20.033 528.631,20.18 C525.438,20.326 523.257,20.834 521.349,21.575 C519.376,22.342 517.703,23.368 516.035,25.035 C514.368,26.702 513.342,28.377 512.574,30.349 C511.834,32.258 511.326,34.438 511.181,37.631 C511.035,40.831 511,41.851 511,50 C511,58.147 511.035,59.17 511.181,62.369 C511.326,65.562 511.834,67.743 512.574,69.651 C513.342,71.625 514.368,73.296 516.035,74.965 C517.703,76.634 519.376,77.658 521.349,78.425 C523.257,79.167 525.438,79.673 528.631,79.82 C531.831,79.965 532.853,80.001 541,80.001 C549.148,80.001 550.169,79.965 553.369,79.82 C556.562,79.673 558.743,79.167 560.652,78.425 C562.623,77.658 564.297,76.634 565.965,74.965 C567.633,73.296 568.659,71.625 569.425,69.651 C570.167,67.743 570.674,65.562 570.82,62.369 C570.966,59.17 571,58.147 571,50 C571,41.851 570.966,40.831 570.82,37.631"></path></g></g></g></svg></div><div style="padding-top: 8px;"> <div style="color: #3897f0; font-family: arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-weight: 550; line-height: 18px;"> View this post on Instagram</div></div><div style="padding: 12.5% 0px;"></div> <div style="align-items: center; display: flex; flex-direction: row; margin-bottom: 14px;"><div> <div style="background-color: #f4f4f4; border-radius: 50%; height: 12.5px; transform: translateX(0px) translateY(7px); width: 12.5px;"></div> <div style="background-color: #f4f4f4; flex-grow: 0; height: 12.5px; margin-left: 2px; margin-right: 14px; transform: rotate(-45deg) translateX(3px) translateY(1px); width: 12.5px;"></div> <div style="background-color: #f4f4f4; border-radius: 50%; height: 12.5px; transform: translateX(9px) translateY(-18px); width: 12.5px;"></div></div><div style="margin-left: 8px;"> <div style="background-color: #f4f4f4; border-radius: 50%; flex-grow: 0; height: 20px; width: 20px;"></div> <div style="border-bottom: 2px solid transparent; border-left: 6px solid rgb(244, 244, 244); border-top: 2px solid transparent; height: 0px; transform: translateX(16px) translateY(-4px) rotate(30deg); width: 0px;"></div></div><div style="margin-left: auto;"> <div style="border-right: 8px solid transparent; border-top: 8px solid rgb(244, 244, 244); transform: translateY(16px); width: 0px;"></div> <div style="background-color: #f4f4f4; flex-grow: 0; height: 12px; transform: translateY(-4px); width: 16px;"></div> <div style="border-left: 8px solid transparent; border-top: 8px solid rgb(244, 244, 244); height: 0px; transform: translateY(-4px) translateX(8px); width: 0px;"></div></div></div></a> <p style="margin: 8px 0px 0px; padding: 0px 4px;"> <a href="https://www.instagram.com/p/CDv4xyAJa1w/?utm_source=ig_embed&utm_campaign=loading" style="color: black; font-family: arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-weight: normal; line-height: 17px; overflow-wrap: break-word; text-decoration: none;" target="_blank"> トラジャだよ全員集合! サマパラありがとうございました! TraJa boys all here! Thank you Summer Paradise! #虎担ヨシヨシ自担推し推し #松松夏休みかよ #SummerParadise2020 #jno #Johnnys #TravisJapan</a></p> <p style="color: #c9c8cd; font-family: arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 17px; margin-bottom: 0px; margin-top: 8px; overflow: hidden; padding: 8px 0px 7px; text-align: center; text-overflow: ellipsis; white-space: nowrap;">A post shared by <a href="https://www.instagram.com/travis_japan_official/?utm_source=ig_embed&utm_campaign=loading" style="color: #c9c8cd; font-family: arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-weight: normal; line-height: 17px;" target="_blank"> Travis Japan</a> (@travis_japan_official) on <time datetime="2020-08-11T12:00:05+00:00" style="font-family: arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 17px;">Aug 11, 2020 at 5:00am PDT</time></p></div></blockquote><br />*Menghela napas panjang.*<br />*Mengelap air mata yang beleber lagi.*<div><br /><div>Ya Allah... Saya sayang Travis Japan. Nggak ketolong lagi. Asli. <br /><script async="" src="//www.instagram.com/embed.js"></script><div><br /></div><div style="text-align: justify;">Rangkuman kesan <i>SUMMER PARADISE Travis Japan 2020</i> di benak saya kira-kira begini: <b>Yoshizawa Shizuya<i> the Mr. MVP</i>, Miyachika Kaito <i>is my emo King</i>, dan Nakamura Kaito paling banyak mengandung muatan maksiat.</b> Dah gitu aja nggak perlu kepanjangan. Seneng sih, karena rupanya kekhawatiran saya sebelum acara sedikit berlebihan. <i>These guys are alright</i>. <i>They are doing awesome</i>. And <i>now I am here having an enormous feelings hemorrhage</i>.</div></div></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Jadi, ngomong-ngomong nih, Bapak Presiden Takizawa Hideaki... </div><div style="text-align: justify;">Kapan Travis Japan didebutin?</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: right;"><span style="background-color: white; color: #3b3b3b; font-family: mistral; font-size: 38px;">z. d. imama</span></div>z. imamahttp://www.blogger.com/profile/16300911470774364068noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-5262709017274263039.post-5393219206842979902020-05-22T07:38:00.010+09:002020-05-22T19:06:05.998+09:00#NostalgiaInQuarantine: rewatching Kamen Rider Kuuga<br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJXJChXhU2d5aOdk0XoFuF9rqAP6PwyXN-jpOE2DaL5lkAkOwU0gO1ThKI-U9v3un_sy1AXxCVBatfFAAy7t2y80QH3l0yzkHJe8jqi7mZPPZeWdIwOMqejMt1FtTTUN-yFZBKQ6ICr2I/" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJXJChXhU2d5aOdk0XoFuF9rqAP6PwyXN-jpOE2DaL5lkAkOwU0gO1ThKI-U9v3un_sy1AXxCVBatfFAAy7t2y80QH3l0yzkHJe8jqi7mZPPZeWdIwOMqejMt1FtTTUN-yFZBKQ6ICr2I/w640-h360/kuuga4.png" width="640" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Usai berbulan-bulan meninggalkan blog ini mati suri, akhirnya saya menulis lagi. <i>It's baffling how the past few months feel like a different time. My yearly planner (which now has turned into a quarantine agenda) looks wild, especially in March. </i>Awal bulan Maret saya masih menandai banyak tanggal konser, pergi ke acara nonton DVD konser rame-rame, dan di akhir bulan yang sama sudah masuk masa karantina. Semua acara ditunda. Semua rencana dibatalkan. </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><i><br /></i></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><i>It feels surreal even now</i>.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><i>Last year seems so far away; a totally unrecognizable era.</i></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Syukurlah kantor saya mampu menerapkan sistem bekerja dari rumah, sehingga ada sedikit waktu yang biasanya saya gunakan untuk komuting yang bisa dialihkan ke hobi (yang seabrek-abrek ini). Saya pun memutuskan menggeledah koleksi video-video serial, <i>variety show</i>, dan film yang masih belum sempat saya tonton. Membaca tumpukan buku-buku yang menunggu disentuh dan antriannya makin panjang seiring hari. Menyibukkan diri di kosan. Lumayan untuk mengalihkan perhatian, konsentrasi, sekaligus energi, apalagi pemerintah Indonesia <i>embuh</i> banget dalam penanganan pandemi ini. Tiap buka berita bawaannya ingin jambak-jambak <strike>jembut</strike> rambut orang saking dongkolnya.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><i>Okay. So,</i></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><h1 style="clear: both; text-align: justify;"><i><font face="trebuchet">Kamen Rider Kuuga.</font></i></h1><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhyniz-haghGJGkbdaOhaFTLmhY-33wmF6iBuqJrWD6SrXGrPSTAMP00xLXPxXAjmZ6dqyaBpMu_wOWGxd1CXUMw7pL_1YRpOuSTusolH364UbiyxXayZP2csse-ibxaKkfq9UKFuQWNuw/" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhyniz-haghGJGkbdaOhaFTLmhY-33wmF6iBuqJrWD6SrXGrPSTAMP00xLXPxXAjmZ6dqyaBpMu_wOWGxd1CXUMw7pL_1YRpOuSTusolH364UbiyxXayZP2csse-ibxaKkfq9UKFuQWNuw/w640-h360/kuuga2.jpg" width="640" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Dulu semasa saya kanak-kanak―meski saya tidak ingat seberapa kanak-kanaknya diri ini―, serialnya sempat ditayangkan di stasiun televisi lokal. Terus terang, saya hampir sama sekali nggak punya memori yang tersisa tentang <i>storyline </i>dan <i>plot </i>Kuuga. Ingatan saya berhenti di <a href="https://wiki.d-addicts.com/Odagiri_Joe" target="_blank">Odagiri Joe</a> memerankan Godai Yusuke, pengembara yang kalau sudah bokek ya balik kerja sambilan di sebuah restoran rumahan milik <i>pakdhe-pakdhe </i>yang konon dulunya juga hobi berkelana. Naah... berhubung Kuuga banyak digaung-gaungkan sebagai salah satu Kamen Rider terbaik dan saya kenal orang-orang yang suka bangetbangetbanget dengan serial ini, saya memutuskan untuk <i>rewatch</i>. Dua puluh tahun setelah serial ini tayang di layar kaca masyarakat Jepang.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><font size="4"><i>Does this live up to today's standard?</i></font></div><h3 style="clear: both; text-align: justify;"><i>The answer is YES. </i></h3><i>In all capitals.<br /></i><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><b><br /></b></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><b>Godai Yusuke</b>, jika dipikir-pikir, sebenarnya digambarkan sebagai sosok protagonis yang terbilang misterius. Tidak 'tersentuh'. Sepintas dia kelihatan kayak cowok kelewat optimis yang <i>happy-go-lucky</i> setiap hari dan selalu memperbaiki <i>mood </i>dan mental orang-orang di sekelilingnya, tetapi di sisi lain penonton tidak pernah dibiarkan terlalu terlibat dalam pergolakan batin yang dia alami. Bahkan pada saat dia kalah bertarung. Yusuke selalu mengacungkan ibu jari dan bilang, "Nggak apa-apa" atau "Semua akan baik-baik saja" ke semua orang dengan wajah penuh senyum. Kita sebagai penonton—atau setidaknya saya—nggak mendapatkan gambaran akurat gimana perasaan dia dengan potongan-potongan kebenaran yang semakin terkuak di tiap episode. Penonton tidak diperlihatkan secara eksplisit. Nggak ada tuh adegan Yusuke berteriak frustrasi, kebingungan dengan pilihan-pilihan yang harus dia ambil, apalagi <i>mutung </i>gara-gara dialah satu-satunya yang harus ambil pengorbanan terbesar. Titik terdekat saya dalam upaya memahami isi hati Godai Yusuke adalah melalui posisi <b>Sawatari Sakurako</b>, mahasiswi master arkeologi yang sepanjang serial kerjaannya meneliti transkrip huruf-huruf <b>Linto</b> dan <b>Gurongi</b>, juga menerka-nerka kondisi psikologis mas Yusuke. Cuma sekadar tebak-tebak buah manggis.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZn38fFdFYzfQLUC9Sl_IC25eDxpbDXavpI5SY01Gc5Vy6PJXn6wkAc7LpVYs_8OopOpHqDBhObnwtCzDcwuIV4UHgoaYYpsmoQDVq2vAQU_CkJOUcq162kmlcq8LMv-0o8wnRbKSD1BE/" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZn38fFdFYzfQLUC9Sl_IC25eDxpbDXavpI5SY01Gc5Vy6PJXn6wkAc7LpVYs_8OopOpHqDBhObnwtCzDcwuIV4UHgoaYYpsmoQDVq2vAQU_CkJOUcq162kmlcq8LMv-0o8wnRbKSD1BE/w640-h360/kuuga2.png" width="640" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><font size="1">Jangan paksa aku untuk selalu optimis, Bang~</font></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><font size="1"><br /></font></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_aE3i8Z3Q53dLVJTjuwPEzAjWCE88YtT9z8bAF7OHLfsUyimAj1fCOmHB3tRqGVcYc2NQLnAtFqaoxU_cCuVfJrFf-ED7RFKMm44DbkNDXd5FR__vEbMcHTW-l56Ly0OWJLamuhRczC0/" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_aE3i8Z3Q53dLVJTjuwPEzAjWCE88YtT9z8bAF7OHLfsUyimAj1fCOmHB3tRqGVcYc2NQLnAtFqaoxU_cCuVfJrFf-ED7RFKMm44DbkNDXd5FR__vEbMcHTW-l56Ly0OWJLamuhRczC0/w640-h360/kuuga2.png" width="640" /></a></div><font size="1">Godai Yusuke ikrib sama Pak Polisi Ichijou sampai <i>jogging </i>bareng pagi-pagi.</font></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><i>Support system</i> dalam Kamen Rider Kuuga juara abis. <b>Godai Minori</b>, adik satu-satunya sekaligus anggota keluarga terdekat Yusuke tahu rahasia identitasnya dan bersikap suportif. Yah, meski di awal kisah dia sempat keki dan cemas, sih. <i>But who wouldn't anyway.</i> Bahkan kawan di pihak kepolisian yang semula cuma asisten inspektur <b>Ichijou Kaoru</b> aja, makin ke belakang semua orang di Unit Investigasi Gabungan Khusus jadi ngasih kepercayaan dan dukungan ke Kuuga selaku <i>"Unidentified Creature No. 4"</i>. Kuuga memang nggak diberikan 'temen' sesama Kamen Rider seperti sejumlah serial Heisei lain, namun dia juga tidak pernah benar-benar dibiarkan berperang sendirian.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Relasi Yusuke-Ichijou digambarkan <i>bromance</i> maksimal. Nggak ngerti lagi. Saya belum sempat ngulik jurang gelap internet untuk meneliti lebih dalam sambil berupaya membuktikan hipotesis, tapi saya tidak akan heran jika menemukan <i>fanfic </i>BL yang mengusung mereka berdua sebagai pasangan. Sedekat itu. Seuwu itu. Apalagi waktu mendekati pertarungan pamungkas... </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Makin-makin, lah.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Kamen Rider Kuuga tidak diperlihatkan tiba-tiba jago. Ada momen ketika Yusuke kewalahan menggunakan kekuatannya. Ada momen ketika dia harus berlatih ekstra karena kekuatan lawan di luar kemampuannya saat itu. Ada momen ketika nasib hidup-matinya justru bergantung di keputusan musuh yang enggan menang dengan gampang karena nggak seru. Ada momen ketika Yusuke harus didorong faktor eksternal untuk membangunkan kekuatan ke titik maksimum. Perkembangan sosok jagoan yang nggak instan ini menarik banget. Menyenangkan sekali ditonton. Apalagi kekuatan Kuuga memang bukan suatu hal wajar. Protagonisnya sama-sama berusaha mempelajari dan mengenali jati dirinya yang baru, alih-alih mendadak perkasa.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Walaupun serial superhero macam <i>sentai </i>dan <i>tokusatsu </i>sepertinya tidak pernah punya bujet yang terlalu melimpah―sehingga mereka cenderung menghadirkan 'wajah baru' sebagai tokoh utama lantaran relatif murah―, sinematografi Kamen Rider Kuuga melampaui ekspektasi saya. Badai anjir. <b><i>There are shots taken in certain ways that are just... tasteful</i>. </b><i><b>They build tensions just right. </b>Sometimes they also scatter hints. Subtle hints all around. <b>They really know how to convey something even without speeches.</b> Words aren't really necessary. </i>Koreografi pertempurannya tidak kalah cakep-cakep. Seneng deh lihat <i>stunt</i> motor ditampilkan jelas, nggak bruwet kusut seolah nyari celah tipuan mata. <i>Scoring</i> dari Sahashi Toshihiko membantu menghidupkan suasana dengan porsi yang pas. Rasanya tiap Yen bujet betul-betul dialokasikan dengan sangat tepat guna. Puas pol.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgfK8n3YyjcxT591QHtqmBbf24cR_ANjYWpdI409OE0VLfLWz_HGFOlbCM0PU889tJk__zpTqdTGcOfIW0QKnzzNqCdxipJjyO9DVQLS_we9gMc4OJ-HBvUjHGuZd7PeWbg9vEk6bPDW-Q/" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgfK8n3YyjcxT591QHtqmBbf24cR_ANjYWpdI409OE0VLfLWz_HGFOlbCM0PU889tJk__zpTqdTGcOfIW0QKnzzNqCdxipJjyO9DVQLS_we9gMc4OJ-HBvUjHGuZd7PeWbg9vEk6bPDW-Q/w640-h360/kuuga0.png" width="640" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><font size="1">Pertempuran sesama anak motor.</font></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Ada banyak sekali adegan-adegan favorit yang saya abadikan dalam bentuk <i>screenshot</i>. Saking seringnya saya tenggelam dalam <i>screenshoot-spree</i>, kuantitas gambar yang terkumpul sudah cukup mumpuni untuk dibikinin folder terpisah. Tapi walaupun begitu, <i>personal ultimate pick</i> sepanjang 49 episode Kamen Rider Kuuga adalah pertemuan Pak Ichijou dengan <i><b>Rose-Tattooed Woman</b></i> yang diberi kode nama <i>"<b>Unidentified Creature B1</b>"</i>. <i>IT IS SO FRIGGING COOL IT ALMOST FEELS ROMANTIC</i>. <i>Like, I am thisssssssssss clooooooose from shipping them together</i>. <i>(Forbidden-slash-impossible romance is indeed my hard kink, sorry not sorry about that)</i>.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjY9H5sRzwweiGCs2ECSidWfRhrdEdqOYOqZw_DTvS5hgERN-lNxVtpB70mQD3UYBNp2puq8F1r498AZB1knOCuCSg2t5zl0FpmjXPT8ae0yG1orKlEENF8QEuFZb3epJsr1JuZF6DLgnA/" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjY9H5sRzwweiGCs2ECSidWfRhrdEdqOYOqZw_DTvS5hgERN-lNxVtpB70mQD3UYBNp2puq8F1r498AZB1knOCuCSg2t5zl0FpmjXPT8ae0yG1orKlEENF8QEuFZb3epJsr1JuZF6DLgnA/w640-h360/kuuga2.png" width="640" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><font size="1"><i>Their first meeting</i>. Cakep kan kan kan...</font></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Apalagi sosok samaran manusia milik Gurongi bertato mawar satu ini ibarat terinspirasi <i>Princess Serenity</i> dari <i>Sailor Moon</i>. Aura dan pembawaannya 'Tuan Putri' banget sampai-sampai tampak <i>out of place</i>, nggak cocok gabung sama rakyat jelata. Saya udah deg-degan mentok pas mereka jumpa kali pertama. Antena firasat saya berkedut-kedut heboh nggak jelas, penasaran bakal di-<i>follow up</i> seperti apa dua karakter ini. Akankah Mbak Mawar—saya panggil gitu aja lah biar lebih gampang—mati di tangan Pak Ichijou? Atau sebaliknya? Gimana nih sutradara???</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Selang beberapa episode kemudian...</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgzjRsn9R2Blo7NPRT6U44ogFuuTqzxHe4AWpS5AxN4hP9nHhvdlsVJ-c0UdwEby8iWoZMZFBj4yYf53BFVnRP7qdwSrvf7oBziniY2hopJn2ry8ODzcjCKXpXNvTai1Qx-x6B4TVvSIRs/" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgzjRsn9R2Blo7NPRT6U44ogFuuTqzxHe4AWpS5AxN4hP9nHhvdlsVJ-c0UdwEby8iWoZMZFBj4yYf53BFVnRP7qdwSrvf7oBziniY2hopJn2ry8ODzcjCKXpXNvTai1Qx-x6B4TVvSIRs/w640-h360/kuuga0.png" width="640" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhIfu-MW85ZI11NUzmyjrHtY6kKaO-0O8ylKZ3pwKH4E7f1UdSWBM67zffAoZFF2bry8ghmR-pMQvcYwrdMN_k0T2xANbUIseRZAbGbugHAX-ocsofklqcCH1ru8E-vVXBjZH9-ciUSM-Q/" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhIfu-MW85ZI11NUzmyjrHtY6kKaO-0O8ylKZ3pwKH4E7f1UdSWBM67zffAoZFF2bry8ghmR-pMQvcYwrdMN_k0T2xANbUIseRZAbGbugHAX-ocsofklqcCH1ru8E-vVXBjZH9-ciUSM-Q/w640-h360/kuuga4.png" width="640" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhl30yi8xTftwu8NhefszsHjo1CWPFMjltIjlvW5-zyIs-OPNU9S_KYoZ1B1Fjvh9es5RgqwJO7XjJVeRQUFxLRGojJt0lYuc3JpCyUaFAlO8nJoGc0DzaFxRPLkKvJ3GoDotUSHS0FBvI/" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhl30yi8xTftwu8NhefszsHjo1CWPFMjltIjlvW5-zyIs-OPNU9S_KYoZ1B1Fjvh9es5RgqwJO7XjJVeRQUFxLRGojJt0lYuc3JpCyUaFAlO8nJoGc0DzaFxRPLkKvJ3GoDotUSHS0FBvI/w640-h360/kuuga1.png" width="640" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><font size="1">AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAARRRRRRRRGGGGGGHHHHHHHH!!! *<i>internal scream</i>*</font></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">NGERTI KAN MAKSUD SAYA??? Ngerti kan kenapa saya menempelkan deskripsi keren-mampus-sampai-nyaris-romantis??? Gila gila gila. Monangis. Pada dua adegan terpisah yang situasinya serupa itu, konklusinya sama: Mbak Mawar pergi meninggalkan Pak Ichijou yang tersungkur dalam kondisi masih hidup. Nggak dibunuh meskipun bisa. Walau ada kemampuan dan punya kesempatan. Padahal Mbak Mawar sempat ditembakin pakai peluru khusus dan berhasil dilukai. Gimana saya nggak gregetan sendirian, coba...</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Apa perlu saya turun tangan dan ngebikinin <i>fanfic</i>-nya?</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Udah siap buka akun <i>Archive On Our Own</i>, nih.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">*Tarik napas panjang.*</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Oke, lanjut.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMHZhut2CbFigM1WZLni19yaF6Oba9vHggSLzPgRnk65n1wbh7iK1bv4PpvBf5_PdMdIIZ73-odAXV5a9ihlqubCA-GsvDOlTMq56RTVtCL_UVE6DbYzIcy2NmDxVlOYxqhB4pH132jfc/" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMHZhut2CbFigM1WZLni19yaF6Oba9vHggSLzPgRnk65n1wbh7iK1bv4PpvBf5_PdMdIIZ73-odAXV5a9ihlqubCA-GsvDOlTMq56RTVtCL_UVE6DbYzIcy2NmDxVlOYxqhB4pH132jfc/w640-h360/kuuga4.png" width="640" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Secara pribadi, saya suka bagaimana desain Kuuga dengan berbagai variasi <i>form</i>-nya (<i>Dragon</i>, <i>Pegasus</i>, <i>Titan</i>, dan lain-lain) cenderung tidak ambisius. Ada satu patokan dasar dan dari situ dikembangkan secara tidak berlebihan. Bahkan tidak jarang kesannya kayak cuma <i>recoloring</i>. TAPI JUSTRU KEREN??? Nggak ketempelan revisi nggak penting, gitu. Terus terang saya masih gondok jika teringat Kamen Rider Gaim, yang mana <i>Kiwami Arms</i>-nya mendadak fakir estetika dan kalah karismatik jauh dibandingkan <i>Kachidoki Arms</i>.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><i>Now tell me what looks more regal than black-and-golden combo?</i></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEidEMMy1lVc8niT7y9S5A7Qz70EEt7vqTsKuLOMN9WVtBYPSeYQYpK8tsRv3Cr952c8smeIGDwlMxZtGspZiEyoX6Qj5d_N2pp76dW2Gy33J-t2OaoD1CW2ZUTMQCUJRlTnzr6aCr3xTms/" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEidEMMy1lVc8niT7y9S5A7Qz70EEt7vqTsKuLOMN9WVtBYPSeYQYpK8tsRv3Cr952c8smeIGDwlMxZtGspZiEyoX6Qj5d_N2pp76dW2Gy33J-t2OaoD1CW2ZUTMQCUJRlTnzr6aCr3xTms/w640-h360/haduhh.png" width="640" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><font size="4"><i><b>My final thoughts on Kamen Rider Kuuga?<br /></b></i></font><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><span style="background-color: white; color: #2e2e2e; font-family: wingdings; font-size: 14px;"><br /></span></div><h2 style="clear: both; text-align: left;"><span style="background-color: white; color: #2e2e2e; font-family: wingdings; font-size: 14px;">«</span><span style="background-color: white; color: #2e2e2e; font-family: wingdings; font-size: 14px;">«</span><span style="background-color: white; color: #2e2e2e; font-family: wingdings; font-size: 14px;">«</span><span style="background-color: white; color: #2e2e2e; font-family: wingdings; font-size: 14px;">«</span><span style="background-color: white; color: #2e2e2e; font-family: wingdings; font-size: 14px;">«</span></h2><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><b><i>Five stars out of five</i></b>. <i>Solid</i>. Sekarang saya mengerti—dan sangat mewajarkan—kenapa banyak orang mengelu-elukan serial ini sebagai salah satu favorit mereka, bahkan setelah puluhan judul Kamen Rider yang lebih baru, lebih modern, lebih canggih muncul di layar televisi. <b><i>Kuuga is something that leans towards what's classic without feeling dated</i>.</b> Aspek yang membocorkan umur serial ini hanya teknologi-teknologi tertentu pada masanya, seperti <i>display </i>komputer atau televisi tabung. Mungkin sepuluh tahun lagi, kalau saya masih hidup, <i>rewatching </i>Kamen Rider Kuuga bakal jadi aktivitas menarik. <i>Let's see if this series would age as well as it does today</i>.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhPyVCTEIIqMGkOtycBL1oj4WS4vaiJQnkwczluUk8h_gD5Vqw7YDmF3V-kYBqr8X5LqXscN5DqE-1OhVkPg7n3Kw0ffpqLUx7h75kW2suaIqvg_Hc1Tc7e13ake3A4FKC88uUk6-eeva0/" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhPyVCTEIIqMGkOtycBL1oj4WS4vaiJQnkwczluUk8h_gD5Vqw7YDmF3V-kYBqr8X5LqXscN5DqE-1OhVkPg7n3Kw0ffpqLUx7h75kW2suaIqvg_Hc1Tc7e13ake3A4FKC88uUk6-eeva0/w640-h360/kuuga4.png" width="640" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><i>Chou henshin!</i></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">*P.S.: Dokter <b>Tsubaki Shuichi</b> yang dipercaya menghandel urusan perawatan medis Godai Yusuke ganteng bangetttt. Parrrahhh. Lumayan mirip <a href="https://wiki.d-addicts.com/Eita" target="_blank">Eita</a>, pula. Auto naksir tanpa ketolong.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: right;"><span style="background-color: white; color: #3b3b3b; font-family: mistral; font-size: 38px;">z. d. imama</span></div>z. imamahttp://www.blogger.com/profile/16300911470774364068noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-5262709017274263039.post-61844044213574776412019-11-07T15:25:00.000+09:002019-11-07T18:52:55.918+09:00Living with my own ugly thoughts<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="654" data-original-width="937" height="446" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg0w9a7uej7kcUIWGfS8ecHwFCBOyAUk-Pn1vszk54bfDXkznEgZ80G17gw-gbg_jlSLXAct_Fh4sI4xQaZx7jXx5Fl_azp7Vs62EkN16s2rwW_H_HBl4FvRBGwy-OCWt7fNkhJ2_LV5Vs/s640/living+with+ugly+thoughts.png" width="640" /></div>
<br />
<h3>
I'm not a good person.</h3>
I know that.<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
So if anyone ever tell you <i>"Ah, orangnya aslinya nggak sebaik apa yang dia tulis di media sosial" </i>about me, then probably they are right. When I write 'kind things' on social media, most likely because I want to highlight such thoughts inside me. I want myself to be kinder. I've been living as myself for more than twenty years to understand that I have ugly thoughts popping out in my head here and there, and I'm trying hard not to keep them; to push them away. I know too well that plenty of times, I'm struggling with how to 'detox myself' because I don't think I can contain them. I have to get them out somewhere. And there are also times when I cannot kill those ugly thoughts alone, even if I know they are ugly and evil. When I decide to tell people that "You know, I have these thoughts and I know they are awful, please help me by validating how wrong they are", I realize they might draw a conclusion that says, "Eh whoa this person is actually toxic and she's showing her true self" instead. Not as a detox process which happens because I don't want those toxins inside of me. It is something I have to learn to accept that I cannot make people conclude things the only way I hope them to.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
I know how my ugly thoughts make me assume the worst from everyone and it's cruel, it's unfair. Sometimes I want myself to die and sometimes I want another person to get the hell out of this world, when in fact, death wish is never okay. Sometimes I hate someone for no reason. Sometimes I think how nice it'd be if everyone else becomes miserable. I had those thoughts inside my head. And I'm still figuring things out, finding out how to deal with them better.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
I'm not the most sympathetic person. I'm incapable of handling many situations regarding other people's emotions. I am too afraid to say things other than the standard-and-obligatory "I'm sorry" because I don't know to face these situations. I couldn't say things like, "I feel your pain" because I don't. I don't understand it. I'm not the one feeling and experiencing it. I feel so distant to it and realizing that I feel nothing confuses me. It freaks me out. Therefore, plenty of times, I opted to run. I did not address their emotions. And at some other times, I resorted to do something that at the end of the day get perceived as ignorance. Or even worse, hurt others.<br />
<br /></div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
I need to learn to accept that albeit I'm trying to correct myself—and keep stumbling and fumbling in the process, whether or not other people will wait or give me a chance, it's not for me to decide. There are apologies that I can never tell to people I've hurt. There are moments when I can never get a chance to say how regretful I am for being hurtful and I have to live with that. There are explanations for misunderstanding and mistakes I can never convey because the damages they made are too big and everything will sound like excuses.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
I am not a good person.</div>
<div style="text-align: justify;">
I have far too many shortfalls.<br />
Any bad thing you've heard about me can be true.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
For everyone I've ever met in my life who cares enough toーwhen I mess things up or wrong you (or somebody else)ーproperly scold me and point out my mistake when I'm blind to it, thank you. Probably you'll just let everything out and walk away after that, not wanting to have anything to do with me again, and it's something I need to accept. I honestly hope I can have at least someone who will allow me to reflect and grow as a person, to keep seeing me as a human being, to not giving up on me, but I've realized it's not up to me. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
I'm still not a good person.<br />
Yet maybe, maybe, as long as I'm not giving up on myself, I can still be better.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: right;">
<span style="background-color: white; color: #2e2e2e; font-family: "mistral"; font-size: 37.3333px;">z. d. imama</span></div>
</div>
z. imamahttp://www.blogger.com/profile/16300911470774364068noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5262709017274263039.post-81737769449790420242019-10-31T11:11:00.001+09:002019-10-31T18:40:53.065+09:00Magical Tales of Gandaloka: long post about thoughts on the first batch<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgGuNY-pZKMmqWI2-XLIItJ5DeVCIlg_wIj6GM3rJF2YGn9tq1SSN7tCT2V-X72A6y_CQp_b0cx8lxSjPGBTnlvr1S-jTLgHz4HOQ2OtEdBlmKfIPNQeHqfGiBaeU3E4v040guC4lVOrnE/s1600/Gandaloka.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="599" data-original-width="800" height="478" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgGuNY-pZKMmqWI2-XLIItJ5DeVCIlg_wIj6GM3rJF2YGn9tq1SSN7tCT2V-X72A6y_CQp_b0cx8lxSjPGBTnlvr1S-jTLgHz4HOQ2OtEdBlmKfIPNQeHqfGiBaeU3E4v040guC4lVOrnE/s640/Gandaloka.png" width="640" /></a></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Semasa kanak-kanak, membaca (sekaligus mengoleksi beberapa macam) novel serial untuk anak-anak dan remaja merupakan kegemaran saya. <b>Pasukan Mau Tahu</b>? Cek. <b><i>Goosebumps</i> </b>dari R. L. Stine? Cek. <i><b>Animorphs</b></i>, <i>the most magnificent teenagers-vs-alien war story ever</i>? Cek. Ada sejumlah judul-judul lain yang pada tahun 2018 lalu sempat saya tuliskan juga dalam <a href="https://adecembergirl.blogspot.com/2018/06/childhood-books.html">sebuah postingan lama</a> yang notabene memang membahas bacaan nostalgia. Kalau berminat ngintip apa sajakah mereka, silakan klik bagian <i>'sebuah postingan lama'</i> di kalimat sebelumnya, atau arahkan kursor ke <a href="https://adecembergirl.blogspot.com/2018/06/childhood-books.html">sebelah sini</a>. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
Ketika <b><a href="http://naobunproject.id/">Naobun Project</a></b> merilis <i><b>Magical Tales of Gandaloka</b></i> pada awal Oktober 2019, saya langsung menaruh minat pada serial novel yang terinspirasi konsep <i>Goosebumps</i> dan <i>Animorphs</i> ini. Keseluruhan cerita akan mengambil latar tempat yang sama, yakni "<b>Gandaloka</b>", sebuah kota fiktif yang lokasinya dikisahkan tak terlalu jauh dari DKI Jakarta. Walaupun secara kasat mata ia tampak seperti kota biasa, sejatinya Gandaloka menyimpan kekuatan magis yang sangat besar. Sejak lama, Gandaloka adalah tempat bermukim kaum siluman yang dijuluki―atau mereka justru menjuluki diri sendiri?―<b>Demit</b>. Para Demit ini tinggal di antara manusia, meniru penampilan manusia, dan menjalani cara hidup ala manusia. Singkat kata, setiap <i>installment Magical Tales of Gandaloka</i> akan menceritakan dinamika dan riak interaksi Demit maupun manusia yang menjalani hari-harinya di kota magis itu. Tapi alih-alih seperti <i>Goosebumps</i>, Pasukan Mau Tahu, ataupun <i>Animorphs </i>yang ditulis oleh satu orang―dan lusinan <i>ghostwriter</i> karena... <i>oh come on!</i>―, masing-masing buku <i>Magical Tales of Gandaloka</i> justru dihadirkan dari tangan-tangan berbeda. Entahlah apabila nantinya akan ada penulis yang menyumbang lebih dari satu judul untuk Gandaloka.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya rasa kelima buku <i>Magical Tales of Gandaloka</i> tidak punya nomor urutan tertentu. Sehingga kita boleh-boleh aja ngambil asal buku mana pun dan dinikmati tanpa harus mencemaskan bagaimana kalau bacanya kebalik-balik. <i>That being said, I'll write down my thoughts that came up upon reading each book―and I will put these thoughts in my reading order―and maybe here and there, I will express my thoughts about the whole batch of this series</i>. <i><b>IMPORTANT NOTICE: there will be spoilers</b></i>. Barangkali sebatas hal-hal kecil. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa apa yang saya paparkan termasuk hal krusial. <i><b>So please proceed at your own discretion</b></i>. Jika kalian sama-sama sudah baca keseluruhan <i>Magical Tales of Gandaloka</i>, atau termasuk kalangan orang-orang yang justru baru akan tergerak untuk menikmati suatu karya setelah dapat bocoran mumpuni dari kanan-kiri, yuk ah gas terus.</div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="1108" data-original-width="1477" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgF8PRg6_YGdnMgkVYB_7fFTqFGIicfCyhAjL80ltmgzDZfj0Hu69Duu704_7FqSyhfXfDSLEOlkxx5P1T4ajFu7GC9hwOzxCOR-yXFVR3mR3tfYgLJQ1128jaQL_fXN08rRcFMPOHodVo/s640/17073_0.jpg" width="640" /></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Gambar di atas memaparkan urutan saya membaca kloter awal serial ini. Dimulai dari <i><b>Home</b></i> yang ditulis oleh Keinesasih, dan dilanjut terus ke <i><b>Stay Ugly</b></i> dari Kahlui, kemudian <i><b>Halfie</b></i> dari Priscila Stevanni, lalu ke <i><b>Your Wings</b></i>-nya Eve Shi. Ditutup dengan <i><b>Welcome to the Fandom</b></i> persembahan Utiuts.<b> Kelima buku <i>Magical Tales of Gandaloka</i> diberikan rating 13+</b>, sehingga jelas bahwa target utamanya memang para remaja yang sudah duduk di bangku pendidikan sekolah menengah. Namun saya pikir-pikir, kayaknya sebagian besar dari kelima buku ini secara khusus nggak akan bermasalah andaikan dibaca oleh anak-anak usia sepuluh tahunan. Lho, kok 'sebagian besar' aja? Kenapa nggak semua? Nanti kita bahas ya. Pelan-pelan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
*<i>Cracking fingers.</i>*</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Here we go</i>.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<h2>
<b>"HOME"</b></h2>
Penulis: <b>Keinesasih</b><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh49lnugf81vU-7IjsToa54eZud1qnF6UrbzI1jDSuS7MkqSRtDZ5O7eZCGYOTjFPTJoTTEkE1EdS7-Uuy5cMnF1395Vip-4buCQg3LWFwzBNjrl7n3wyHj3H31YP402IrBsr8aLUFJyA0/s640/2019-10-26+02.35.40+2-min.jpg" width="640" /></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Ayah <b>Riona </b>tiba-tiba memutuskan akan menjual rumah keluarga yang diwariskan dari kakek. Sebuah penyelidikan kecil-kecilan mengantar Riona pada sebuah fakta: kedua orang tuanya dikenai hipnosis oleh konglomerat properti bernama <b>Darius Tejakusuma</b> agar bersedia menyerahkan tempat tinggal mereka. Masalah makin tumpang-tindih ketika Riona menyadari bahwa anak-anak Darius, <b>Samuel</b> (yang tampangnya relatif lokal tapi ganteng) dan <b>Haniel</b> (blasteran bule yang katanya jauh lebih ganteng), ternyata satu sekolah dengannya. Malahan, salah seorang dari mereka adalah rekan sekelasnya. Riona harus memutuskan apakah kedua cowok itu lawannya, atau mereka cukup bisa dipercaya untuk dijadikan kawan dalam usahanya mempertahankan rumah keluarga. Sebab bagaimanapun, sulit bagi anak sekolahan melawan pengusaha kaya raya seorang diri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Begitu kira-kira garis besar cerita <i>Home</i>.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Novel ini adalah sebuah perjalanan. Setidaknya itu yang terlintas di benak saya sewaktu membaca. Entah benar atau tidak, saya merasakan ada bagian di mana seolah-olah sebuah <i>switch </i>dinyalakan, dan mbak Ines selaku penulis berhasil menemukan posisi <i>pewe</i> dalam menuturkan cerita. Bab-bab eksposisi di awal masih mempunyai sedikit kesan canggung. Seiring lembaran demi lembaran buku saya balik, kesan itu lebur. Persis seperti berkenalan dengan orang baru. Semula hanya satu-dua patah kalimat interaksi <i>obligatory</i> yang ada, tapi selang beberapa saat kemudian kita tertawa-tawa bersama seolah sudah berkawan sejak lama.</div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="998" data-original-width="1600" height="398" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLPRhBkVijjmtCXb51Oh0fiWaD6mAdZiI2CBpLLcYgyTM8Kt2SXYy73XJYGqwubhkj6HN79aunXyXDc0krg2QTNPHLU72UrjgaOVgvkwsf1WHOsrF_7gPMmQdb_3lVlBAkamHlecpbzDY/s640/IMG_20191027_221008.jpg" width="640" /></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;">Foto di atas memang sengaja diambil #DemiKonten. Sudah, jangan protes.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Satu hal yang sangat, sangat, SANGAAAT saya sukai dari <i>Home</i> adalah penampilan fisik Riona, meski ia seorang protagonis, hampir sama sekali tidak dideskripsikan lebih lanjut sepanjang cerita. Oke, kita para pembaca sempat diberitahu bahwa rambutnya lurus dan tidak berponi. Tapi ya udah. Gitu doang. Apakah berat badannya ideal? Tinggi badannya berapa? Jerawatan, nggak? Apa pipinya tembem? Punya lesung pipit atau gingsul, nggak? Cantikkah? Jelekkah? Jangan-jangan B aja? Berkulit hitam, sawo matang, kuning langsat, atau putih cerah bak bintang iklan Shinzui? Tidak pernah ada penjelasan. Bahkan di kaver bukunya pun sosok Riona cuma digambarkan sebagai siluet! Suatu hal yang tidak biasa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>But I'd opine that this unexplained detail is what makes Riona so great for the readers. <b>This is self-insert time, people</b></i>. Siapa pun dari kita bisa, dan boleh, menjadi Riona. Asalkan kita memiliki hobi yang sama dengannya. Asalkan kita pernah mengalami atau merasakan hal-hal yang ia alami dan rasakan. <i>As long as you can relate with her way of thinking or her life problems.</i> Bingung menemukan tempat dalam pergaulan untuk berbagi percakapan tentang hobi yang kerap dipandang sebelah mata oleh orang lain pada umumnya? <i>Hello, so you're another Riona! Nice</i>. Lagipula, beragam permasalahan dan konflik yang harus dihadapi oleh Riona sama sekali tidak berkaitan dengan penampilan fisiknya. <i>Her appearance doesn't matter</i>. <i>She could look like Maudy Ayunda, or she could look like me, and none of those options would disturb the story</i>.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Home</i> memberikan lebih banyak porsi <i>character growth</i> kepada kedua anak-anak Darius Tejakusuma, Samuel dan Haniel, alih-alih protagonisnya. Riona, di mata saya, adalah sesosok karakter yang 'sudah jadi'. Ia memang mengalami hal-hal baru seiring berjalannya kisah, namun relatif tidak ada <i>self-discovery. She's got this</i>. Saya tahu Riona akan baik-baik saja, sehingga saya punya waktu luang dan kapasitas mental untuk dibikin baper jumpalitan oleh segala pergolakan batin yang dialami Samuel. YA ALLAH DEK.. RASANYA PENGIN MELUK. <i>His pain feels too real for me</i>. Saya nyesek bukan main ketika persaingan dua bersaudara itu menyebabkan mereka berantem gontok-gontokan sendiri sementara sang bokap yang―secara langsung maupun tidak―jadi biang kerok justru nggak tahu apa-apa. Barangkali nggak peduli juga. <i>Ealah, Le</i>...</div>
<br />
<h2>
<b>"STAY UGLY"</b></h2>
Penulis: <b>Kahlui</b><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgsKYrGKqzS2qEHodu1UFj37r57fza1mRgkefDgI4HeD2hftibNJ4w59RVAdVSkW7_d3SDcT8FEQn4Ox5UcrCYbDaEeWzXLAFncpXLX4Jx0yYeMSuQ2Nd6iyx9Sn-jw0I1Tcv4h5HjGgOk/s640/2019-10-26+02.35.40+1-min.jpg" width="640" /></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Sejak ia kecil, <b>Solaria </b>harus hidup dengan mengemban beban kutukan Kelambu. Sebuah sihir yang membuat wajahnya di mata orang lain tampak jelek dan menjijikkan. <i>Safe space</i> Sola di sekolah adalah ekstrakurikuler seni peran bernama Teater HaWe yang krisis anggota dan terancam dibubarkan dalam waktu dekat. Sola pun mati-matian berusaha mempertahankan satu-satunya tempat di mana ia tidak harus menghadapi dunia yang selalu berpaling tiap melihatnya (dan saat pementasan teater, orang-orang justru harus menatapnya) dibantu <b>Yudhistira</b>―alias <b>Yasha</b>; di bukunya dijelasin kok kenapa panggilannya geser jauh banget dari nama asli―, cowok cakep bertampang mirip (lagi-lagi) blasteran yang lumayan populer seantero sekolah sekaligus penyumbang penonton terbesar di setiap pementasan HaWe. Tetapi Sola curiga manusia rupawan seperti Yasha punya udang di balik batu karena Yasha mau bersikap sebaik itu padanya, si buruk rupa yang dihindari semua orang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Apabila Kahlui bermaksud menciptakan seorang protagonis yang bikin pembaca kebelet menjitak dan adu otot leher dalam duel bentak-bentakan sewot saking sebalnya, saya harus mengakui: ia sukses besar. Anjiiiiiiiiiiiiiiir gedeg banget sumpah ngadepin Solaria. Terakhir kali saya segondok ini terhadap karakter utama tuh saat ketemu tokoh Marianne Dashwood dari <i>Sense and Sensibility</i>-nya Jane Austen, walau di dua kasus ini kekesalan saya punya sebab-musabab berbeda. <i>Well... I'm a huge ball of insecurities myself, and sometimes I'm trapped inside my own bubble of wild assumptions, but it feels like Solaria turned it up to the max and poured a gallon of steroid on that matter</i>. Terdapat sejumlah adegan-adegan di mana saya secara sadis meneriaki dalam benak, "LO TUH KALAU UDAH JELEK YA KELAKUAN JANGAN IKUTAN RESEK????" Semua orang diketusin. Semua dikenai prasangka. Dikit-dikit ngegas ke kanan-kiri. Hih.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Emotional relapse</i> yang berulang kali dialami Solaria sangat tidak mudah saya lewati sebagai pembaca. Ada perasaan jengkel, "Yaelah gini lagi????" ketika ia berkali-kali mencurigai orang-orang yang peduli kepadanya. Padahal meskipun sering kena damprat, mereka masih ikhlas dan mau-mau aja bertahan menemani Solaria. Tetapi saya harus sadar diri. Saya pun tidak jarang mengalami <i>emotional relapse</i>, menghabiskan semalaman menangis di tempat tidur lantaran memikirkan hal-hal yang sudah pernah sejuta kali saya pertanyakan dalam hati. </div>
<div style="text-align: justify;">
<i><br /></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>That shit happens</i>. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mungkinkah kekesalan pada Solaria timbul karena hal-hal picik yang ia pikirkan juga tak jarang melintasi benak saya? <i>Am I seeing pieces of myself in her and that's why many scenes and talks and thoughts feel like personal attacks?</i> Hmm. Tampaknya, <i>Stay Ugly</i> dan segala tetek-bengeknya akan lama singgah di kepala.</div>
<br />
<h2>
<b>"HALFIE"</b></h2>
Penulis: <b>Priscila Stevanni</b><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiyCtdTMAE6TtwpM9OcUaVfhZy-Zx7LpXCQsMwRSRRfNcZPCJ72d4bWmWKfuMmAVGUNJ37pL60pFnmHDhni2EHPJOCzpyuAsP6T6SdncfPwWZvT_esPdxlKZ49jANerHKBi4l8P45gm0T8/s640/2019-10-26+02.35.39+1-min.jpg" width="640" /></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Pindah dari Jakarta ke Gandaloka lantaran ibunya dimutasi, <b>Naira </b>bertekad mengisi hari-harinya di sekolah baru dengan berbagai kegiatan positif seperti jadi pengurus OSIS. Sayang, rencananya harus gagal total lantaran ia terperangkap di tengah-tengah perkelahian dua sosok Demit (yang mana salah satunya adalah rekan sekelasnya, <b>Gesta</b>) dan nyaris kehilangan nyawa. Gesta secara sepihak memutuskan untuk menyelamatkan Naira dengan menyumbangkan kekuatannya―menjadikan Naira sesosok <i>Halfie</i>, alias separo-Demit. Naira kini harus bisa berdamai dengan hidup barunya yang jauh lebih merepotkan, mengatasi kemarahannya terhadap Gesta, sekaligus menyadari bahwa <i>with great power, comes great danger (I'm not even sorry for ripping off Spider-Man quote here, and it rhymes, so yay me)</i>.</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<i>Halfie </i>bukanlah interaksi pertama saya dengan Gandaloka dan unsur-unsurnya. <i>Home </i>dan <i>Stay Ugly </i>yang mengambil latar sekolah sama, yakni SMA Gandaloka, telah berhasil menciptakan suatu imaji dalam otak. Khayalan pribadi saya sudah terbentuk. Bagaimana kira-kira suasana di SMA Gandaloka. Seperti apa anak-anak remaja yang bersekolah di sana. Bagaimana mereka menikmati jam pelajaran hingga menggeluti kesibukan ekstra kurikuler. Tak dinyana, <i>Halfie</i> menggoyang apa yang saya percayai tentang mereka. Semula saya duga, meski sekolah menengah swasta, SMA Gandaloka merupakan tempat ramah untuk beragam siswa dari berbagai latar belakang. Baik itu yang ekonominya biasa-biasa (baca: dibilang kaya tak sampai, dibilang miskin kok hidupnya masih memadai), bergelimang harta bak anak-anak Darius Tejakusuma, sampai penerima program beasiswa. Semuanya berbaur. Tak ada yang perlu merasa terasingkan dalam percakapan karena keterbatasan ekonomi. Semacam ada konsensus sosial yang digalakkan <b>Sukmaloka</b> sang Kepala Sekolah, bahwa tak peduli seberapa besar-kecil uang yang dimiliki orang tua murid, penting untuk menjaga lingkungan sosial di balik pagar SMA Gandaloka agar selalu bersahaja.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sepanjang <i>Halfie</i>, saya tidak bisa memungkiri timbulnya perasaan bahwa SMA Gandaloka tiba-tiba telah berubah seratus delapan puluh derajat. Percakapan demi percakapan bergulir, interaksi demi interaksi saya saksikan, dan mendadak saya tidak lagi merasa disambut di tengah-tengah mereka. Saya merasa asing. Saya kebingungan mencari tempat. Seolah-olah dalam sekejap mata saya diceburkan ke lingkungan sekolah swasta internasional berbiaya selangit, di mana kisah wisata mahal ke ujung negeri saat libur semester, saling pamer pakaian dalam bermerek premium ketika ganti seragam olahraga, atau pertanyaan panik para siswi kepada teman segengnya apakah sudah butuh berlatih angkat beban (apa ini maksudnya nge-<i>gym?</i>) untuk menghilangkan lemak-lemak di tubuh adalah dengungan lumrah di tiap sudut bangunannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>I just.. cannot relate</i>.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhT1IXC8xjmdJXX5d1Tu0s6dK2tUzmin4pJxVFyFfWn_9tNjb9mysHou_T5q_iuSuajtWqLtj3eHYc5ABjLzlDG86TJia0otduk2H00JTKdJ0ZoWO5UCBiQHL6oPwEPNovXqijR-uQ3GTw/s640/IMG_20191027_000428.jpg" /></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;"><i>Me, questioning the validity of my personal experience and feelings.</i></span></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<i>B</i><i style="text-align: justify;">ut these feelings of being disconnected and confused actually get me to wonder about which one is the real 'SMA Gandaloka'. Am I just fantasizing things out of nowhere for two whole novels? Is this high school just another portrayal, another representation of rich kids society? Don't we have enough of those people in our television screen, Instagram feed, or any other platform..?</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><br /></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>WAIT, WAIT―</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><br /></i></div>
<div style="text-align: justify;">
Apa jangan-jangan saya merasakan ketidaknyamanan ini lantaran sudah bukan remaja lagi?<br />
Apa jangan-jangan kaum remaja sekarang tuh betul-betul kayak gini, dan saya doang yang nggak ngerti?<br />
<i><br /></i>
<i>So I've got my tenth-grader sister at home to read the book and asked for her opinion. Later she said something like, </i>"Aku nggak mungkin bisa nyari temen dengan nyaman kalau tipe anak-anaknya kebanyakan kayak gini. Nggak konek"<i>, which makes two of us now. Then I wonder again, is it because I am a person who was born and raised in a particularly small town, thus I simply don't understand all these clamor and glamour of the people growing up in Jakarta and its neighboring cities? </i>Jangan-jangan saya―dan adik saya―cuma merasa nggak nyambung karena sejatinya diri ini ya <i>wong ndeso</i>? Entahlah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selaku protagonis, Naira dikisahkan sebagai anak tunggal yang hidup hanya bersama ibunya. Ia dibesarkan oleh <i>single mother</i> yang sibuk bekerja keras memenuhi tugas kepala rumah tangga sekaligus peranan orangtua. Barang-barang pribadinya cenderung biasa-biasa saja karena enggan membebani ibu dengan pengeluaran tambahan. Saya menduga penulis bermaksud menobatkan Naira jadi seorang anomali di lingkungan pergaulan sekolah, sebagaimana Naira juga merupakan anomali dalam identitasnya, terombang-ambing di antara manusia maupun Demit. <i>But after meeting</i> <i>Riona, Yuni, Hosea, Yoga, Solaria, and so many other characters who go to the same school as Naira... this particular setup doesn't feel like cutting it. Naira should not be 'that different kid' at school. To me, this totally unexpected maneuver is deeply disconcerting</i>.</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Apabila dipandang sebagai satu novel independen, kisah <i>Halfie</i> cukup solid dan menarik. Memaparkan bahwa seseorang tidak harus sepenuhnya manusia atau sepenuhnya Demit;<i style="font-style: italic;"> you can be a bit of both and it's a cool thing, too</i><i style="font-style: italic;">. </i>Perjalanan Naira menerima identitas baru hingga akhirnya mampu berkontribusi dalam pertikaian klimaks nyaris menyerupai<i style="font-style: italic;"> origin story superhero</i><i style="font-style: italic;">. I'm not saying the book isn't good enough, no. It's just that... when put together with the rests of Magical Tales of Gandaloka series, I no longer know whether or not a person like me has a place to belong in this school named 'SMA Gandaloka'</i><i>.</i></div>
<br />
<h2>
<b>"YOUR WINGS"</b></h2>
Penulis: <b>Eve Shi</b><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj-s_2OKnCS-odMzkmmpoOyQoGy-3aRhIhPAeYn4x03lnykcW-cJwSnxlHzcmxVOkFN3zMfQcPeY8kJ4-43mdpRJQHcVcwKu8BuNydkooBZxxpzobogrAR9KtVHclrTCWx251aGj57l0Ng/s640/2019-10-26+02.35.37+1-min.jpg" width="640" /></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<b>Chendra</b> yang hubungan romansanya baru kandas karena diakhiri sepihak oleh <b>Fifi</b>, mengalami kesulitan untuk <i>move on</i>. Seakan-akan dikerjai semesta, kelasnya kedatangan murid baru bernama <b>Amel</b>, yang meski nggak ada mirip-miripnya dengan Fifi, membuat Chendra teringat mantan pacarnya. Kondisi ini bikin Chendra uring-uringan sendiri dan berdampak pada sikap cueknya terhadap Amel. Suatu kebetulan menyebabkan Chendra tanpa mengaja memergoki Amel yang tengah berbincang dengan <b>Damion</b> membentangkan sayap, dan saat itulah ia mengetahui bahwa Amel bukan manusia biasa. Ia sesosok Demit. Rasa penasaran Chendra ternyata berhasil mengalahkan rasa takutnya terhadap segala hal berbau gaib nan mistis, dan hubungannya dengan Amel pun kian akrab.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b>Your Wings is that classic boy-meets-girl story</b></i>. <i>Compared to the other installments of Magical Tales of Gandaloka I've finished, </i><i>its core is more of a sweet-colorful-and-flowery transition from awkwardness to friendship, and then from friendship to budding romance</i>. Terus terang, saya tidak punya cukup banyak opini yang dapat disampaikan panjang lebar. Pilar besar novel ini adalah bagaimana Chendra berupaya mengenal Amel lebih jauh dan menerima situasi unik mereka sebagaimana adanya. Mungkin hal ini nggak akan seberapa rempong kalau saja <b>Gardalor</b>, klan bangsawan yang berperan selaku penjaga keamanan dan keseimbangan sosial-masyarakat para Demit, tidak mengendus fakta bahwa Chendra tahu identitas Amel yang sebenarnya dan menerapkan tindakan penanggulangan demi keselamatan komunitas Demit. Gardalor percaya, "Janji manusia ringan bobotnya. Mudah dilanggar dan dilupakan".</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Nggak salah-salah amat, sih.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Detik demi detik, menit demi menit, dan jam demi jam yang saya habiskan untuk membaca <i>Your Wings</i> berlangsung penuh kedamaian. Menurut saya, novel ini akan menyenangkan bagi pembaca yang suka kisah-kisah romansa macam <i>A Walk to Remember</i>-nya Nicholas Spark. <i>Or.. John Green, perhaps?</i></div>
<br />
<h2>
<b>"WELCOME TO THE FANDOM"</b></h2>
Penulis: <b>Utiuts</b><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhVBpfzuWpSuCdpMtWUkMPu6131v7_k6mNERyGFaoWk68l5CWO_dYfRJpYROweJhDdh-17bzb1Nr8iZ86lnmhw_DXKvCuv8PA1ZJii1fNtu6ULv310oBEk58-nqn7U_WjPaYXfPB4H2RNw/s640/2019-10-26+02.35.38+1-min.jpg" width="640" /></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<i>Finally we've reached the fifth book (based on my reading order, mind you, not the official one)</i>. Arakisya Maltarani, yang akrab disapa <b>Kisya</b>, adalah Demit dengan kemampuan sihir kromatik. Profesi sehari-harinya ialah penggemar berat grup K-Pop bernama <b>Fireen</b> sembari jadi pelajar. Berhubung pada dasarnya Kisya senang bermusik, bersama teman-teman dekatnya yaitu <b>Angel </b>dan <b>Adrian </b>(yang lantas menggaet dua anggota tambahan: <b>Kukun </b>dan <b>Lukas</b>), ia membentuk <i>band </i><b>Taylor's Alive</b>. Setelah terus-menerus berlatih dan melalui proses audisi, kesempatan mereka untuk manggung perdana di pentas seni sekolah lain akhirnya tiba. Sayangnya di hari yang sama, kesempatan Kisya untuk hadir menyaksikan langsung konser Fireen juga datang! Kisya harus memutar otak agar bisa menang banyak dan tidak perlu mengorbankan salah satu acara. Ia bahkan siap mengeksploitasi kemampuan sihir khas Demit demi mengejar ambisi <i>fangirl</i>-nya. Tekadnya yang kelewat kuat membuat Kisya melupakan kata pepatah: Demit berencana, Tuhan menentukan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya sudah tidak lagi mendengarkan K-Pop sejak bertahun-tahun silam. Namun, segala yang Kisya rasakan terhadap Fireen sama sekali tidak berbeda dengan gejolak jiwa saya yang menggandrungi karya-karya musisi dari Jepang, baik itu <i>band</i>, <i>solo artist</i>, sampai grup idola. Mulai dari ONE OK ROCK, Hamasaki Ayumi dan Utada Hikaru, hingga <i>the one-and-only legendary</i> Arashi. Saya merasa terwakili. Saya pun sangat memahami bagaimana para idola (yang bahkan nggak tahu keberadaan saya di dunia ini) mengalami proses pergeseran peran di hati. Awalnya sekadar memberikan hiburan, memicu rasa penasaran, lambat laun berubah menjadi sumber kekuatan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ajaib, memang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pemaparan <i>backstory </i>Kisya dengan keluarganya yang mengantarkannya ke haribaan Fireen terasa begitu personal bagi saya hingga di sejumlah halaman, saya nyaris sulit melanjutkan. Membalik kertas saja makan waktu lama karena sibuk mewek sendirian. <i>Funny, I know. Welcome to the Fandom is so light, fluffy, warm, full of love so explosive and sincere. Yet here I am shedding my tears upon reading where the money for Kisya's education actually comes from</i>.<i> I know how it feels, Kisya. I really, really know</i><i>.</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mengatasnamakan budaya <i>fangirl</i>, dengan ini saya mengizinkan diri sendiri untuk secara sewenang-sewenang membuat tagar #GandalokaReadersSelcaDay agar foto-foto bersama novel-novel <i>Magical Tales of Gandaloka</i> yang saya unggah di sini punya sekelumit argumen dasar.</div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="1013" data-original-width="1600" height="404" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhAvZh9I7IDOaZqJa-rFQ6gDlZO33QUKPulhwwlKdyoD36eRJ6WBatm2niHUesEUA1FCuE-vQJgXT3FxCvGiUBj3TXez3bWUVerEIXXhYSNVIidThQ_Xa1uNBg2JG0AEb-mkwPMln5tfkM/s640/IMG_20191026_235806.jpg" width="640" /></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;"><i>Yep. I'm embracing my fangirl self by wearing <b><a href="https://sg.carousell.com/p/bn-arashi-2019-24h-tv-t-shirt-in-mint-237868388/">Arashi's 24hr TV Charity T-shirt 2019</a></b></i>.</span></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Nun jauh di atas sana―coba <i>scroll </i>ke atas sampai lumayan mentok jika lupa―saya sempat mengemukakan bahwa <i>sebagian besar</i> cerita-cerita di <i>Magical Tales of Gandaloka</i> dapat dikonsumsi oleh anak-anak yang belum menginjak usia remaja. Kok, cuma sebagian besar? Alasannya apa? Gini. Tiap-tiap novel Gandaloka punya cukup banyak muatan bahasa Inggris tanpa dilampirkan terjemahan, entah itu sebagai catatan kaki atau dibuatkan daftar sendiri di bagian akhir. Bahkan jika saya tidak salah ingat, tidak ada satu buku pun yang tidak menyelipkan kalimat lengkap berbahasa Inggris. Baik itu sewaktu perbincangan antartokoh atau monolog semata. Kalimat-kalimat utuh berbahasa asing yang tidak disertai bantuan terjemahan ini barangkali dapat mengganjal pembaca-pembaca belia yang kebetulan masih kurang terekspos dengan penggunaan bahasa Inggris di keseharian mereka. Ada sejumlah bagian yang mungkiiiiiiiin bakal mereka 'lompati' atau tidak dipedulikan karena tidak mengerti.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mungkin, lho ya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebaliknya, justru tidak ada tokoh yang menyeletuk dalam bahasa daerah mana pun. Termasuk Yudhistira, padahal ia diceritakan sempat pindah tinggal beberapa lama di suatu wilayah bermuatan lokal relatif kental. Rasanya agak... sayang aja. Walau saya tahu lokasi Gandaloka memang digambarkan tidak seberapa jauh dari Jakarta, <i>Magical Tales of Gandaloka</i> masih belum lepas dari kesan yang mengatakan seakan-akan ia ditulis sebatas untuk warga ibukota dan kota-kota yang menempel lekat di pinggirannya, yang mayoritas menggunakan kata ganti "lo-gue" dan gampang kegeeran saat disapa dengan kata ganti "kamu" oleh seseorang yang menyebut dirinya "aku".</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ngomong-ngomong, <b>unsur paling memikat dari <i>Magical Tales of Gandaloka</i> ya semestanya</b>. <b><i>World building</i>-nya rapi, anjir. </b>Tata kota yang dibagi dalam sektor-sektor dengan ciri khas tertentu, kesepakatan sosial agar Demit dan manusia sanggup hidup berdampingan, serta penjelasan tentang pihak-pihak berwenang yang secara turun-temurun saling bekerjasama demi mempertahankan keseimbangan dan 'kedamaian' di Gandaloka benar-benar mempermudah terbentuknya imajinasi atas kehidupan di kota fiktif tersebut. Bikin kepengin menyurati Naobun Project, sumpah. Isi suratnya? Tuntutan warganet semenjana agar peta kota Gandaloka dirilis. Seriusan. Pengin lihat petanya beneran, nih. Andaikan harus nongol sebagai <i>merchandise </i>pun saya beli, deh.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Magical Tales of Gandaloka</i> adalah bacaan ringan berkonsep segar yang perlu dijajaki. Silakan mulai dari buku mana saja. Silakan pilih untuk menyusuri dunia Gandaloka bersama siapa saja. Silakan tarik kesimpulan dari tiap kisah yang telah dilewati. Silakan ajak saudara serta teman-teman untuk mencoba melirik ke dalam Gandaloka. <b><i>You (or they) may have a completely different perspective and reading experience from my own, and draw a different opinion, but whatever it's gonna be, I think it's worth to find out</i>.</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Semoga akan ada novel-novel <i>Magical Tales of Gandaloka</i> jilid berikutnya yang diterbitkan. Lima buku tuh masih kurang. *<i>fingercrossed</i>*</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1291" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhOZaAEQasUtjULm8gUnY1X9wO9mDjh4zyTcqkbBsq-7mFcNjP3GK8ngOd1m9rDydevxpHbx3vFyWb8mrDy6M99PUMDeqUOduooEQDb3o-PSDO4nawDnS6ez33Iikv01fhAk6q4Z5r51Kw/s640/2019-10-26+06.26.53+1-min.jpg" width="512" /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>*P.S.:</b> Seluruh foto-foto terlampir dalam tulisan ini berasal dari jepretan jemari sakti mandraguna <b><a href="http://www.twitter.com/Aeronplane">mas Eronu</a></b>. Silakan kontak langsung di akun Twitternya apabila berminat ngasih duit jajan tambahan lewat proyekan (supaya ia bisa jajan Gundam lebih banyak lagi dan selalu hepi).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: right;">
<span style="background-color: white; color: #2e2e2e; font-family: "mistral"; font-size: 37.3333px;">z. d. imama</span></div>
</div>
z. imamahttp://www.blogger.com/profile/16300911470774364068noreply@blogger.com7tag:blogger.com,1999:blog-5262709017274263039.post-15277100941443587862019-09-13T23:11:00.001+09:002019-09-14T06:37:35.416+09:00I left the studio after "Gundala" feeling confused and angry.<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="430" data-original-width="822" height="334" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiCUYAytqqkz3xptrpvQ97Vo8g8AnXEV02AyMIA0fK-Id4mB9qmdMLhFPzb_SGC4sPXR3Sk5o4hDQGK1ExXRwn4X33KjbwZT9SPBRnGi2Dq9cEbg-eEU9jY1Xnr9J3jEBWjEH_PuWqIztk/s640/gundala2.jpg" width="640" /></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Malam itu, saya masuk ke studio bioskop yang menayangkan <b>Gundala</b>―film perdana dari rangkaian Jagat Bumilangit―dengan suasana hati biasa-biasa saja. Tanpa ekspektasi. Dua jam kemudian, setelah lampu bioskop kembali dinyalakan dan <i>ending credit</i> bergulir di layar, saya punya hasrat kuat untuk menjambak-jambak rambut sembari melolong. Saya marah. Sekaligus bingung. Sepanjang perjalanan pulang isi kepala saya masih kusut. Setiba di kosan, saya mandi dan beranjak tidur. Berharap di pagi hari emosi yang bergejolak di dalam diri sudah jauh lebih terkendali, dan saya bisa menyingkirkan hal-hal yang membuat Gundala terasa mengganjal. Ternyata, nggak juga. Keinginan untuk ngomel-ngomel masih tetap menggelora.<br />
<br />
Saya marah. Saya frustrasi. Rasa marah dan frustrasi ini muncul karena berkali-kali, sepanjang duduk manis di hadapan layar lebar, saya harus berusaha menghibur diri dengan mengingatkan, "Ini baru film pertama dari satu semesta.. Masih banyak yang bisa diungkap di belakang" tiap kali kening berkerut karena dipertontonkan hal-hal mengundang tanda tanya. Tapi sampai kapan mau berlindung di balik tameng 'pembuka sebuah jagat sinema' ketika nyatanya memang Gundala tidak cukup solid dan koheren sebagai film mandiri?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<i><b>I want to like this movie.</b></i> <i>Ooooh dear Lord I really do. The first thirty to forty-five minutes was incredibly fun to watch. But <b>as a whole, Gundala to me ends up being something that I can't bear to watch for the second time.</b> And yet at the same time<b> I cannot hate Gundala because, let's face it and let's be real, when it's chopped up into many small shards, even I have my favorite parts</b></i><b>.</b><i> Here and there, it has glorious moments</i>.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="393" data-original-width="700" height="354" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjUY85lC5wQAg41aSz0orsomZqWGoGu6BWTmpN9MjoMiwUk-jEN8UaGLbiWm-U9bcFRD-1U33oTqEtpqpjJtbehyU00rjHoi342oBswSKdl5YRfRI5KRxfXKeFpRAqV8BVAuDY1BHXd1rA/s640/gundala1.jpg" width="640" /></div>
<br />
"<i><b>Style over substance</b>"―is what I think describes Gundala's problem in a nutshell</i>. Namun sebelum saya memuntahkan kata demi kata sebagai pelampiasan uneg-uneg pribadi selaku penonton, ada baiknya kepingan-kepingan favorit dibeberkan lebih dulu. Supaya tulisan ini nggak sekadar <i>sambat</i>. <i>Here we go. <b>Also, please welcome: SPOILERS</b></i>. <i>Proceed only if you've seen this movie, or not minding good scenes being spoilt.</i><br />
<br />
<h3>
<b><i><u>Favorite Piece #1</u>: </i>Masa Kanak-Kanak Sancaka</b></h3>
Bagian terfavorit sepanjang Gundala. <i>Hands down.</i> Interaksi Sancaka dengan tetangganya, dengan keluarganya, dengan anak-anak jalanan lainnya sangat jelas mengarahkan film ini mau ke mana. Meskipun yaa cukup bergelimangan dialog-dialog <i>cheesy</i> di sana-sini. Tapi masih bisa diampuni. Akting <b>Muzakki Ramdhan</b> sebagai Sancaka kecil juara banget. <i>Clueless</i>-nya dapet. <i>Because sometimes life is too quick to keep up with and too much of a nonsense, yet despite your zero understanding, it goes on nonetheless.</i> Adegan Sancaka kecil nendang rantang kiriman tetangga yang mengkhianati keluarganya sampai berserakan―untuk kemudian dipunguti lagi sisa-sisa makanannya dari tanah saking kelaparan sungguh luar biasa. <i>Too stronk</i>.<br />
<br />
Sosok Sancaka di sini gamblang tergambar sebagai orang yang lahir dan tumbuh di tengah kemelaratan, sibuk bertahan hidup di tengah kerasnya dunia. Meskipun bapaknya punya semangat berkobar-kobar memperjuangkan keadilan dan peduli pada sesama, Sancaka sepanjang hidupnya justru digempur 'pelajaran' bahwa ikut campur urusan orang lain cuma bikin sengsara, yang dia alami sejak matinya sang ayah. Terus terang, pertanyaan yang muncul di paruh awal film sangat menarik: gimana ceritanya protagonis yang masa bodoh terhadap sekitarnya ini bisa jadi pahlawan?<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="444" data-original-width="790" height="354" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjE9BM_rWiZEmCNZgHMED_nktRiIqkVxnya9i7XVc8vHw5AVVnSryGkn8PVvLzVnXC8v8N2W4FiNRzDngtE5arzo7D4H6aaUeuK_FQyZ_5EoI6l2XMFPfX1Txf-N3ohUUvz3CDfoUNDVl8/s640/gundala4.jpg" width="640" /></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;">Tolong siapapun yang bisa ketemu dek Muzakki Ramdhan, saya titip satu kekepan yang kenceng.</span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="500" data-original-width="1300" height="244" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgd8JXXvakAzQ39LSf_ndnxdz1TGcbMCaDQsHPsiFm6H_CtinsCiLo4pgw0VgAWnCY20r_rpj_kmFl9MmIR2nl7XRFpxD49CdPQiLIdn7dDUUlgmJTPUJEk4yLcW8cLeiVD_SddfRcaClQ/s640/gundala3.jpg" width="640" /></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;">Bapaknya Sancaka yang mati dibacok oknum pas sibuk demo buruh.</span></div>
<br />
<h3>
<i><u>Favorite Piece #2</u>: Awang, the Best Shounen Boi</i></h3>
Gila. Gila, gila. Pertemuan Sancaka yang nyaris dikeroyok anak jalanan dengan <b>Awang </b>yang datang menolong (padahal aslinya paling malas nimbrung urusan orang lain) adalah <i>personal highlight</i> Gundala bagi saya. Keren banget. <i>THAT ENTRANCE. <b>THAT FUCKING HAIR FLIP.</b> THAT STREET BRAWL SCENE WHICH LOOKED LIKE TAKEN STRAIGHT OUT OF MANGA PAGES, OR ANIME. Oooooooooh boy. <b>I fell in love</b></i><b>.</b> Saya berbinar-binar di atas bangku penonton sepanjang durasi kemunculan Awang. Dari sekian banyak karakter yang nongol sepanjang Gundala, boleh dibilang Awang adalah sosok paling efektif. Peranan dia di hidup Sancaka sangat jelas. Awang tidak butuh monolog moralis yang bikin meringis untuk bikin penonton paham bahwa nilai-nilai pragmatis yang dia yakini kadang bertolak belakang dengan suara nurani.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="500" data-original-width="1056" height="302" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjPOHKmxbK2FMNfqo9ij0xzww3XAMtD9k70tjKXHIBsOCZvQvGN35izbTgUB30Wky-xT2drztl5eRTFfhFHKXOMHWiMIkS043O7IfBlwP5pVJ5Su4R5KAn6h_aLbr9x5E53iGSeD6ajDOE/s640/gundala3.jpg" width="640" /></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;"><span style="text-align: justify;"><b>Faris Fadjar</b> </span><i style="text-align: justify;">you rock!!!!</i><span style="text-align: justify;"> </span></span></div>
<br />
<h3>
<i><u>Favorite Piece #3</u>: Style (especially when there is little to no substance needed)</i></h3>
Gundala ini film<i> style-over-substance</i> kan, ya. Banyakan fokus ke gaya daripada naruh perhatian ke cerita. Sehingga pada adegan-adegan atau <i>frame </i>yang memang nggak butuh-butuh banget esensi karena bergantung di <i>camerawork </i>atau pengemasan visual, hasilnya emang keren nampol. Butuh contoh? <b>Ghazul</b> disorot dari samping sehingga hanya siluet wajah yang tampak jelas. Anak-anak bekas asuhan <b>Pengkor </b>muncul satu per satu dan siap-siap berangkat bareng naik mobil dengan <i>slow-motion</i>. <i>Those kind of cuts</i>.<br />
<br />
Gundala punya banyak <i>visual highlight </i>yang menunjukkan film ini memang punya <i>budget </i>dan para pembuatnya memiliki modal pengetahuan yang mumpuni perihal <i>'film language',</i> serta bagaimana menonjolkan suatu hal melalui visual dan teknik pengambilan gambar. <i>This is not necessarily a bad thing to flaunt about, really</i>. Bisa menyajikan visual oke? <i>Cool</i>. <i>It's a great thing for your eyes to enjoy</i>. Setidaknya sampai para penonton tersadar betapa memprihatinkannya Gundala dari segi penceritaan.<br />
<br />
<i>Now, we're getting into the main course.</i><br />
<i><span style="font-size: large;">HERE COMES MY RANTS, FILLED WITH DISAPPOINTMENT.</span></i><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="620" data-original-width="1280" height="310" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg6W8rc2BACsQFguublH0t4_f4Ttvj7uldacXgJMnbYZm4NKjfKmLrqShfKF4q_mmnk5CFGs2onELDgseIpZZNzhkUbVUUzidc2QfCeClfZdaij6TwERoGcv7aVyAG34_6jU9ZG-RXPFpI/s640/gundala2.jpg" width="640" /></div>
<br />
<h3>
<i><u>Ultimate Problem</u>: The writing. You know.. plot, pacing, storytelling. That.</i></h3>
<i>Gusti Rabbi, pancen kudu nangis</i>. Ambyar, cuk. Banyak suara-suara di media sosial yang menyuarakan perkara <i>plot hole</i>, tapi saya tidak setuju. Gimana mau ngomongin 'lubang' di alur kisah jika alurnya aja... <i>ngalor-ngidul-ngetan-ngulon</i>, semrawut, amburadul, seakan-akan film Gundala juga nggak ngerti mau menceritakan apa? Nggak tahu mau menuju ke mana selepas setengah jam (oke, anggep aja empat puluh lima menit) awal? Penceritaannya lompat-lompat ke sana dan kemari. Banyak hal-hal krusial yang hasil akhirnya kentang. Setengah matang. <i>Gundala should be an origin story. And considering where he comes from, his background, his story should be grounded enough so the audience cares about it</i>. Penonton seharusnya jadi bisa punya kepedulian terhadap Sancaka. Terhadap bagaimana dia akhirnya merasa terpanggil untuk membela mereka yang terpojok, meskipun bertahun-tahun hidup sibuk nyari aman sendiri. Nyari selamat sendiri. Ogah direpotkan oleh masalah orang lain. Namun film ini secara ajaib berhasil bikin saya makin lama makin masa bodoh terhadap protagonisnya. Protagonis, lho!<br />
<br />
Momen besar yang menyebabkan Sancaka memutuskan aktif 'menolong orang' dan berhenti bersikap pasif nan apatis gagal dihadirkan. Tidak terasa. Tidak berbekas. Tidak ada hal yang membuat penonton <i>mak dheg</i> di bangku masing-masing dan terkesan dengan pilihan Sancaka. <i>There is nothing at stake here</i>. Padahal motivasi Sancaka untuk nggak mau tahu urusan orang sangat nyata: bapaknya mati dibunuh gara-gara memperjuangkan orang lain, ibunya hilang tiada kabar, dia jadi sebatang kara dan menggelandang sedari kecil. Tapi perkara apa yang berhasil bikin dia mau jadi pahlawan? Karena cetusan satpam senior pas nganterin copet menyerahkan diri? Karena Tara Basro kebetulan ngomong hal yang sama dengan almarhum bokapnya? Lah, ngapain dia harus tertohok sedemikian dalam terhadap kata-kata mereka? Emang mereka berdua siapanya Sancaka? Punya keterlibatan emosional sejauh apa? Lantas orang-orang pasar yang selalu dijadikan alasan Tara Basro mendesak partisipasi Sancaka <i>to the level of guilt-tripping </i>ini punya dampak pribadi apa bagi dia? <i>Becoming superhero is a job that demands constant selflessness, yes, but the reason for that huge first step is almost always.. arguably selfish. Something, someone, or whatever immensely close to you</i>. <i>Personal</i>. <i>Yet I shall repeat: <b>there is nothing at stake here</b></i>.<br />
<i><br /></i>
<i>And dear Lord, why is the storyline THIS convoluted????</i> Cerita Gundala rusuh banget sampai-sampai semua terasa seperti <i>subplot</i>, bahkan untuk kisah semendasar perjalanan―baik fisik maupun psikologis―Sancaka jadi Gundala. <i>Which is immensely sad, because isn't the origin story of Gundala supposed to be the main body of this movie?</i><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="901" data-original-width="1600" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjkXE6c7BLjxj1aUYsDU4akYgJCKjfcHd4_CkQrXThU6306kbQBBbTkjbpB4E4LfVhik25GpuWwCUUFzEDte1zopUBDmTpx6AuMybygm98Uh6xWAC6iGgEznxY8GhVDdDKTVIEW69cdyt0/s640/gundala1.jpg" width="640" /></div>
<br />
Saya juga mau bahas sedikit tentang Pengkor. <i>Sure he is great villain, the one people should be careful about, or even fear</i>. Pemaparan betapa menakutkannya Pengkor dengan memanfaatkan seorang anggota DPR muda tereksekusi dengan sangat, sangat, SANGAT bagus. Tensinya kece sumpah. Sang anggota dewan mempermalukan Pengkor di hadapan orang lain. Dia diingatkan kenapa sebaiknya tidak macam-macam terhadap Pengkor. Sepanjang perjalanan pulang, dia kepikiran dan diselimuti ketakutan, yang lalu berakhir dengan kematiannya. Anggota DPR tersebut terjun dari gedung apartemen akibat efek hipnosis anak buah Pengkor. Sepanjang satu kasus ini, ketegangan dan <i>suspense</i> yang dihadirkan benar-benar terjaga. <i>The audience could actually sense the danger</i>. Mantap.<br />
<br />
Sayang, keemasan ini justru dirusak sendiri oleh film Gundala di penghujung film. Setelah terluka parah di <i>showdown</i> pamungkas dengan Sancaka―<i>which was painfully anticlimactic and lukewarm at best</i>, Pengkor sibuk bermonolog panjang memaparkan motivasinya menyebarluaskan serum amoral dan <i>antidote</i> palsu yang mana saya sama sekali nggak ngerti. Sekaligus nggak percaya. <i>I don't buy his bullshit at all</i>. Pengkor, sosok antagonis buruk rupa yang hidupnya susah lantaran jadi korban pembakaran, disiksa pengurus panti asuhan, dicibir, digunjing, dan disepelekan, saya pikir nggak punya urusan terhadap apakah rakyat pintar atau bodoh. Apakah generasi baru akan bisa membedakan hal baik dengan hal buruk atau tidak. Barangkali saya justru jauh lebih maklum dan paham jika alasan Pengkor menyebarkan serum berbahaya yang dampaknya bikin bayi terlahir cacat adalah―misalnya―keinginan agar orang lain merasakan yang dia alami. Hidup dipandang sebelah mata dan ditatap dengan raut aneh hanya gara-gara fisiknya rusak. Karena cacat. <i>As petty as it is, at least such personal revenge is believable. Not everyone should be anything like Thanos whose 'selfless' ambition affects all living things, you know</i>.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="720" data-original-width="1280" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjBymMz8OBIIb0Q6uxeruvZ1q5Stwjlme9yALW1CknrZ5NZmh08HnuqyrPryPFGE2fCS5-uYW4ZHxV-F2kNserIqSsPdmlFEuAqICcsvzhzH682ps0T3JtyrNjGUY9fn3YipQinWwSXYNQ/s640/gundala1.jpg" width="640" /></div>
<i><br /></i>
Lagipula ngapain sih konfliknya harus bawa-bawa rakyat dan DPR? Harus bawa-bawa masa depan generasi penerus bangsa? Pakai bawa-bawa keadilan sosial? Kejauhaaaan. Kegedeaaaan. <i>Cannot relate, brothers and sisters</i>. Pahlawannya bahkan baru di level berantem lawan preman perusuh dan pelaku pembakar pasar! Kostumnya masih <i>makeshift </i>dari benda-benda yang bisa didapet di Ace Hardware! Emang kenapa kalau secara kebetulan Sancaka hadir tepat waktu untuk nolong anggota DPR yang diserang pembunuh di perhentian kereta api? Apakah itu cukup kuat untuk bikin dia iya-iya aja saat dituntut turun tangan menangani masalah skala nasional? Apakah itu juga membuat Sancaka bisa dengan tenang pakai kostum baru yang secara terang-terangan dibilang bahwa dibiayai oleh uang rakyat?<br />
<i><br /></i>
<i>I... don't think so</i>.<br />
<br />
<i>Gundala is also unbelievably preachy. And ambitious. And pretentious.</i> Andaikata saya nenggak alkohol tiap kali nongol ceramah moral lewat dialog, pas <i>ending credit </i>bergulir mungkin udah sukses <i>jackpot</i> di toilet bioskop. Saya bisa banget lho hidup tanpa harus menatap anggota DPR ngomong dengan muka memenuhi layar, "Apa itu amoral? Jadi LGBT?" atau bapak-bapak satpam tua ngomel, "Kalau gak peduli sesama, ngapain jadi manusia?" sambil naik motor butut saat dia berangkat nganter copet yang diuber warga ke pos polisi terdekat. Padahal nggak mustahil untuk bikin adegan-adegan bermuatan positif tanpa harus berulang kali, bertubi-tubi, melemparkan kalimat-kalimat yang seolah menuntut dilabeli 'PESAN MORAL' ke penonton. <i>Then why going this route?</i><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="720" data-original-width="1280" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifwBa5lrGpVitj4hUNDEE1amD3ttzQTLVol9jUI9-EIj03k65u24LquRIXJNOtRROd89s3u-BBvgQIxcN05ykJlgn2IbYGO3F-YuiW_Jx_mHwBobdIrEKUlXEwV0tTpUywhpTfWKDHHiA/s640/gundala2.png" width="640" /></div>
<br />
Kalau sampai sekarang masih nggak ada satu orang pun di lingkungan terdekat yang menepuk bahu Joko Anwar―atau barangkali hati nuraninya sendiri sudah terketuk―dan bilang, "Jok, mendingan lo rekrut penulis skenario film untuk proyekan Bumilangit ke depannya deh. Lo bisa fokus di penyutradaraan" demi perkembangan jagat sinema ini.. ya hehehe aja. Tenggelam dalam kubangan <i>yes-man</i> memang menyenangkan, kok.<br />
<br />
<i>To be fair, Joko Anwar is NOT necessarily a bad scriptwriter. However, I dare to say that Gundala is his most messy work in the last few years of his career. <b>Joko Anwar's strong point, I think, is that he's good at smoothly elaborating simple story into a particular length.</b> But first, the essence or the nucleus of such story must be 'small' enough, as proven in A Copy of My Mind or even Pengabdi Setan</i>. <i>Which isn't exactly the case with Gundala</i>.<br />
<br />
Saya udah cukup berpartisipasi dalam mencerahkan masa depan perfilman nasional di Indonesia apa belum nih, om Joko Anwar? Saya, seorang penonton semenjana, apakah telah menjelma jadi ahli skenario dadakan menurut om Joko?<br />
<br />
<blockquote class="twitter-tweet">
<div dir="ltr" lang="in">
Setelah lama mikir Indonesia kurang sekali penulis/pengamat skenario yg baik, tiba-tiba muncul banyak sekali ahli skenario. Ini tentu saja melegakan dan membahagiakan. Bahkan penulis yang biasa nulis skenario buruk pun sekarang jadi pintar. Masa depan film Indonesia kini cerah.</div>
— Joko Anwar (@jokoanwar) <a href="https://twitter.com/jokoanwar/status/1172368175649845248?ref_src=twsrc%5Etfw">September 13, 2019</a></blockquote>
<script async="" charset="utf-8" src="https://platform.twitter.com/widgets.js"></script><br />
Hingga Gundala rilis, jujur nih, tadinya saya termasuk salah satu dari orang-orang yang berprasangka baik terhadap bagaimana Joko Anwar menghadapi kritik. Khususnya yang disampaikan secara apik, jelas, dan terstruktur, syukur-syukur sopan. Kritik yang nggak sekadar ngomong "Apaan nih jelek" doang, baik itu dilakukan oleh penonton maupun sesama pekerja dunia perfilman. Ternyata ya.. segitu-gitu aja. Hehehe.<br />
<br />
<div style="text-align: right;">
<span style="background-color: white; color: #3b3b3b; font-family: "mistral"; font-size: 38px;">z. d. imama</span></div>
</div>
z. imamahttp://www.blogger.com/profile/16300911470774364068noreply@blogger.com6tag:blogger.com,1999:blog-5262709017274263039.post-38425272507584910232019-08-25T13:44:00.001+09:002019-08-25T13:44:37.694+09:00Attending "The Junctions of Fiction": Yuki Kajiura Live Vol. #15 in Hong Kong<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="900" data-original-width="1600" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhk2TPgz6NqJ2IaF5noYhjWtHkzTabBhyphenhyphenQ2ejWDw_QcG68f97l7ex6OkAZUSby3YKzcraNBpWRAwRL_MoBVexHQ88rL5HN4aV72tqsJNncMZvLn4H1tWWvRnw6o_B0juhOri_zfvvTaH5A/s640/Yuki+Kajiura+Live+Vol.+15.png" width="640" /></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Sosok dan nama Kajiura Yuki saya kenal saat masih duduk di bangku pendidikan Sekolah Dasar. Itu pun baru sekadar tahu. Terima kasih sebesar-besarnya saya haturkan kepada serial anime Gundam SEED yang dengan<i> ending song </i>terbaiknya, <b>あんなに一緒だったのに</b> (<i>Anna ni Issho datta no ni―Although we were always together</i>), membuat saya menyadari eksistensi grup duo <b><a href="https://en.wikipedia.org/wiki/See-Saw_(group)">See-Saw</a></b>. <b><a href="https://twitter.com/ishikawachiaki3">Ishikawa Chiaki</a></b> mengisi vokal, sementara sosok di belakang <i>keyboard </i>yang bertanggung jawab dalam aransemen dan segala tetek-bengek penulisan lagu adalah <b><a href="https://twitter.com/Fion0806">Kajiura Yuki</a></b>. Memang secara konsep, See-Saw ini persis Ratu tapi versi wibu. Gimana ya. Cewek berdua. Satu orang vokalis, satunya lagi <i>keyboardist</i> merangkap panitia umum. Kurang mirip apa. Sekarang grupnya sama-sama udah bubar pula.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Semenjak hari bersejarah yang terjadi kurang lebih sepuluh tahun silam itu, saya berusaha mengikuti karya-karya Kajiura Yuki. TERNYATA BUANYAK BET. Diskografinya tidak sedikit berupa musik serta lagu-lagu untuk serial anime, drama, bahkan gim. Musik yang lahir dari tangan Kajiura Yuki terbilang... kompleks. Rincian <i>genre </i>yang tertera di laman Wikipedia ada seabrek: <i>baroque pop, contemporary classical, world music, electronic, folk, orchestral, new-age, ambient, electronica, dark ambient, progressive rock, progressive metal, operatic pop</i>... dan masih banyak kategori lain yang saya sama sekali nggak ngerti apa deskripsinya dan bagaimana teori definisinya. Saya cuma tahu bahwa semua musiknya, yang mana pun penggolongan mereka, terdengar sangat indah dan megah di telinga.<br />
<br />
Masih ingat <b><a href="https://adecembergirl.blogspot.com/2017/08/listening-to-kalafina.html">Kalafina</a></b>? Grup vokal trio yang beberapa kali saya singgung namanya dalam blog dan <strike>baru pecah kongsi awal tahun 2018 silam</strike> saya bela-belain beli tiket VIP pas datang ke <b><a href="https://adecembergirl.blogspot.com/2013/09/afa-id-2013-dream-concert.html">AFAID 2013</a></b> lalu, juga diproduseri Kajiura Yuki. Masa-masa saya berandai-andai halu, berharap bisa datang menyaksikan langsung konser yang kerap dinamai "<i><b><a href="https://en.wikipedia.org/wiki/FictionJunction">Fiction Junction</a></b></i>"―<i>pseudonym</i> Kajiura Yuki saat berkarir solo―pun berlangsung sekitar satu dekade lamanya. Hingga hari Minggu bersejarah tanggal <b>4 Agustus 2019 </b>silam terjadi, di mana saya berada dalam <b>Asia-World Expo, Runway 11, Hong Kong</b>, menatap sosok komposer kesayangan menggeber lagu demi lagu bersama tim band serta vokalis-vokalisnya dalam konser bertajuk "<i><b>Yuki Kajiura Live Vol. #15 ~The Junctions of Fiction~</b></i>" dengan muka beler lantaran tidak berhenti menangis.<br />
<br />
<i>LOOK WHAT YOU MADE ME DO, KAJIURA YUKI.</i><br />
<i>*In Taylor Swift's voice*</i><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="1068" data-original-width="1600" height="424" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQmXLlHaqNk-C9vD4L4rS8LJigtL_c3lc2NggHuRs1dPiPqdINqSVjjPXAA8ILrSOTpTaH1CfVULwKKPA7afGASIky5S9Xa9Fg0Oknok7RYY9SfaKWXBjmhPJfB9ad5AWJ2RH5tivsxFg/s640/img20190818Yuki_Kajiura_LIVETOUR4.jpg" width="640" /></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;">Jajaran vokalis dari kiri ke kanan: <b><a href="https://twitter.com/joellevoice">Joelle</a></b>, <b><a href="https://twitter.com/yurikokaida">Kaida Yuriko</a></b>, <b>Keiko</b>, dan <b><a href="https://twitter.com/odakaori_0511">Kaori</a></b>.</span></div>
<br />
<i>Playback</i> <i><b>Historia: opening theme</b></i> mengalun dari <i>speaker</i> sewaktu saya menapakkan langka perdana ke dalam ruangan konser, mengikuti arahan staf penyelenggara. Pada detik yang sama, kenyataan yang semua masih terasa ngambang di awang-awang, menghantam benak saya. Menyadarkan diri di mana lokasi saya berada. Apa yang hendak saya lakukan. Apa yang bakal saya alami tidak lama lagi. Ujung-ujung jari tangan dan kaki saya terasa sedingin es. <i>One of my ultimate, seemingly distant and unreachable wish that has been dormant for a decade or so, is about to come true</i>. <i>I'm here. I'm living the ten years old dream</i>. <i>What the hell</i>.<br />
<br />
Jam di layar ponsel menunjukkan 17:15. Lampu ruangan dipadamkan. Penonton bersorak riuh dan bertepuk tangan. Bulu kuduk saya meremang. <i>Overture </i>mengalun. Panggung masih remang-remang cenderung gelap ketika siluet <b>Keiko </b>muncul tepat di tengah-tengah berbarengan dengan dimainkannya <i><b>The main theme of 'Kimetsu no Yaiba'</b></i>, lagu tema serial animasi yang masih tayang di televisi Jepang saat postingan ini saya unggah. Barangkali hal ini akan sulit dipahami orang-orang yang sejak awal bukan merupakan penggemar, namun partisipasi Keiko pada tur <i>Yuki Kajiura Live Vol. #15</i> punya arti luar biasa besar setelah bubarnya Kalafina. Apalagi dengan <i>setlist</i> yang menempatkan dia sebagai vokalis utama di lagu perdana. <i>This appearance, my friend, marked Kubota Keiko's comeback to the scene. Her return to Kajiura's troop. Emerged from the dark, silhouette first and then came into the light, standing right in the middle of high stage while beautifully doing melismatic singing. It was an outstanding moment. Incredibly moving, even soul-stirring―at least to me. Then <b>Joelle</b>, <b>Yuriko</b>, and <b>Kaori </b>joined on stage to perform the chorus together before medleying the song with <b>to destroy the evil</b>.</i><br />
<i><br /></i>
<br />
<h3>
<i>One of the best shivers in my life, to date.</i></h3>
<br />
Membekali diri dengan segepok tisu adalah keputusan bijaksana. Wajah saya sudah <i>klomoh </i>total di lagu berikutnya, <i><b>Old-fashioned fairy tale</b></i>. Lagu-lagu yang dilantunkan Kajiura Yuki dan keempat vokalisnya malam itu terbilang komplit. Terbagi dalam segmen-segmen terstruktur. Tiap segmen punya jatah masing-masing, mulai dari <i>soundtrack </i>yang liriknya didominasi <i>Kajiurago</i>―bahasa artifisial buatan Kajiura Yuki pribadi yang tidak punya aturan khusus dan sekadar terdiri dari silabel-silabel nirmakna―hingga lagu-lagu berbahasa Inggris seperti maupun Jepang.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="435" data-original-width="690" height="402" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjxoUO-0cr2yPMRqAIUu09mfBIpICd6iV5SEX1JZ8jfK8HMM-LR0ggB-lR3czUJWIJFIYYtXRTL8ijcKv4FohOredx2FzNTVxT_Hy24twPsIik-iAbnOfWTWVr0OXieh9d_iNIcBNXQb4E/s640/YKLive15.jpg" width="640" /></div>
<br />
Sesi MC secara umum dilakukan dalam bahasa Jepang, dengan selingan sekelumit bahasa Inggris dan Mandarin. Kajiura Yuki memperkenalkan satu per satu anggota band dan para vokalisnya, menjelaskan konsep <i>Kajiurago</i> supaya para <i>noobs </i>nggak bingung, serta ngobrol-ngobrol ringan yang tidak jarang memancing tawa penonton. Sepanjang konser ada sekitar enam sesi MC. Lumayan ngasih saya keleluasaan untuk bernapas lega, nggak mewek terus-terusan. Ya Allah, saya sayang bangettt sama budhe satu ini.<br />
<br />
<i>Setlist</i> lengkap <i><b>Yuki Kajiura Live Vol. #15 ~The Junctions of Fiction~ 2019 in Hong Kong</b></i>:<br />
<br />
<ul>
<li>M1. <b>The main theme of 'Kimetsu no Yaiba'</b> + <b>to destroy the evil</b> <i>(special arrangement, from 'Kimetsu no Yaiba')</i></li>
<li>M2. <b>Old-fashioned fairytale</b> <i>(from 'Kubikiri Cycle Aoiro Savant to Zaregotozukai')</i></li>
<li>M3. <b>Fake wings</b> <i>(from '.hack//SIGN')</i></li>
<li>M4. <b>I swear</b></li>
<li>M5. <b>Forest</b> <i>(from 'El Cazador de la Bruja')</i></li>
<li>M6. <b>Sweet Song</b> <i>(from 'Xenosaga II')</i></li>
<li>M7. <b>Petals and butterfly</b> <i>(from 'Fate/Stay Night: Heaven's Feel part II [lost butterfly]')</i></li>
<li>M8. <b>he comes back again and again</b> <i>(from 'Fate/Stay Night: Heaven's Feel part II [lost butterfly]')</i></li>
<li>M9. <b>absolute configuration</b> <i>(from 'Puella Magi Madoka Magica: Hangyaku no Monogatari')</i></li>
<li>M10. <b>星屑</b><i> (Hoshikuzu)</i></li>
<li>M11. <b>風の街へ</b> <i>(Kaze no Machi e) (from 'Tsubasa: Reservoir Chronicle')</i></li>
<li>M12. <b>Elemental</b></li>
<li>M13. <b>Storytelling</b></li>
<li>M14. <b>Moonlight Melody</b> <i>(from 'Princess Principal')</i></li>
<li>M15. <b>L.O.R.D main theme</b> <i>(from 'L.O.R.D: Legend of Ravaging Dynasties')</i></li>
<li>M16. <b>Fiction</b></li>
<li>M17. <b>vanity</b></li>
<li>M18. <b>in the land of twilight, under the moon</b> <i>(from '.hack//SIGN')</i></li>
<li>M19. <b>Luminous Sword</b> <i>(from 'Sword Art Online')</i></li>
<li>M20. <b>she has to overcome her fear</b> <i>(from 'Sword Art Online')</i></li>
<li>M21. <b>maybe tomorrow</b> <i>(from 'Xenosaga III')</i></li>
<li><i><b>Encore:</b></i> M22. <b>The world</b> <i>(from '.hack//SIGN')</i></li>
<li><i><b>Encore:</b></i> M23. <b>stone cold</b> <i>(from 'Sacred Seven')</i></li>
<li><i><b>Encore:</b></i> M24. <b>Zodiacal Sign</b> <i>(from 'Aquarian Age')</i></li>
</ul>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="428" data-original-width="690" height="396" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiWJeGkWvTBDuT-FQ7OtZK5XpQLQWIvzEv9tZtFeb1d5JpUmhsOsxysSA-Ls4oofNyon6tBjlAmIijs-Nea5xomJXdMjB2vX5cYIKdGrENpc40NhDZaGzv_lCW8auRNGHC7CXPePWIV5rk/s640/YKLive15_1.jpg" width="640" /></div>
<br />
Saya nggak sanggup berkata apa-apa lagi.<i> I feel like words are inadequate to express what I feel. What I witnessed that lovely evening.</i> <i>Attending this live show means huge to me</i>. Makin baper karena penyelenggaraan konser hari itu berdekatan dengan ulang tahun Kajiura Yuki, sehingga pada sesi menjelang <i>encore</i>, penonton bersama-sama menyanyikan <i>Happy Birthday to You</i> (ini tuh judul lagu sebenernya apaan deh?) secara terus-menerus hingga mereka semua naik panggung kembali. <i>I love this warmth of a fandom</i>.<br />
<br />
Berangkat masih bisa <i>selfie</i>, pulang-pulang sudah ambyar berserakan nggak karuan dan cuma sanggup foto barang-barang bukti sambil mungutin serpihan-serpihan hati. <i>Even now, I'm still in my withdrawal phase.</i> Entah bakalan bertahan sampai kapan.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1200" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgyTPJp3Tm_CcZwWvJ2Si5xq9HDT0sDhVzKl71YzAfGlJMkAdXwC3dv7Vd2uwBmzl6nwO9Yn0SusPjeTUzuyaROAdmH7_mTJpLagjHiYJs8ocypDa4x3-Jp2YitWehPm4Gqmus0NBIAB4M/s400/YKLive15.jpg" width="300" /> <img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1200" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh2SAaPNhlXSubJURD4eWfCGzMQeiZkbbrE6HkkRnXN6Csd-tycH1xKC2O15wbRgMyH6L1Axxck2ZokGMHDKZl7u5Pg5FLp-U_cEN0z8KEmgHpzLe2UIvYsnTE6Cm88lo1z-Cv-FyqxSak/s400/YKLive15_1.jpg" width="300" /></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;">Perbedaan <i><b>Before-After</b></i> yang sungguh nyata.</span></div>
<br />
Semoga budhe Kajiura Yuki sehat selalu dan panjang umur, senantiasa menikmati proses berkarya, tetap mengeluarkan musik demi musik di tahun-tahun mendatang. <i>To imagine that I'm going all out and becoming this worked up for a lady in her 50s―and not, you know, young, emerging male pop star in his 20s with impressive abs or biceps or whatever―is WILD. But I'm just a prisoner of love. *in <a href="https://adecembergirl.blogspot.com/2019/07/utadahikaru-laughterinthedark.html">Utada Hikaru</a>'s voice*</i><br />
<br />
<div style="text-align: right;">
<span style="background-color: white; color: #3b3b3b; font-family: "mistral"; font-size: 38px;">z. d. imama</span></div>
</div>
z. imamahttp://www.blogger.com/profile/16300911470774364068noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5262709017274263039.post-79401193659972740572019-08-02T13:30:00.001+09:002019-08-06T13:32:44.173+09:00A very spoilery review of Meitantei Conan 23rd movie: Konjou no Fist<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEivPp75MvuimnToy1PWxpAcZqLabjiYcr8qUv38Q_zuMMyDaxKcQuMk0kUX9QpqlEFwFgv3_0jsDvtP8bX1OQh06Nq8YN6taw0ohs0dPchzvN1vqWhER03_lxb0ptupczFC_waiyLQQoII/s1600/Conan0.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="400" data-original-width="600" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEivPp75MvuimnToy1PWxpAcZqLabjiYcr8qUv38Q_zuMMyDaxKcQuMk0kUX9QpqlEFwFgv3_0jsDvtP8bX1OQh06Nq8YN6taw0ohs0dPchzvN1vqWhER03_lxb0ptupczFC_waiyLQQoII/s640/Conan0.jpg" width="640" /></a></div>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bicara tentang film-film bioskop <i><b>Meitantei Conan</b></i>, entah sejak kapan―kayaknya sih mulai dari film keduabelas―segala pola, repetisi, hingga hal-hal ajaib yang muncul membuat perspektif saya dalam memandang film Conan berubah. Pindah <i>genre</i>. <b>Jadi komedi.</b> Sehingga, alih-alih kesal atau gondok saat berhadapan dengan adegan atau dialog yang <i>dih-apaan-banget-anjir</i>, saya menerima hal-hal itu sebagai sebuah lelucon. Conan dilempar keluar kabin pesawat oleh penjahat? Ahzek. Conan mendadak bisa menyanyikan suatu lagu secara <i>pitch perfect</i> padahal dia sejatinya paling buta nada? Bagooos. Conan naik <i>skateboard </i>dan sanggup mengimbangi kecepatan mobil <i>sport</i> yang sedang ngebut bahkan ngobrol dengan pengemudi mobilnya? Mantap gan.<br />
<br />
<i>It works wonder to me.</i><br />
<br />
Sebagai penggemar veteran serial berkepanjangan ini, tentu saya tidak pernah melewatkan kesempatan nonton filmnya yang diboyong ODEX ke Cinemaxx dan CGV. Begitu pun dengan film terbaru tahun ini. <i><b>Meitantei Conan: Konjou no Fist</b></i>―yang dialihbahasakan menjadi <i><b>Detective Conan: The Fist of Blue Sapphire</b></i>―jelas wajib saya saksikan. Maklum, haus hiburan. Saya berangkat tanpa menyimak <i>trailer</i> maupun <i>teaser</i> sama sekali. Biar lebih greget. Woro-woro bahwa film ini berlatarkan di Marina Bay Sands, Singapura bikin saya makin antusias. <b>Ekspektasi saya hanya satu: <i>landmark</i> populer milik negara tetangga itu jelas akan hancur berantakan.</b> Luluh lantak jadi puing. <i>Lemme witness!!</i><br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<u><b>PERINGATAN:</b></u></div>
Sebagaimana judul tulisan di atas, ulasan ini akan berhias <i>screenshot</i> dari <i>trailer</i> serta <i>teaser clip</i>, bertaburan <i>spoiler</i> dan komentar-komentar <strike>menyebalkan</strike> penuh rasa cinta, dedikasi, dan kasih sayang. <i><b>Proceed only when such things are your kink.</b> I mean, when you're into that stuffs. If that's your interest.</i><br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" height="358" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-rJObmkSqXHNgBWAbHGkNGFu1GIf7BAp3DA0WShJizNkwV5I6JHiSsTwiyD6haa-vO3CLjg2qFcyYCykPDxviWtxHJjMU0VEXJeA1dEKCg56Elf0ioKvbL3P_AVmSB0nBJC01uBtsfJQ/s640/conan5.png" width="640" /></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;">"Sudah siap? Pokoknya jangan di-<i>salty</i>-in yah!!!" - Kaito Kid.</span></div>
<br />
Film dibuka dengan sebuah adegan pembunuhan yang terjadi terhadap cici-cici pengacara Singapura setelah dia ngobrol di restoran hotel dengan bapak-bapak <i>dandy</i> kumisan bernama <b>Leon Lowe</b>, dalam bahasa Inggris yang sama sekali nggak punya nuansa Singapura. Baik logat maupun struktur bahasanya. <i>Where's the Singlish???</i> Gak riset gara-gara sibuk berkubang <i>day job</i> kayak Ika Natassa atau gimana nih?? Yaudah gapapa. Namun kemudian bom meledak di parkiran, orang-orang berhamburan panik, dan Merlion pun tiba-tiba <strike>muntah darah</strike> memancurkan air berwarna merah. Wow, mejik! Muncratnya ngegas banget, pula. Tapi tenang. Gak ada korban jiwa. Tujuan adegan tersebut akan terkuak di akhir cerita.. yang sebenernya tetep menggelikan.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjrcgUU5ty53NMLoaqNaCUDqcaF5ig8eBj7EOvllfgBe9f0SbUSZ3cN66yghR5cRlYx6D0s8yAapDsaf_gYphTftWz4Qauq1sEsKbgAtEEknx7Y4X9194UIE8xS6rSQ4eNETnREvxj0cFw/s1600/conan2.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="652" data-original-width="1362" height="306" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjrcgUU5ty53NMLoaqNaCUDqcaF5ig8eBj7EOvllfgBe9f0SbUSZ3cN66yghR5cRlYx6D0s8yAapDsaf_gYphTftWz4Qauq1sEsKbgAtEEknx7Y4X9194UIE8xS6rSQ4eNETnREvxj0cFw/s640/conan2.png" width="640" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Balik ke Jepang dulu. Conan merengek-rengek di hadapan <b>Haibara Ai</b> agar dikasih <i>antidote </i>sementara APTX4869 supaya dia bisa naik pesawat ke Singapura sebagai <b>Kudo Shinichi</b>, jalan-jalan bareng <b>Suzuki Sonoko</b> dan <b>Mouri Ran</b> yang mau nonton pertandingan karatenya <b>Kyogoku Makoto</b>. Adegan ini kian menyakinkan anggapan saya bahwa posisi Haibara Ai didegradasi secara drastis dari rekan <i>a.k.a partner</i> ke tukang obat <i>at your convenience</i>. Bedebah. Tentu saja, Ai nggak kasih. <i>Good girl</i>. Jangan mau diperalat seenaknya demi agenda pacaran Shinichi! Di perjalanan pulang dari rumah <b>Profesor Agasa Hiroshi</b> sambil bersungut-sungut, Conan malah bertemu <b>Kaito Kid</b> yang menyamar sebagai Ran, dan diculik.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bangun-bangun udah di Singapura aja.</div>
<div style="text-align: justify;">
Di dalam sebuah koper besar yang terbuka di tengah-tengah ruang publik.</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Lengkap dengan kulit sekujur tubuh mendadak jadi item keling.</b> <i>I shit you not.</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><br /></i></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgApHJ9GcsowH1RxuX6EcmdmzBOWNYrc9PlGkZ9ZPUkP7xBko6axDePID7qztKbN6kOBHlqETIKzwEFILhfrvXIL9oN6NhtTI-vQuMAbPcglWMrJRy6IdhXuPlJxJmLb9loWxJnFxwTPsw/s1600/conan1.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" height="358" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgApHJ9GcsowH1RxuX6EcmdmzBOWNYrc9PlGkZ9ZPUkP7xBko6axDePID7qztKbN6kOBHlqETIKzwEFILhfrvXIL9oN6NhtTI-vQuMAbPcglWMrJRy6IdhXuPlJxJmLb9loWxJnFxwTPsw/s640/conan1.png" width="640" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhfvN4BzRKbRG6Wi1BKa9VWN6oiKNxmk5NXyHPYU8e0sP3KyDGXFGtBWLyrQ6RyY2DWSSSrqD4VF9P4m-pvlmHGNZ6czhGIXyZp6jMJtzZ8jAcWC1jwJRYb9Npq5akZ2ClBuqUgGF6SzXw/s1600/conan3.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" height="358" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhfvN4BzRKbRG6Wi1BKa9VWN6oiKNxmk5NXyHPYU8e0sP3KyDGXFGtBWLyrQ6RyY2DWSSSrqD4VF9P4m-pvlmHGNZ6czhGIXyZp6jMJtzZ8jAcWC1jwJRYb9Npq5akZ2ClBuqUgGF6SzXw/s640/conan3.png" width="640" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;">Emejinggg.</span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
KALIAN MEREMEHKAN CHANGI, YHA. MEREMEHKAN KEAMANAN BANDARA INTERNASIONAL? "Ya udah nanti kamu diselundupin aja masuk koper" adalah guyonan lawas yang sering dilontarkan saat ada orang ingin ikut bepergian jauh namun tak mampu, tapi saya tidak menyangka akan diamini film ini. Tatkala <b>Kuroba Kaito</b> alias Kaito Kid berargumen, menjelaskan kecanggihan dan kemutakhiran koper yang sanggup ngebawa Conan masuk Singapura, saya tidak bisa menahan geli. Mampu kasih suplai oksigen sampai 24 jam? Kebal <i>scan X-ray</i> di gerbang keamanan bandara? Yaelah, gan. Justru bakal dibuka langsung di tempat noh sama petugas.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sepanjang di Singapura, Kaito menyamar sebagai Shinichi―pilihan bijak, sebab pada dasarnya muka mereka berdua sama―dan Conan harus sok ngaku-ngaku sebagai bocah lokal Singapura keturunan Jepang bernama <b>Arthur Hirai</b> yang ditinggal orang tuanya sehingga hidup sendirian. Iyain aja deh. Toh semua karakter di sana juga percaya-percaya wae. Saya mah kagak. Penduduk Singapura yang berkulit sawo matang bukannya biasanya keturunan India atau Melayu.. Tim produksi film ini tuh mikir apaaaa? Mereka sangka Singapura isinya kebanyakan siapaaaa? Manusia kecil yang diklaim separo Yaban separo bule gitu mana mungkin gosong. Duh Gusti. <i>It's already hilariously funny and we're just at the beginning</i>.<br />
<br />
Lanjut cerita dari mana lagi, ya.<br />
<br />
Masih inget pembunuhan yang menimpa cici-cici pengacara di paragraf atas? Masalah bermula lantaran ditemukannya kartu bersimbol Kaito Kid di TKP insiden tersebut. Berhubung sejatinya Kaito Kid nggak pernah merasa melakukan itu, makanya dia repot-repot pergi ke negara kecamatan dan ngegondol Conan biar nggak kesusahan menguak misteri seorang diri. Masa udah kena fitnah masih harus berjuang sendokiran. Kasihan atuh. Motivasi Kaito ke Singapura makin besar karena pertandingan karate yang diikuti Kyogoku Makoto ternyata memperebutkan sabuk juara berhias batu safir biru legendaris seharga dunia-akhirat. Mana mungkin dia nggak tertarik kan?<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" height="358" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjbNCp0u0EO_HGEu-Bk4R7LfNQssOc6QanpwUOiQ4Y6111y59XUJSpwRnvADdLPG0uPdR9X3EB6uydMnk-O_wyQRu53wlpQY5FTRHy4CymcN_VaIvdxC_IA7yYPawV_GepS7u82XBRjpYc/s640/conan4.png" width="640" /></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;">Makanya lain kali bikin <i>trademark icon</i> yang gak gampang ditiru orang</span></div>
<br />
Conan dan Kaito pun bekerja sama. Berkenalan dengan sesosok polisi lokal berpangkat sepele ceremende yang konon, kalau saya nggak lupa-lupa ingat, mengajukan diri secara sukarela untuk mengusut kasus pembunuhan sekaligus prospek pencurian batu safir oleh Kaito Kid. Namanya? <b>Rishi Ramanathan</b>. Gak ngerti sumpah siapa yang sok ngide bikin nama-nama karakter. Sama seperti Conan―eh, maksudnya Arthur―, kulit Rishi item keling sebadan-badan. Sipit juga iya. Bahkan matanya emang merem terus di mayoritas durasi film. Jujur aja penampakan Rishi ibarat anak haram <b>Amuro Tooru</b> dan <b>Okiya Subaru</b>. Hasil percampuradukan yang kualitasnya tidak lulus batas tuntas. Tapi biar desainnya ancur begitu, minimal Rishi banyak berjasa membeberkan semua informasi yang dia ketahui ke Conan, Kaito, serta tentu saja <b>Mouri Kogoro</b>.<br />
<br />
Ternyata selain koaya roaya bermandikan harta, Leon Lowe juga anggota kepolisian Singapura. Khususnya sebagai ahli psikologi kriminal. Sabuk turnamen karate berada dalam pengawasan dia, dan bak <b>Suzuki Jirokichi</b>, Leon mengandalkan teknologi supercanggih yang seolah gak peduli berapa duit pas bikin sistemnya demi ngejagain batu permata dari tangan Kaito Kid. Saking ampuh dan cerdiknya perangkap Leon, Kaito nyaris terbunuh. Untung bisa kabur.<br />
<br />
Semua tampak oke-oke aja.<br />
Sampai Kaito dicegat Kyogoku Makoto yang <i>mak jegagik</i> nongol di pelataran gedung. Lari menyeruak dari balik kabut dan asap biar makin dramatis.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" height="358" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi49OxTPU5_MdUoyED7jdGVFyhtH02qrGeMgXgKYfIxYPR8QurjXRt5MBD9O_zAzdmbciZSxGh8eI4PfVImJMdXKsykehrnpjBefoSQY6hk5O_HUNXFZbteGUEkpshklkdXFqWmYgl6uIU/s640/conan6.png" width="640" /></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="686" data-original-width="1200" height="364" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhKFxaYBFVci5uwLXSMMIJ7TFgHDyTYI-2eGI3anqyxnO5l6NHL2QKduYVMHqoz2acAKwPwmMKvFOuwEov654jfDdty_8PR5PeOblv5uCsmzvOyJSZvDnUDKsvHZ3hX2lvxW7j370BYIYI/s640/hmm.jpg" width="640" /></div>
<br />
Sungguh strategi brilian, Pak Leon. Buat apa mengerahkan pengawasan polisi profesional dan ngabisin anggaran kalau tersedia bocah SMA <i>overpowered</i> yang secara sukarela bisa direkrut jadi tukang pukul? Cerdas. <i>Groundbreaking</i>. Saya salut!<br />
<br />
Jiper dong Kaito pas lihat siapa lawan yang nongol di depannya. Kyogoku Makoto kan pokoknya dewa banget. Nggak pernah kalah di 400 pertandingan. Semua orang yang kepapar tinju saktinya langsung mental dalam sekali hantam. Terbang. Bagai anai-anai bertebaran. Detik-detik menjelang gepeng kena bogem mentah, nasib Kaito diselamatkan oleh benda bulat misterius yang berekor kayak <strike>sperma</strike> komet dan bercahaya terang yang melesat secepat kilat ke arah Makoto. Ulangi: BENDA BULAT. BERCAHAYA TERANG. MELESAT CEPAT. YANG LANTAS DITINJU MAKOTO SAMPAI PECAH BERANTAKAN.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="576" data-original-width="1024" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtDgTQdh3u56rKh2X4AwsUOu6UxMWb3NjUC9Gqaqcvub_IEFfpv1RXQEaUYjIceK6Zng46WpqW_derMEuZZWOg0UTKRWlGUbXrwu-ZoWbZnKYlR947G39396JG9yARjABVsWaHfavNaDY/s640/hmm.jpg" width="640" /></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" height="358" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjLZMQCgcj3eSnx1dNOyFgiH_SFEl78tU_XplY9-13Jkm-lEcIcSsxpCBDdm5kyVOszinrAYqDyRkN51Ja4EADnrhNrDR-lHl6XsJ10tXek6c0zE_oT0FchPZJweSqwT6BbFni0nBKNELM/s640/conan1.png" width="640" /></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" height="358" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhKFOsVoFr6Ezc7Imrg9v1b8bPXgdVUh1zQaDAKjAsfM-FpDsCVe8E6PSrvLuWQkpOP3_5b8t7o5X9A2-zEyVBmJoQVPnFKxgfBFgAdM4D-Ck-tBxE0MBUl9Q__XVYLqP_g3BXlGyjSlzM/s640/conan7.png" width="640" /></div>
<br />
Pada titik ini saya mengalami kesulitan bernapas. Kebanyakan terkekeh. Usut punya usut, benda bercahaya itu cuma bola sepak yang ditendang Conan dari atap bangunan di dekat TKP. Khan maen. Udah macem tendangan-tendangan khas komik Kapten Tsubasa. Namun seolah tidak mau kalah sangar, sepanjang durasi film ini penonton disuguhi kedahsyatan demi kedahsyatan karateka remaja yang terbukti sanggup mengalahkan Thanos dan Avengers sekaligus―minimal di <i>box office</i>.<br />
<br />
<ul>
<li>Kyogoku Makoto menghajar segerombolan preman Singapura? <i><b>Checked</b></i>.</li>
<li>Kyogoku Makoto menghantam bola bercahaya hingga berkeping-keping? <i><b>Checked</b></i>.</li>
<li>Kyogoku Makoto berlari di tembok layaknya ninja? <i><b>Checked</b></i>.</li>
<li>Kyogoku Makoto berantem sampai menimbulkan kepulan debu? <i><b>Checked</b></i>.</li>
<li>KYOGOKU MAKOTO BISA MENGELUARKAN TINJU BERCAHAYA SAAT PERTARUNGAN PUNCAK????<i> <b>CHECKED</b></i>.</li>
</ul>
<br />
Widihhhh. Kacoooooo. Berasa nonton <i>Prince of Tennis</i> atau <i>Dragon Ball</i>, dah. Akan tetapi segala keajaiban ini bisa dimaklumi semuanya tanpa terkecuali karena <b>ada kata 'Goku' dalam 'Kyogoku'</b>. Saya ingatkan sekali lagi: ADA KATA 'GOKU' DALAM 'KYOGOKU'.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="320" data-original-width="620" height="330" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjDDnY10zB-Teuvm4iy-SKj5l7U8SV9y2HBdner_d5zSgpYcYlvrUm_rwJolwM_xYBBE0Ye4JTFnDk4u2coRfcesv8aiq63bG9RwOvqRHBxYgSkytX0cJtsK3dKTtqms4FIfZv4ONRzvIA/s640/Goku.jpg" width="640" /></div>
<br />
Leon Lowe yang sejak awal diposisikan seolah sebagai tokoh antagonis, penjahat, sekaligus otak di balik segala kekisruhan dan kerusuhan yang terjadi, ternyata memang demikian adanya. Jangan senang dulu. Penulis skenario <i>Konjou no Fist</i> tampaknya sama-sama terobsesi dengan <i>plot twist</i>, layaknya banyak penonton film bioskop di Indonesia, sehingga pada sepertiga―atau seperempat?―akhir cerita, dimunculin tuh sosok serigala berbulu domba dan bumbu pengkhianatan. Siapa lagi biang keroknya kalau bukan <strike>anak haram Amuro Tooru-Okiya Subaru</strike> Rishi Ramanathan sang polisi <i>random</i>. Mata yang sejak awal cuma digambar segaris alias sipit pun mendadak melek. Melotot lebar saat Rishi memaparkan <i>backstory </i>tragis penyebab dia punya tujuan balas dendam.<br />
<br />
Terus terang, ceritanya panjang dan kusut banget. Bahkan ada kandidat juara turnamen yang motivasi untuk duel versus Makoto begitu besar, hingga mau-mau aja direkrut penjahat. Wow. Benar-benar suatu tekad tak tergoyahkan. <i><b>Nothing makes sense here, and yet the movie desperately and pathetically try to convince and explain that there is a logical sense in everything, which makes the movie maneuvering sharply from a (hopefully) suspenseful, serious, and mysterious story to something </b></i><i><b>ridiculous and very much full-on comedy</b></i>. Apakah ceritanya bagus? Nggak. Jelek banget, malah. Apakah menghibur? Suangattt. <i>Infinity level out of ten</i>.<br />
<br />
Seperti ekspektasi awal saya: <b>Marina Bay Sands remuk redam.</b> GARA-GARA DIRUDAL BAJAK LAUT. Plus, nyaris ditubruk kapal <i>tanker </i>nyasar. Saya jadi paham alasan iklan turisme Singapura ikut ditayangkan bersama film ini. Demi menyakinkan calon pengunjung bahwa kondisi negara kecamatan tersebut nggak seabsurd apa yang ditunjukkan di layar lebar.<br />
<br />
<i>Since there's only one truth, I will make my confession: I had a fair share of laughter, <strike>Edogawa Conan</strike> Arthur Hirai. </i><i>Thanks a bunch from your veteran fan. It's been long overdue that you give me an appreciation badge for sticking up all these years. Through your shitty moment to your shittier ones.</i><br />
<br />
<div style="text-align: right;">
<span style="background-color: white; color: #3b3b3b; font-family: "mistral"; font-size: 38px;">z. d. imama</span></div>
<br />
<i>My other posts in '<b>A very spoilery review</b>' series:</i><br />
<div style="text-align: right;">
</div>
<ol>
<li style="text-align: justify;"><a href="https://adecembergirl.blogspot.com/2017/02/a-very-spoilery-review-of-resident-evil.html"><i>Resident Evil: The Final Chapter</i></a></li>
<li style="text-align: justify;"><i><a href="https://adecembergirl.blogspot.com/2018/02/the-death-cure.html">The Maze Runner: The Death Cure</a></i></li>
</ol>
</div>
</div>
z. imamahttp://www.blogger.com/profile/16300911470774364068noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-5262709017274263039.post-49080757950854746262019-07-06T16:35:00.001+09:002019-07-06T16:54:10.654+09:00Praise the lords and stream Utada Hikaru's "Laughter in the Dark" Tour 2018 on Netflix<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="576" data-original-width="1024" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEix-EeUD0W-YQaPu14K8M1UytBPL_A_oeom0_cpjV5XutlM1zgvXGVw4_W7hw2cuKCldwQtgTvqPDPv7MTzSvmmeH5CmBXS5u97ESmIU4j3xbsRIjPKcmuG3zhF5ozKK9mYxVg9tlw7Z3o/s640/hikki1.jpg" width="640" /></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Jika diibaratkan menggunakan istilah-istilah romansa andalan akun-akun media sosial yang model guyonannya mentok di <i>'Falling in love with people you can't have'</i> doang, <b>Utada Hikaru bagaikan sesosok mantan gebetan sejak bertahun-tahun silam yang saya naksir berat tapi orangnya demen ilang-ilangan</b>. Nongol tanpa pengumuman, lenyap tanpa pamitan. Tiba-tiba aja ngontak ngajak ketemuan. Tetapi kenangan-kenangan yang muncul dari perjumpaan langka kami selalu manis. Selalu indah. Selalu berkesan. Selalu tidak bisa dilupakan. Sehingga meski saya tidak berani banyak berharap apalagi menuntut, setiap waktu, setiap kali, saya bakal otomatis mengiyakan dan menyambut penuh semangat sesi-sesi langka 'reunian dengan mantan gebetan' ini. Saya tahu apa yang akan diperoleh: kebahagiaan sesaat yang bisa diingat-ingat selamanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b>Utada Hikaru is a seasonal artist</b>, if we insist to describe her</i>. <i>She doesn't seem to love basking herself in the glorious spotlight and fame. She releases music because it's what she's good at. It's what she loves doing. And because she cares deeply about her music that she becomes her own self's harshest critic. She doesn't put out stuffs she doesn't accept or acknowledge, to say the least. And that explains the rareness of her tours. That also explains the lengthy in-between periods. When other pop artists in Japan tend to pull out album once a year, or at least three singles in a year only to stay relevant in the ever-changing business, Utada Hikaru's shortest gap is about two years apart</i>.<i> Yeah. <b>Wanna stan Utada Hikaru? Be patient. Be less demanding for a release. </b>That's the only two things you need to possess</i>.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bicara tentang tur jarang-jarang, <b><i>Laughter in the Dark </i></b><b><i>Tour 2018</i></b>―yang entah bermodal kekuatan ilmu hitam apa bisa tersedia di <i>streaming service</i> seakbar Netflix―merupakan tur Utada Hikaru di Jepang setelah jeda 12 tahun. DUA BELAS TAHUN. Anjeng. Berbarengan dengan perayaan <i>debut anniversary</i>-nya ke dua puluh, pula. Kebayang nggak? Sepanjang dua puluh tahun berkarir di dunia musik, Hikaru―yang juga akrab disapa 'Hikki'―secara aktif bikin tur keliling Jepang hanya delapan tahun perdana. Kemudian vakum selama periode yang durasinya setara dengan mengenyam tuntas pendidikan SD - SMP - SMA. Gile.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="550" data-original-width="810" height="434" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijpYNTKvJxTu4DQh8eMevAhp_y5u5-VLfl-XvovCerva8zHUB4c19HnlfI2W9hpWVsubbfx6hFH309FNlt7z4s941fT4UqsStmb13leZ98I0XxAvbgQED3K6RA2M5ySRlYpBpy-D-PgBI/s640/hikki2.png" width="640" /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Terus terang saya tidak berekspektasi aneh-aneh sebelum menekan tombol <i>play </i>di Netflix. Bukan kemarin sore saya kejeblos <i>fandom </i>mbak yang satu ini. Saya tahu. <i><b>This is THE Utada Hikaru, a reluctant megastar, a songstress who relies at nothing else but her music and singing</b></i>. Besar kemungkinan bahwa dia hanya akan berdiri di panggung, mentok jalan-jalan dikit, dan bernyanyi. <i>No gimmicks, no theatrical acts, no excessive backdancers</i>. Bahkan konser dimulai tanpa video pembuka atau gestur macam-macam. Cukup Utada Hikaru muncul ke tengah-tengah panggung dalam keheningan yang seketika berubah jadi gemuruh sorak dan tepuk tangan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<h3>
*<b>あなた </b><i>(Anata) <b>starts playing</b></i>*</h3>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>OH HOLY HELL</i>. Saya bersujud. Takluk. Tunduk. Menyerahkan jiwa dan segenap rasa. Konon katanya, masyarakat Jepang memiliki ribuan dewa dalam kehidupan sehari-hari mereka. Salah satu dari dewa-dewa itu pasti adalah Utada Hikaru. Yakin. Kekhawatiran awal saya tentang apakah konser ini hanya akan tampak biasa-biasa saja lantaran Hikki nggak bakalan ngapa-ngapain selain berdiri dan nyanyi, seketika dipatahkan oleh videografi dan <i>camera works</i> yang sungguh bikin kepengin berdzikir. <i>The color scheme of lighting in each song, the visual presentation, the delicate extreme close-up shots... I'm dead</i>. <i>Even the shot towards the audience is frigging breathtaking and so aesthetically pleasing</i>. <i>Just one minute since concert video starts and I'm this shook</i>. <i><b>My wig: snatched</b></i>.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="315" data-original-width="560" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjgj020ZWOiwmD_EicI3lDUHeReLcmsAO2v-PgPHLiB0kipLnVE9gw7WePznsDfiSCZZLDSHLqZZDsC7fb6_92bSa6tgS85VzGUB7z7I18ZVz7KLWqWgxxMmpIr4_KvmeVnPhW4Icfgie8/s640/hikki4.jpg" width="640" /></div>
<div style="text-align: center;">
<i><span style="font-size: x-small;">For a calm-and-collected crowd of solo female singer, they are very much hyped and cheerful.</span></i></div>
<div style="text-align: center;">
<i><span style="font-size: x-small;"><br /></span></i></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="550" data-original-width="810" height="434" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg74_nrxZVLyTP423NoPkm4OK_3ONgRjhjLRW2KOAdUdf9n0nDCEf8YLnikWaTz-6P679KDbs6FRlYokOjJa6ULoTT8Yu55JKR6P3t2AOwKrHHcq_fZopVclqnov3EvNaDEiAtbaOrC6d4/s640/hikki1.png" width="640" /></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;"><i>Masha Allah I cannot</i>―udah boleh mimisan belum sih???</span><br />
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="550" data-original-width="810" height="434" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgI4DfL6rVdcYHDAKLsKv1Zsbxa7bR5Cb5GLDegBe36wr0zDWzggU118F9asft2eTAeJ_ioFJcsC4OQH9jPWjRHJHbsRj2nSD6QpRzghxjkPLnwDLcJReSxvkFJCH7seBfA2440G5PwAls/s640/hikki3.png" width="640" /></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;"><i>I ain't kidding nobody when I say this concert looks gorgeous and fucking classy</i>.</span></div>
<br />
<i><b>Laughter in the Dark is heavenly to listen to.</b> You know this. We know this</i>.<i> It's the most natural thing ever</i>. Konser Utada Hikaru tidak pernah sekadar memberikan pengalaman "Oh gini ya kalau denger versi non-studio", melainkan hampir selalu menghadirkan sesuatu yang baru lewat aransemen ulang. Adaaaaaa aja yang di-<i>tweak</i>. Transisi dari satu lagu ke lagu lainnya pun amat sangat tidak diduga. Pernah nyangka nggak bahwasanya <b><i>traveling</i> </b>bisa disambung sedemikian mulus dan tanpa cela ke <b><i>COLORS</i></b>? Kagak, kan? Ya sama. Saya juga. <i>But that shit happened. Bitch made that happen</i>.<br />
<br />
Selepas <i>COLORS</i>, ada sesi MC sejenak yang diisi obrolan ringan dan pesan-pesan tentang tata tertib menonton konser. Terutama bagi yang merekam atau memotret dengan ponsel. <i><b>Trivia: all the English sub in this Netflix streaming are done by Utada Hikaru herself</b></i>. <i><a href="https://twitter.com/utadahikaru/status/1143822022251819009">She stated in her tweet</a> that she changed and re-phrased some bits to suit the nature and impression left by foreign language</i>. Seru banget nggak, sih? <i>Utada Hikaru really, really takes matters into her own hands</i>. Jadi makin sayang.<br />
<br />
Kemudian <i><b>Prisoner of Love</b></i> mengalun dan saya ambyar. Hancur berantakan. Porak-poranda. <i>I GOT FREAKING GOOSEBUMPS Y'ALL</i>. Di hadapan layar laptop, saya mengangkat kedua lengan, mengayunkannya di udara dengan segenap perasaan sembari menahan air mata. Utada Hikaru seolah tidak menyanyi.<i> She breathes the song to life</i>. <i>And if this track is not on the top level of your most potent </i>lagu bucin internasional<i> then I'm so sorry to announce that you've been sorting your playlist wrong. So wrong</i>.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgiaZskE2hFdIM3wLG3qpeKLlauZgabV2oSPwE2Kzb4StblQkCpggr17f6Y0cbhUztIiyyF0pI1DKQI44cDQpKLPlOTKYVynAMm2qkMPVm48xAbZNfaMCBPo5DqNXJ0p_gaJJ92rZ-4VfQ/s640/hikki3.jpg" width="640" /></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="550" data-original-width="810" height="434" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgVtMrFxXuJ7qbp7HZYODCC1tyRqHHbtfU5Pw2kbvyP5K0iwuowqcpCsus2zsvllNwU2BO_ruQKOuw_ctKQBXWXMuONOxhEXjV-6QyHJ5_O6_nYF_iNckUBrEUj0mRZtcM6Y4GgmEJMI3U/s640/hikki3.png" width="640" /></div>
<br />
Setelah keceriaan sekaligus kecentilan <i><b>Kiss & Cry</b></i>, transisi ke <b>SAKURAドロップス</b> <i>(Sakura drops)</i> cukup mengejutkan. Sejak awal lagu hingga pertengahan, tidak terasa ada perbedaan berarti dengan aransemennya. Standar lah. Mirip-mirip versi studio CD. <i>However, bitch didn't run out of tricks and would never let me down</i>. Pada <i>refrain </i>menuju penghujung lagu, mendadak Utada Hikaru menghampiri <i>keyboard </i>nganggur di atas panggung dan secara langsung menambahkan sendiri unsur <i>synth</i> ala 80-an. Kampreeeeeeeeetttttttt. Hal yang sama terjadi ketika Hikki membawakan <i><b>Too Proud</b></i> beberapa lagu kemudian. <i>All was well and without warning, Queentada Slaykaru started rapping</i>. Saya konslet seketika. Refleks jemari saya menekan tombol <i>pause</i>. <i>Do I need at least one rap single from this bitch? Do I? Yes, I most likely do.</i> <i>But will she bless us with one? That is a completely different matter</i>.<br />
<br />
Penggemar gim <i>Kingdom Heart</i> dimanjakan dengan <b>光</b><i> (Hikari)</i> versi orkestra. Saya lagi-lagi harus mengepel hati yang <i>babak bundhas</i>, remuk berserakan di lantai gara-gara <i>medley <b>Forevermore</b>, <b>First Love</b>,</i> dan <b>初恋</b> <i>(Hatsukoi)</i> digeber pada pertengahan konser tanpa kenal ampun. Mendengarkan Hikki nyanyi <i>First Love</i> terkesan <i>surreal. Her voice changed. Her techniques has matured. How she carries the song also changed.</i> Utada Hikaru adalah tipe musisi yang tidak pernah memaksakan diri untuk masuk ke dalam imej awal sebuah lagu lamanya, namun justru mengubah dan menyesuaikan lagu tersebut dengan kondiri dirinya saat ini. <i>First Love is always a good track, but I personally think Laughter in the Dark version is far more enchanting</i>.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="439" data-original-width="660" height="424" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiBuVRxcUzaFggBOXmc348pWzQCYkcL9FoBVpVKxklJB6ExeJeeDfFkpPR9W12jExxPCCb6jmEz7Csfg7kl66EzH9Rj5thCtpdvw8RmeYH4zrysLH5Kh3dG76MgKyE1wR039XfEZryC_10/s640/hikki5.jpg" width="640" /></div>
<br />
<i>Now, everyone. <b><u>Praise the lords and stream Utada Hikaru's "Laughter in the Dark" Tour 2018 on Netflix.</u></b> It will be two and a half hours of joy, of eargasm, of good music and pleasing visuals</i>. <b><i>It feels both grand and intimate</i>.</b> <i>Raw and real</i>. <i>Full of heart and honesty</i>. Sesi MC membahas banyak hal-hal personal dan pengakuan-pengakuan sederhana tentang bagaimana Utada Hikaru hidup. Bertebaran celah-celah kecil untuk mengintip bagaimana sebenarnya sosok perempuan yang kayaknya hingga detik ini masih nggak cukup menyadari seberapa besar dampak karyanya. Seberapa kuat keberadaannya. <i>She still looks as if she's unsure. As if she's still trying to make sense of things. And I deeply love her for that</i>.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="550" data-original-width="810" height="434" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1LGAMNpq26Oz8U0F_T_0lG6Nvpj0eeRDds7kYD6vXWwwID_kyU6rPX3fRtvnZYKg9ybLCDyXNTpGle4XeaMiITeliew14ySTv-403M50WZPTr2G6H23dRf4jwDNSinV2qxOR8j0mqL-Q/s640/hikki1.png" width="640" /></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="720" data-original-width="1280" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjs2w4fzmD_n2wA9_crWCntEPn8tI5CYKuGJZbFCVyiXcNONzaWtquQ45hTzjLZe2qx-D2Z_sqkOgXB7Zy8Waq-a3ysPb9yrfhyphenhyphen5M35NrB_YtxExkxMFssQEtHtHhNnlDkmGksJo0HiVu4/s640/hikki2.jpg" width="640" /></div>
<br />
Utada Hikaru melangkah keluar panggung tanpa gestur berlebihan. <b><i>She just.. walked away. No smoke, no fireworks, no confetti, nothing</i>. <i>She never makes promises.</i></b> Tidak ada yang tahu―bahkan mungkin termasuk Utada Hikaru sendiri―kapan tur berikutnya digelar, atau malah jangan-jangan <i>Laughter in the Dark Tour 2018</i> ini akan jadi yang terakhir. Ritme rilisan-rilisan musik dari Hikki adalah misteri akbar yang Sherlock Holmes nggak bakalan sanggup memecahkan.<br />
<br />
<i>Setlist </i>lengkap <b><i>"</i></b><i><b>Laughter in the Dark" Tour 2018</b></i>:<br />
<br />
<ul>
<li>M1. <b>あなた </b><i>(Anata)</i></li>
<li>M2. <b>道 </b><i>(Michi)</i></li>
<li>M3. <b>traveling</b></li>
<li>M4. <b>COLORS</b></li>
<li>M5. <b>Prisoner of Love</b></li>
<li>M6. <b>Kiss & Cry</b></li>
<li>M7. <b>SAKURAドロップス</b> <i>(Sakura drops)</i></li>
<li>M8. <b>光</b><i> (Hikari)</i></li>
<li>M9. <b>ともだち </b><i>(Tomodachi)</i></li>
<li>M10. <b>Too Proud</b></li>
<li>M11. <b>誓い</b> <i>(Chikai)</i></li>
<li>M12. <b>真夏の通り雨 </b><i>(Manatsu no Tooriame)</i></li>
<li>M13. <b>花束を君に</b> <i>(Hanataba wo Kimi ni)</i></li>
<li>M14. <b>Forevermore</b></li>
<li>M15. <b>First Love</b></li>
<li>M16. <b>初恋 </b><i>(Hatsukoi)</i></li>
<li>M17. <b>Play A Love Song</b></li>
<li><i><b>Encore:</b></i> M18. <b>俺の彼女</b><i> (Ore no Kanojo)</i></li>
<li><i><b>Encore: </b></i>M19. <b>Automatic</b></li>
<li><i><b>Encore:</b></i> M20. <b>Goodbye Happiness</b></li>
</ul>
<br />
Saya paham betul bahwa saat ini lapak Spotify tidak menyediakan audio <i>Laughter in the Dark Tour 2018</i>―kalau lapak iTunes sudah nangkring―, tapi jika ada di antara kalian yang ingin membandingkan nuansa lagu-lagu di konser dengan studio CD, tak perlu ragu-ragu dan silakan disimak <i>playlist</i> berikut ini:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: center;">
<iframe allow="encrypted-media" allowtransparency="true" frameborder="0" height="380" src="https://open.spotify.com/embed/playlist/0Zb9gJ9pH1ihE96Ep3bBA9" width="640"></iframe></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Agak merasa ada yang kurang dengan tidak dimasukkannya <i><b>Beautiful World</b></i> maupun <b>桜流し</b> <i>(Sakura nagashi)</i> dalam <i>setlist</i>. Nggak apa-apa. Kekecewaan seremeh ini masih bisa ditahan pakai banget. Kebebasan mutlak berlaku bagi mbak Utada Hikaru, mantan gebetan kesayangan saya. <i>Please just live happily and craft musics in happiness</i>.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: right;">
<span style="background-color: white; color: #3b3b3b; font-family: "mistral"; font-size: 38px;">z. d. imama</span></div>
z. imamahttp://www.blogger.com/profile/16300911470774364068noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5262709017274263039.post-7404830047248440832019-06-30T17:44:00.001+09:002019-07-02T11:32:43.918+09:00[ALEXANDROS] Sleepless in Jakarta 2019: a post-concert high<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="558" data-original-width="678" height="524" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQ9Z3TRVeqNtgWURQawqtJr-5QGr3B7N3qK7QFj6p-krHymE5uancmsRCnTMwADugO4sHSsFcbtmyIyRK6KOMfsr5Njbjpz8hyphenhyphen-zGrTUW9b8ZQUvc4XSfEAlFV1mJwM-au2FJFqo9Upis/s640/alxd.jpg" width="640" /></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<i>If I imagine a middle-upper tier of Japanese rock band to make their own gig here, to include Jakarta as one of their tour destinations, [ALEXANDROS] was not what I'd put in the list.</i> <i>Really</i>. Nggak terbayang sama sekali kota ini bakal mereka lirik. <i>Man, I was wrong. And I'm so glad that I'm wrong</i>. Kehadiran [ALEXANDROS] memang nggak disangka-sangka. Malah, jika boleh jujur neh, ketika mereka terkonfirmasi jelas bakal datang pun informasi tidak terlalu terdengar menyebar luas. Woro-woro sangat minim. Promosi dan <i>sounding </i>acara di media sosial antara ada dan tiada. Rada-rada mengingatkan akan naasnya <b>Nakama Festival</b> yang menghadirkan <i><b>Do As Infinity</b></i> pada September 2017 silam, yang bikin saya baper habis-habisan saking sepinya lokasi sebagaimana dikisahkan di tulisan <a href="https://adecembergirl.blogspot.com/2017/09/do-as-infinity.html">sebelah sini</a>. Sumpah sempat ketar-ketir memikirkan nasib konser tunggal perdana [ALEXANDROS] di Jakarta―mereka pernah ke sini sebelumnya, sekitar tahun 2015, tapi kalau nggak salah waktu itu bareng VAMPS dan Tokyo Ska Paradise―karena nggak sampai hati aja ngebayangin <b>Kawakami Yoohei</b> dan kawan-kawannya ngeliat kerumunan minim dari atas panggung. <i>Hype </i>yang suam-suam kuku bercampur kegirangan pribadi lantaran disamperin idola tanpa harus bela-belain ngejar bermodal paspor, berhasil membulatkan tekad saya untuk beli tiket tanpa kebanyakan pikir panjang.<br />
<br />
<i>Take my money, guys. Take it.</i><br />
<i>NYOH. NYOOOOOOOOOOOOOOOHH!!!</i><br />
<br />
<i>Anyway</i>. Saya awalnya mau <i>single fighter</i> aja gitu. Siap-siap sendiri. Berangkat sendiri. Heboh sendiri. Jejingkrakan sendiri. Eh ternyata di TKP malah dapet rombongan. Memang acara beginian tuh secara nyata membangun persaudaraan.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="515" data-original-width="1600" height="206" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQDEnebGcrZZzt_0rGqP9o12PCu_cWuVog2uRldlSjQB-EqNweXwjmYO7V-OYoZqttexsVe_vEL93G0qae9ojYF04MQk6jh5qeW_iErt_9UGY4q-KFQvwInUJz0QLCfTRAOMl8mCcHpEA/s640/IMG_20190629_001928.jpg" width="640" /></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;"><i>LED banner</i> di lantai dasar iNews Tower, lengkap dengan cuplikan video iklan tur. Keren anjir.</span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="1029" data-original-width="1600" height="410" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjP8yt2rHSHTuwRCkPfCbxGdW-CKHLvbaaSmb41SkBHH71kr6M9iBq51oiuxhJvlMeQpfcdPJvOL5PEGPj5XznNw7BTONb_s9TTs9-QncF_sJpXwMB3YCBzfjMOKTob92kDqQg27bezuN4/s640/IMG_20190629_001809.jpg" width="640" /></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;">Pasukan <i>single fighter</i> yang ujung-ujungnya berserikat. (Muka saya gak peyang, minus lensanya banyak aja)</span></div>
<br />
Konser [ALEXANDROS] <i>Sleepless in Jakarta</i> digelar hari <b>Jumat</b> malam, tanggal <b>28 Juni 2019</b> di <b>MNC Conference Hall, iNews Tower</b>. Bukan tempat yang sering saya sambangi. Untung deket sama stasiun Gondangdia. Seenggaknya lumayan gampang dicari. Ngomong-ngomong, sejak pagi tuh saya udah dilanda dilema rutin tiap kali hendak nonton suatu pertunjukan bersistem <i>all-standing</i>: <b>pakai sepatu apa?</b> Mau ambil <i>sneakers, flat shoes</i>, atau segala jenis alas kaki yang punya sol rata? Hm. Saya pendek. Mau pakai <i>platform shoes, high-heeled</i>, bermacam alas kaki dengan pengganjal sol tambahan? Pegel. Jadi, lebih pilih mana? Pendek atau pegel?<br />
<br />
Saya memilih pegel.<br />
<i>And it was one of a few best-deserved endure all my life</i>.<br />
<br />
<i>The stage was so close. SO. CLOSE.</i> Apalagi kebetulan―<i>thank you ya Rabb</i>―saya berhasil dapat tempat di baris kedua dari pagar pembatas yang menandai ruang kecil depan panggung untuk staf dan kameramen mondar-mandir. Setiap personel kelihatan jelas banget. Banget, banget. Lebih intens dan terasa privat dibanding teater grup idol lokal Jakarta yang sodaraan dengan Jepang itu. Dari titik saya berdiri, rasanya cuma kayak nonton panggung gembira festival tujuhbelasan di gedung serbaguna desa. Atau katakanlah, panggung pentas seni SMP. Bedanya yang nampil [ALEXANDROS]. Menang banyak.<br />
<br />
Penonton diarahkan memasuki ruangan tepat pukul 19:00. Mobilisasi serta <i>sound check</i> final berakhir sekitar jam 19:50, dan penonton yang awalnya sempat duduk-duduk nongkrong sejenak seketika tegak berdiri. Ancang-ancang. Siap siaga. Tidak lama kemudian, pintu di samping panggung terbuka. <b>Kawakami Yoohei</b>, <b>Isobe Hiroyuki</b>, <b>Shirai Masaki</b>, <b>Ib Riad</b> (bule <i>drummer</i> band <a href="https://tvtropes.org/pmwiki/pmwiki.php/Music/BIGMAMA">BIGMAMA</a> berperan selaku pemain sumpelan menggantikan <b>Shomura Satoyasu</b> yang cedera sehingga tidak ikut tur) muncul diiringi sorakan dan teriakan antusias penonton. Sekujur badan saya mulai tremor. <i>I could hear the rush of my blood in my ears</i>.<br />
<br />
<i>The show starts</i>. <i>Holy mother of God</i>.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="542" data-original-width="720" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjoPerqUjZRVG_pRuuoqLyHAir8LmfopUvGosXYw20ra5jnliqb8TFbiO_-SW_33JXlA4wpF1kl9iwAxr3cvVR1RpweNfZsHyvBxwtfrRPsZZ6eOtBMxjADfZwFap7Uia7aov5o-nN1szY/s640/Screenshot_2019-06-29-00-27-01-844_jp.naver.line.android.png" width="640" /></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;"><i>Screenshot </i>dari akun Instagram resmi <a href="https://www.instagram.com/alexandros_official_insta/">[ALEXANDROS]</a></span></div>
<br />
<ul>
<li>M1. <b>LAST MINUTE</b></li>
</ul>
Emang pembuka tur paling afdol tuh lagu ini. <i>Track </i>pertama album terbaru [ALEXANDROS] yang dirilis tahun lalu, <i><b><a href="https://open.spotify.com/album/1PurRP5uIcxByUz3VhjhPN?si=2X4kgJefQfWY0xP4Nn6XNA">Sleepless in Brooklyn</a></b></i>, <i>LAST MINUTE</i> seolah terkesan paradoks karena meski judulnya merujuk ke sebuah akhir, nyatanya dia justru merupakan menit-menit pertama perjumpaan [ALEXANDROS] dengan penggemar mereka pada setiap konser dalam rangkaian tur. <i>Its middle tempo makes this song a very good warming up piece</i>. Penonton dipanasin pelan-pelan sebelum digas pol-polan sesaat lagi. Waktu [ALEXANDROS] ke Indonesia empat tahun silam, saya belum jadi budak korporat sehingga nggak cukup punya modal untuk menyambut musisi favorit yang datang bertamu―dan emang terus terang belum ngefans―, yang artinya konser <i>Sleepless in Jakarta</i> adalah kali perdana saya menyaksikan Yoohei nyanyi di depan mata. <i>NO HOAX, MAN. REAL QUALITY.</i> Belum-belum udah pengin pingsan.<br />
<br />
<ul>
<li>M2. <b>Starrrrrrr</b></li>
</ul>
Sebelum masuk lagu kedua, Yoohei sempat secara singkat memperkenalkan diri sebagai [ALEXANDROS]. Sekaligus mengungkit betapa waktu berlalu cukup lama sejak mereka terakhir nyamperin Indonesia. Lalu tiba-tiba aja <i>intro</i> digeber dan sorakan penonton betul-betul super liar. Fans mana yang nggak seneng coba, baru masuk lagu kedua udah merambah <i>back catalog</i> dan nostalgia hits lawas? Diambil dari album tahun 2013, <b><i><a href="https://open.spotify.com/album/5yuWF28EuLGYQ3dtGLjUAC?si=721YU6UyTommQ9PTaRwwvg">Me No Do Karate</a></i></b>, tampaknya <i>Starrrrrrr</i> juga dibawakan saat acara <b><a href="https://www.japannight.jp/event/37410?lang=en">Japan Night</a></b> yang menandai kedatangan pertama [ALEXANDROS] ke Jakarta. Serentak semua <i>singalong</i>, dong. <i>"I see a light in darkness, waited for thousand years or less"</i>―KAMI DI SINI NUNGGU EMPAT TAHUN DOANG SIH BANG, GAK NYAMPE SERIBU TAHUN JUGA. <i>So now let's light up all the star!!!</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><br /></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<ul>
<li>M3. <b>Dracula La</b></li>
</ul>
<i>This song is a freaking charmer. Flirty in a cute, adorable, almost shameless way. Another track from back catalog, <b><a href="https://open.spotify.com/album/320EqC5cbWaxVViu3cJUAn?si=3JUCFccFTB-5Bm9Z0vWgVA">ALXD </a></b>album</i>. Pas nyanyi <i>Dracula La</i>, Yoohei goyang-goyang centil gak jelas banget sambil keliling panggung dari kanan ke kiri (tapi gemesin). Suara koor penonton di bagian <i>bridge</i> <i>"Dracula dra dra cula dracula la"</i> kenceng bener kedengerannya. Terartikulasi dengan baik, pula. Nggak belepotan. Asli bangga banget lihat wajah-wajah hepi Yoohei, Hiro, dan Makkun pas mikrofon diarahkan ke kerumunan.<br />
<br />
Sesi MC kedua diselipkan sebentar seusai dentuman drum berakhir. Sekalian nunggu Yoohei ganti gitar. Hm. Firasat saya mengatakan bahwa lagu selanjutnya bakalan mulai keras...<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="539" data-original-width="720" height="478" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi3Vdx8Wtbs5oErdSMDnTqSEG2zJiPeuebZz7h70A52AYrXAEDkgf5DP1o0D26kiURjEWnPtODq8Fkqfpz311Me4cj5zV6OjljF4LOXETHaY_YO63P1hH8seUkbZINNk4Yt-He0zUAt01E/s640/Screenshot_2019-06-29-00-26-22-108_jp.naver.line.android.png" width="640" /></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;">Masih tetep <i>screenshot </i>dari Instagram resmi <a href="https://www.instagram.com/alexandros_official_insta/">[ALEXANDROS]</a></span></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<ul>
<li>M4. <b>I Don't Believe in You</b></li>
</ul>
NAH KAN SAYA BILANG JUGA APA. <i>Time to jump and bang your head and scream in anger all you want.</i> Sebagai salah satu lagu [ALEXANDROS] yang sarat muatan kegelapan, tentu saja <i>I Don't Believe in You</i> mendapat tempat khusus di hati saya. <i>"Yeah my soul is bliiiiiind, that's why I am not scaaaaaaaaared!!!!"</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><br /></i>
<br />
<ul>
<li>M5. <b>Waitress, Waitress!</b></li>
</ul>
Gile. Ini sih kejauhan <i>back catalog</i>-nya. Album <b><i><a href="https://open.spotify.com/album/0Gn4dcgM9T2JbLNlyQEAna?si=YFIC8KIbTVuBJ0xcWVtkIw">Schwarzenegger</a> </i></b>tempat <i>Waitress, Waitress! </i>bernaung dirilis tahun 2012 silam. Artinya, [ALEXANDROS] pun masih menggunakan nama lama mereka dalam bermusik, yakni [Champagne]. Bahkan di Jepang aja mereka terbilang super jarang membawakan <i>Waitress, Waitress!</i> di pertunjukan konser. <i>What an honor it was, getting a rare experience</i>. <i>Waitress, Waitress!</i> terbilang lumayan unik dan berkesan―mohon diingat: ini menurut standar pribadi―gara-gara aransemennya agak-agak bernuansa Timur Tengah. <i>Yep. You read that right</i>. Ada cengkok-cengkok nggak lazim. Ada monolog pula di tengah-tengah lagu. <i>Performed live, it was beyond fun and beautiful at the same time</i>.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ternyata berdasarkan pengamatan pribadi terhadap beberapa fans Jepang yang berdiri tidak jauh dari saya, pas <i>chorus Waitress, Waitress!</i> biasanya penonton mengibas-kibaskan handuk kecil di udara dengan gerakan memutar. Semacam bikin kincir dari handuk gitu lho. Ya udah ngikut aja. Mumpung ada <i>senpai</i> di TKP yang bisa diteladani. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<ul>
<li>M6. <b>Girl A</b> </li>
</ul>
Saya terbelah antara ingin mewek kejer atau menjerit parau ketika <i>intro Girl A </i>yang sangat khas―raungan sejenis sirene yang panjang melengking―membahana di sekujur MNC Conference Hall. <b><i style="text-decoration-line: underline;">Girl A was that important song; the first track that introduced me to [ALEXANDROS]'s music</i>.</b> Ngerti kan gimana rasanya mendengar sebuah lagu yang berjasa menjebloskan kalian ke dalam jurang <i>fandom </i>dibawakan oleh musisi aslinya di hadapan mata kepala sendiri? Luar biasa. <i>Very, very fulfilling. Very, very satisfying. Very, very impressive</i>. </div>
<div style="text-align: justify;">
<i><br /></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>And since this is a song about a girl whom nobody pays attention to or cares about... Let me raise both my arms high and dance through it</i>.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="540" data-original-width="720" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiAdwpsC7_aES-WIHt7CGzWxfY7ArVEEPRipEQ6CkmYA3oSRF_Qx5ODZnI91wuu4kpQq7ybtScZlSVrscFpr08FTnHkVT2e7j2rFbrNdeCfS5Fhqt6z92fgQwXmW7CFMHQY0HfXZ28bhdg/s640/Screenshot_2019-06-29-00-27-30-564_jp.naver.line.android.png" width="640" /></div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;">Hiro, tetap tampak <i>badass </i>meski duduk sepanjang konser lantaran kakinya cedera.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Memasuki <i>chorus</i> penghujung <i>Girl A</i>, kagak ada badai kagak ada geledek, <b>mendadak Yoohei terjun dari panggung dan berdiri persis di depan pagar pembatas</b>. TEPAT DI HADAPAN SAYA. <i>I. COULD. FREAKING. SMELL. HIM.</i> <i>Yaa Rabb. Allahu akbar</i>. Refleks saya mengulurkan tangan dong!!! Menurut ngana??? Saya perlu meyakinkan alam bawah sadar yang panik, kalang-kabut, dan <i>syntax error</i> bahwasanya apa yang saya saksikan detik itu bukanlah sekadar tipuan mata.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ibu. Jari-jari tangan anak perempuan sulungmu ini telah menyentuh dada Kawakami Yoohei. Kurus dan keringetan, namun dia manusia nyata. <i>Flesh and blood 100%</i>. <i>Personally tested, though brief</i>.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<ul>
<li>M7. <b>PARTY IS OVER</b></li>
</ul>
Pendinginan. Habis dipanasin lahir batin dengan tiga lagu sebelumnya, <i>PARTY IS OVER</i> lumayan ampuh sebagai penetralisir. Saya, masih rada-rada ngambang sebagai efek samping dari peristiwa ajaib yang telah dideskripsikan dalam paragraf di atas, senyum-senyum doang sepanjang durasi lagu seraya menggoyang-goyangkan kepala perlahan. Mata terpejam. Kata Yoohei cengar-cengir sehabis nyanyi, <i>"Party is not over yet, don't worry!"</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<ul>
<li>M8. <b>Cat 2</b></li>
</ul>
Semula saya sangka <i>Waitress, Waitress!</i> udah pol lawasnya. <i>I was proven wrong. Cat 2</i>, lagu tentang kucing Yoohei yang nongol di album <i><b><a href="https://open.spotify.com/track/620KT2uyy5Pd9vjaPGdPzH?si=dhQCTCnERRe09BFINqEU_w">I Wanna Go To Hawaii</a></b></i> dan super duper ultra langka digeber di konser-konser tur Jepang dengan enaknya nyelonong masuk <i>setlist Sleepless in Jakarta</i>. Anjiiiir. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<ul>
<li>M9. <b>Kaiju</b></li>
</ul>
<i>AND THEN WE'RE BACK TO SERIOUS HEADBANGING BUSINESS! Yeesssssssss. Kaiju is one of my personal favorite</i>. Album <i><b><a href="https://open.spotify.com/album/0rMrVHGwTYqSkLLbrriDiD?si=ujBGxW07T3SFceyuxA5yug">EXIST!</a></b> </i>memang banyak <i>banger track</i> kece-kece. Selain <i>Kaiju</i>, di sana juga ada <i>Girl A</i> yang dibawakan sebelumnya. Meski biasanya lirik lagu-lagu [ALEXANDROS] bercampur-campur bahasa Jepang dan Inggris, lirik Kaiju <i>full English</i> dari awal hingga akhir. Judulnya doang yang malah bahasa Jepang. </div>
<div style="text-align: justify;">
<i><br /></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"You could ask for more and more, but you gotta be outta the door. You may step into a war it's no dance floor".</i> Sungguh lagu yang tepat untuk disetel pagi-pagi waktu mager berangkat ngantor.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<ul>
<li>M10. <b>Mosquito Bite</b></li>
</ul>
Wibu <i>BLEACH</i> pasti minimal mengenali lagu ini. Bersama dengan <i>MILK</i> dari album <i><b><a href="https://open.spotify.com/album/1PurRP5uIcxByUz3VhjhPN?si=4kWlD1RAQD6F5OfV_n8dhQ">Sleepless in Brooklyn</a></b></i>, <i>Mosquito Bite</i> ketiban sampur sebagai <i>soundtrack</i> film <i>live-action</i> <i>Bleach </i>yang rilis pertengahan tahun 2018 lalu. Tanpa diminta, seisi <i>hall</i> langsung suka rela jadi koor pengiring pada <i>bridge </i>lagu. Lantang betul seruan "Woooooo oooooohhh!!!" macem panggung gembira markas militer. Padahal jumlah orangnya nggak seberapa banyak. Kami semua<i> </i>memang kelewat berapi-api. Yoohei, pada <i>water break</i> sebelum gas ke lagu selanjutnya, dengan penuh keheranan―tapi wajahnya ketara seneng banget―bertanya, "Kalian tuh kok bisa sih hapal lirik lagu-lagu kami??" saking lantang dan jelasnya <i>singalong </i>penonton sepanjang pertunjukan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Yaelah mz. Ini mah abad dua puluh satu. Ada Google, atuh.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhNWFApEAvi6p6hUr5xS9KOEVQjnRFi2p6XnKo_1PZHoirDs1ZRfk9oOprMeJdhPr0jNKX6uVn0Qz6ka80_Yg1zgF2pQBTKsOD7RBSqNJE37pKUlDAYHF0bl2Y7nRFcA7T5cN_uHzwmifo/s1600/Screenshot_2019-06-30-02-19-52-852_mobi.mgeek.TunnyBrowser.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="539" data-original-width="720" height="478" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhNWFApEAvi6p6hUr5xS9KOEVQjnRFi2p6XnKo_1PZHoirDs1ZRfk9oOprMeJdhPr0jNKX6uVn0Qz6ka80_Yg1zgF2pQBTKsOD7RBSqNJE37pKUlDAYHF0bl2Y7nRFcA7T5cN_uHzwmifo/s640/Screenshot_2019-06-30-02-19-52-852_mobi.mgeek.TunnyBrowser.png" width="640" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;">Iya. Ini masih tetep <i>screenshot </i>akun Instagram resmi [ALEXANDROS]</span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="542" data-original-width="720" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjtqoshwuulez-BeokVnvKNzmDJp1X2u8xfEf3_DvxYMrqRHmamQuL-KXsg7Je-KMgIQ7LLy-8sXijmPEdDaVAdZ_s7OHDiUTI6nSwcH8xr0Fl6mcVBiIm6jACc6SQBSOzZD6s4wQ1Xpns/s640/Screenshot_2019-06-29-00-28-05-620_jp.naver.line.android.png" width="640" /></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;">Ib Riad ganteng bener jadi <i>drummer</i>. Hadehhh. (Foto ngembat dari Instagram <a href="https://www.instagram.com/alexandros_official_insta/">[ALEXANDROS]</a> juga)</span></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<ul>
<li>M11. <b>Kick & Spin</b></li>
</ul>
<i>So we got to stay alight, stay alive!</i> Babak lagu angot-angotan sudah berakhir. Meski masih bisa dipakai jejingkrakan heboh, <i>Kick & Spin </i>jauh lebih jinak dibanding beberapa lagu sebelumnya. Seusai <i>Kick & Spin</i>, Yoohei yang berangsur paham kualitas <i>crowd </i>di hadapan mereka, tanpa malu-malu minta bantuan menyanyikan <i>chorus </i>lagu yang akan dimainkan sesaat lagi. "Gue mulai capek nyanyi nih," ujarnya banyak alesan. "Gampang kok liriknya, <i>hello-hello</i> doang".</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<ul>
<li>M12. <b>NEW WALL</b></li>
</ul>
Ini dia lagu yang isi <i>chorus</i>-nya '<i>hello-hello</i> doang'. <i>NEW WALL</i> adalah bukti nyata bahwa <i>Sleepless in Jakarta</i> resmi melangkah ke babak berikutnya. <i>Slow songs zone, here we come!!! Hello, hello, HELLOOOOO!!!! </i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<ul>
<li>M13. <b>明日、また </b><i>(Ashita, Mata)</i></li>
</ul>
Saya selalu sadar betapa <i>Ashita, Mata</i> adalah lagu bernuansa cerah, menyemangati, dan sangat menyenangkan untuk didengarkan tiap kali saya butuh energi positif tambahan. Tapi saya tidak menduga kalau versi <i>live</i>-nya akan sebagus ini. <i>It felt as if I was flying afloat, soaring during the whole song. Maybe it was the song. Or maybe it was us, the crowd, that gave huge contribution to the song. We splashed it with the sparks it needs and made the song even more alive</i>. Mungkin selamanya saya nggak akan bisa lupa bagaimana seisi MNC Conference Hall mengalunkan <i>back vocal</i> sendu "<i>We're the liiiiight</i>..." seraya mengayunkan tangan di udara, mendampingi Yoohei menyanyikan <i>"I am the light that no one’s ever seen, and for that say 'cause need a light exist”. So many things to do before I die"</i>.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Tonight is great. </i><i>Tonight is pure happiness.</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>And then, tomorrow, again, let's face our battlefield</i>.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<ul>
<li>M14. <b>Your Song</b></li>
</ul>
Tipikal <i>ballad</i> dengan lirik selembut selimut bayi. <i>Personally speaking and judging solely from the recording, Your Song doesn't fall in my list of favorite ballad by [ALEXANDROS]. When performed live, however, it was not bad. Tooootally not bad. I like it. So calming and reassuring</i>. <i>So peaceful it was almost easy to fall asleep</i>. <i>Sleeping while standing and singing along, of course</i>.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<ul>
<li>M15. <b>Adventure</b></li>
</ul>
<i>Now let's step up the tension a bit, shall we?</i> Sebelum menggeber <i>Adventure</i>, Yoohei bilang tinggal ada dua lagu terakhir―yang disambut erangan dan lolongan kecewa oleh para penonton―dan mereka terkesan dengan semangat fans-fans Jakarta untuk <i>singalong</i>. <i><b>He actually looked so proud and gleamed with joy.</b></i> <i>I'm soft. I'm getting emotional.</i> </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Hal-hal kayak gini nggak kami temui di Jepang," ngakunya. Ya iyalah mas, masyarakat Jepang kan anteng-anteng karena rata-rata pengin ngedengerin langsung musisinya nyanyi. <i>That particular side of Japan crowd actually isn't half bad, but depends on what gig you're going to, sometimes it feels quite on the extreme side</i>. Agak kentang nggak sih, ngedatengin konser band rock tapi penontonnya diem aja nggak asyik kompak <i>singalong</i> bareng-bareng? Lagian toh suara musisi aslinya bakal lebih kenceng karena bantuan <i>sound system</i>, kan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<ul>
<li>M16. <b>アルペジオ </b><i>(Arpeggio)</i></li>
</ul>
<i>I AM SCREAMINGGGGGG</i>. <i>Like, literally</i>. Saya mengeluarkan lengkingan tidak manusiawi tatkala <i>intro</i> <i>Arpeggio</i> dialunkan. Ya Allah. Jika <i>Dead End in Tokyo</i> milik MAN WITH A MISSION kurang lebih merupakan <i>soundtrack</i> kehidupan merantau saya, <i>Arpeggio</i> dari [ALEXANDROS] secara semena-mena saya nobatkan sebagai salah satu <i>soundtrack</i> kehidupan yang merangkum pengalaman sejak bertahun-tahun lamanya. <i><b>This. Song. Is. My. Breath.</b></i> <i>I can never thank them enough for making this gem. And no amount of scream can represent my excitement witnessing this song played live right in front of me.</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><br /></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>SAY NOOOO TO THE WORLD!</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><br /></i></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="540" data-original-width="720" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgN64iIkFhTTx3Q3R8NmEMBqlHMdUORJV6oXp3w7rHZ-xnFv4cEYmgHbBPUBpWjm7TlnQ-CjpehYc3cFDpcvKIlJhkGTl48xICfuqBhvQgK5k1YMscd2MIOkavR-qTZX4V159trbAHVuTA/s640/Screenshot_2019-06-29-00-25-45-424_jp.naver.line.android.png" width="640" /></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;">Masih hasil maling isi akun Instagram <a href="https://www.instagram.com/alexandros_official_insta/">[ALEXANDROS]</a></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><br /></i></div>
<div style="text-align: justify;">
Emang dasar fans-fans Jakarta nafsuan, deh. Baru juga beres <i>Arpeggio</i> dan para personel [ALEXANDROS] mengambil botol air minum, udah diteriakin minta <i>encore</i>. Hiro sampai ngakak. "<i>That was fast</i>," katanya geli.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<ul>
<li><b>Encore:</b> M17. <b>Burger Queen</b></li>
</ul>
Oke. Ternyata ada yang lebih jebot dibandingkan <i>Cat 2</i>. <i>Burger Queen</i>, sebuah <i>instrumental track</i> di album debut [ALEXANDROS] bertajuk <i><b><a href="https://open.spotify.com/album/7qLiNUgSN6Wq60CgyhUKjX?si=uFfGYGIASyKbeo007jjq1w">Where's My Potato?</a></b></i> ikutan nongol. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bubaran <i>Burger Queen</i> (yang saya nyaris selalu ketuker dengan nama waralaba restoran <i>fast food</i> beken), Yoohei sempat menanyakan, apa istilah dalam bahasa Indonesia untuk minta <i>encore</i>―<i>thanks to</i> gerombolan wibu-wibu profesional di jajaran penonton yang tanpa tedeng aling-aling meneriakkan <i>"AN-KO-RU! AN-KO-RU!"</i> dengan lantang dan gamblang. Yoohei bilang, "Itu kan bahasa Jepang. Gue pengin tahu normalnya kalian ngomongnya gimana". Akhirnya kami semua mengulang seruan, kali ini pakai "LAGI! LAGI! LAGI! LAGI!"</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Holy cheesus, they all seemed so pleased and satisfied. I'm weak in the knees</i>.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<ul>
<li><b><i>Encore:</i></b> M18. <b>月色ホライゾン</b> <i>(Tsukiiro Horizon)</i></li>
</ul>
Siapa neh di antara [ALEXANDROS] yang sok ngide nampilin lagu yang bahkan CD-nya aja belum resmi dirilis???? Pasti Yoohei. <i>This is such a big honor, man. I cannot.</i> Ngebawain lagu baru di konser-konser saat tur memang bukan hal baru bagi musisi, tapi ini kan Jakarta. <i>So niche</i>. <i>Who would have guessed, really</i>.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
CD <i>single</i> terbaru [ALEXANDROS], <i>Tsukiiro Horizon</i>, akan mulai dijual ke pasaran tanggal <b>5 Juli 2019</b>, gaes. Paling-paling bakal masuk Spotify paling cepet sebulan kemudian. <i>Mark your calendar!!</i> *Malah ngiklan*</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<ul>
<li><b><i>Encore:</i></b> M19. <b>PRAY</b></li>
</ul>
Menurut Kawakami Yoohei, fans Jakarta mungkin nggak akan mengenali lagu yang akan mereka mainkan berikutnya. "Udah dirilis kok, tapi baru sekitaran dua minggu lalu," katanya. Langsung dibantah penonton, dong. Wkwk. Jangan meremehkan kekuatan internet ya, mas. Kami semua udah tahu lagu kalian yang judulnya <i>PRAY</i>, yang dipakai sebagai <i>ending theme</i> film <i>Godzilla: King of Monsters</i> versi <i>Japanese release</i>. Malahan banyak yang udah hapal.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Emang dasarnya Yoohei suka iseng (atau mungkin sekadar pengin ngetes sekaligus nyoba-nyoba mengelus-elus ego), mendadak sebelum masuk lagu, sebelum musik dimulai, dia ngasih <i>spontaneous cue</i> ke penonton. JELAS PADA SUKARELA NYANYI SEMUA LAH. <i>Hiro was evidently shooketh. That pure amazement across his face as we sang the lyrics from the top of our lungs back to them</i>... <i>So priceless</i>.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<ul>
<li><b><i>Encore:</i></b> M20. <b>ワタリドリ</b> <i>(Wataridori)</i></li>
</ul>
Lagu pamungkas yang menutup penampilan [ALEXANDROS] malam itu. <i>Last of the list. Finally.</i> Nyampe juga di penghujung <i>setlist</i>. Saya sempat neriakin "LAGI BANGG!!" ke panggung pada jeda singkat di sela-sela <i>PRAY</i> dan <i>Wataridori</i> (<i>that being said, if you were at the location and heard someone in the front shamelessly shouted that particular words... yeah <b>it was me</b></i>). <i>And heck, Wataridori is as awesome as I imagine it would be</i>. Semua orang tidak ada yang ingin menyia-nyiakan kesempatan. <i>Bringing up the last spurt of high spirit and excitement</i>, <i>jumping up and down, singing together with both arms raised because I know that this party is coming to its end</i>.<br />
<ul>
</ul>
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="540" data-original-width="720" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEionWkQnnM96aHW0dY3EuEITCVHFUMwF9_bjaBOhfzlCi72FedtwwvwOVeOvMxvXjFx1gEu1u2t6xXJXpK9rsm6o3NF2a6KkCSP3fENv06xAg3vQWSezK41tTRuZeRacQp42oZxyRIMMdY/s640/Screenshot_2019-06-30-02-20-49-108_mobi.mgeek.TunnyBrowser.png" width="640" /></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: xx-small;">ALHAMDULILLAH, MUKA SAYA KETUTUPAN YOOHEI.</span><br />
<br />
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhyJ5Foe6zMQiWeGPo7cfJUMjbB3v16vsuJXyotjr4fM1Bz6OrDTGsEomxKgqbLjmZlq-7S0psiW3an9QdGvjiIt7o0Z7yvNN-LYM1I3TNlX1GPDmQ51dxBm9QJRmUyWlzp4fZ4KFMlzhs/s640/IMG_20190629_002200.jpg" /><br />
<span style="font-size: x-small;"><i>The memory of this concert will make me sleepless tonight</i>.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b><span style="font-size: x-large;">Whew. That was awesome.</span></b></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Konser tunggal perdana [ALEXANDROS] di Jakarta terbilang sangat memuaskan dan memanjakan fans, meskipun saya sedikittttttttttttt kecewa dengan tidak adanya beberapa lagu yang saya berharap dibawakan. Seperti: <b>ハナウタ</b> <i>(Hanauta)</i>, <b>ムーンソング</b> <i>(Moon Song)</i>, dan terutama <b>KABUTO</b>―padahal di <i>setlist</i> udah ada <i>Kaiju</i>!! Ngapain coba ngebawain <i>Kaiju </i>kalau kagak dikomboin sama <i>KABUTO</i>??? <i>That should have been the logic!! </i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Talking session</i> yang dilakukan <i>full-English</i> pun berperan besar dalam membangun komunikasi dengan fans lokal. Kan nggak semua wibu bisa bahasa Jepang ya. Apalagi disampaikan oleh <i>native</i>. Yoohei sempat sih nanya iseng dalam bahasa Jepang, "俺の日本語分かりますか?" <i>(Do you understand my Japanese?)</i> tapi sebatas itu aja. ALEXANDROS] berjanji bakal mengusahakan balik lagi ke Jakarta. Kalau bisa sih nggak makan waktu sampai empat tahun. Ntar keburu tua bangka, katanya. Apaan deh. Padahal sekarang aja nggak keliatan sama sekali kalau umur mereka semua udah pertengahan tiga puluhan. <i>Oh the sorcery of Japanese genes</i>...</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Berhubung penonton dilarang mengambil berbagai bentuk rekaman―gambar, video, dan audio―sepanjang dan sebelum pertunjukan konser dimulai, tidak lama setelah masuk <i>backstage</i>, <b>Yoohei balik naik lagi ke panggung dan menyanyi <i>PARTY IS OVER</i> diiringi <i>playback―</i>sementara Makkun di belakang sibuk rekam-rekam pakai ponselnya sendiri</b>. "Ayo yang mau foto atau rekam-rekam video, sekarang waktunya!" kata dia. Berhubung ponsel saya jelek, dan lebih memilih sibuk menikmati pemandangan di hadapan, sebagai barang bukti saya akan sertakan hasil rekaman mbak An, pemilik akun Twitter <b><a href="http://twitter.com/silverwind">@silverwind</a></b> yang berdiri tidak jauh.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<blockquote class="twitter-tweet">
<div dir="ltr" lang="en">
BLESS, LOOK AT THIS.<br />
<br />
ALEXANDROS Sleepless in Jakarta - 28062019 <a href="https://t.co/Row4lEerAr">pic.twitter.com/Row4lEerAr</a></div>
— Silver Wind (@silverwind) <a href="https://twitter.com/silverwind/status/1144644972299165697?ref_src=twsrc%5Etfw">June 28, 2019</a></blockquote>
<script async="" charset="utf-8" src="https://platform.twitter.com/widgets.js"></script>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b><br /></b></i>
<i><b>Confession time: I really love the crowd. Guys, you are all the best of the best.</b></i> Nggak ada yang rese atau bandel nyuri-nyuri kesempatan ngerekam atau motret. Kompak <i>singalong</i>. Antuasiasme nggak turun sama sekali dari awal sampai ujung. Nggak ada yang bau asem pula. Aksi paling rada nyeleneh ya sebatas kejadian bra warna hijau dilempar ke panggung setelah <i>encore</i> berakhir. Masih standar lah.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjz7PdUmSzgJzto4mItkiPBgc4BK2pz1KNZAprJt6T8qxYNaKedDd2mS8urGv0PWpqKBB7bfWxafl9h9TIiQeL8NRVRY2yFa2w5tG5Dh3d1fXQH5Q0DcMNUF5K6RBmDIv1toZv1_RxlZRE/s640/IMG_20190629_002203.jpg" width="640" /></div>
<br />
Saya pulang menjelang tengah malam, menenteng poster bertanda tangan sembari senyum-senyum bahagia. Terima kasih [ALEXANDROS]. <i>See you again. Hopefully sometimes soon</i>. Saya janji bakal dateng nonton kalian lagi kok jika disamperin. Belum sempet denger <i>KABUTO live</i>, kan. Layaknya dendam, hutang konser ini harus dibayar tuntas.<br />
<br />
Setibanya di kosan, saya langsung menyusun <i>playlist</i> <i><b>Sleepless in Jakarta</b></i> di Spotify. Dasar gagal <i>moveon</i>. Silakan disimak lho bagi yang berkenan ikut mendengarkan. Siapa tahu yang tadinya belum kenal [ALEXANDROS] malah jadi ngefans. Saya mah seneng-seneng aja kalau pertunjukan mereka makin rame. <i>Anti-gatekeeping club! FTW!</i> 1! Siji!<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<iframe allow="encrypted-media" allowtransparency="true" frameborder="0" height="380" src="https://open.spotify.com/embed/playlist/4ux0rPV5YXQK5kqtrTPNSd" width="640"></iframe><br />
<br /></div>
<i>My time and money definitely well-spent.</i><br />
<br />
<div style="text-align: right;">
<span style="background-color: white; color: #3b3b3b; font-family: "mistral"; font-size: 38px;">z. d. imama</span></div>
</div>
z. imamahttp://www.blogger.com/profile/16300911470774364068noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-5262709017274263039.post-68273199353148311382019-06-25T14:24:00.000+09:002019-06-26T10:54:30.139+09:00Calling for willing adopters: (another) Book Giveaway!<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="603" data-original-width="940" height="404" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgh2KsEAg-f1SlyUhXeGZ8p-aqfuQImYoyhT9RWNFsjmNAL5ol_heSxxLWlr4AxRNgGd2pfUrezCF3kTpwp8mcxJsoQhXGBCHffSXJrNtwm0Qd5yRWaQSdArpnQYi616R0ZuL25qF6iivM/s640/Add+a+heading.png" width="640" /></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Belakangan hari, saya banyak pikiran dan banyak bersedih. Laptop entah kenapa tidak mau mendeteksi <i>wifi</i> kosan (logo di bawah selalu menunjukkan kabel disilang dengan tulisan <i>"Connection are unavailable"</i> padahal saya tahu itu tidak benar!!!), beberapa buku milik pribadi tidak mendapat tempat penyimpanan di lemari. Gimana nggak surem... hiks. Akhirnya saya putuskan untuk mencarikan mereka rumah baru saja. Mencari orang-orang penikmat buku bacaan yang akan menyayangi mereka dan memberikan buku-buku saya tempat tinggal berikutnya. Semua masih dalam kondisi sangat bagus. Beberapa bahkan belum dikeluarkan dari plastik segel (tolong tidak usah tanya kenapa, toh nggak bakalan saya jawab jujur juga), sehingga terus terang saya bisa-bisa aja menjual buku-buku tersebut dengan harga miring alih-alih bikin <i>giveaway</i>. Mayan kan dapet cuan demi menyambung hidup. Namun lantaran saat ini saya sedang dihempas cobaan―masih ingat kisah laptop menolak mendeteksi sinyal <i>wifi</i> kos?―dan tengah berupaya <strike>menyogok Tuhan agar mengeluarkan saya dari azab ini</strike> menabung karma baik, ya sudahlah saya ikhlaskan melepas mereka secara gratis.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ada sembilan buku yang tersedia untuk diadopsi. Sebagian besar merupakan karya penulis Indonesia, ada pula yang dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia alias terjemahan. Cuma satu buku impor yang masih dalam bahasa asli, yakni bahasa Inggris. Sebelum masuk ke penjelasan cara mengikuti <i>giveaway</i> ini, saya akan bahas sedikit masing-masing buku bercerita tentang apa. Biar nggak kayak nadah kucing dalam karung, gitu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b>Entry One:</b></i></div>
<h3 style="text-align: justify;">
<b>Bernard Batubara - Asal Kau Bahagia</b></h3>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="1038" data-original-width="1600" height="414" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhsP3UQjgplnNoUJJTLELY5jSHMXL7ghEZO9xW4zlr9gikFcdcNQ9rqaoB_W0HCuAQfg9RSiajpZR3ljA2tQZkcJ7UmrSt6d63YeYGYC0pyfg6fmIcGzFSPjIuKXuHihQWUhjNq0ySLYtw/s640/IMG_20190624_212432.jpg" width="640" /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Masih bersegel plastik. Hehehe. Hehe. He. Lahir dari skenario film berjudul sama, yang katanya terinspirasi dari lagu Armada. Beberapa dari warga media sosial barangkali lebih familier dengan penulisnya, <b><a href="http://twitter.com/benzbara_">Bernard Batubara</a></b>, yang juga lumayan aktif di akun-akun pribadi. Film cikal-bakal novel ini pun belum lama rilis kok. Kayaknya akhir tahun lalu deh. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Berikut cuplikan sinopsis yang tertera di kaver belakang:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Waktu kutanya apa kau benar mencintaiku, dengan yakin kau menjawab iya. Saat aku takut kau akan meninggalkanku, sambil tersenyum menenangkan kau mengusir segala ketakutan itu. Kau selalu tersenyum bahagia saat kita bersama, kau tak pernah absen menunjukkan betapa kau sayang padaku. Dan aku dengan mudahnya jatuh cinta semakin dalam padamu. Tapi, kini dengan mataku, aku melihatmu dengan yang lain. Tangannya menggenggam erat jemarimu. Kalian tersenyum. Lalu dia memelukmu. Aku ingin marah, tapi aku merasa takut. Lalu aku sadar mungkin sudah saatnya aku melepasmu. Asal kau bahagia dengan yang lain."</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><br /></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b>Entry Two:</b></i></div>
<h3 style="text-align: justify;">
<b>Alanda Kariza - <i>Travel Young</i></b></h3>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="959" data-original-width="1600" height="382" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiHARAn50nMrEorfz3lorg9yifoLF22ZJE0qLwJQ75tPz2ZvdK_CuH6-_i-8IkN9O1SkfxgrAoe8vjod_8aHUcG7NIWKXpUKoTZgCiY78ob1izCpqz4Og2CL2Lwn_alyqyyhOToE_QLw8Q/s640/IMG_20190624_212552.jpg" width="640" /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Alanda Kariza berbagi kisah perjalanan yang mendewasakan dirinya saat ke New York, Vatikan, London, Doha, Pittsburgh, dan tempat menarik lainnya. Banyak hal yang bisa jadi pelajaran menarik, seperti keluar dari zona nyaman, berani mengambil keputusan, percaya diri, dan bisa menyikapi suatu masalah tanpa keluhan. Baginya, </i>traveling is about discovering yourself and also your flaws<i>."</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sudah jelas yah dari paparan di kaver belakang bahwa buku ini―berbeda dengan kedelapan temen-temennya―bukan novel fiksi. Semacam jurnal perjalanan dengan bahasa penulisan yang mudah diikuti. Tidak sempat saya lapisi sampul plastik bening, tetapi kondisinya masih super bagus. Mulus. Percaya deh.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b>Entry Three:</b></i></div>
<h3 style="text-align: justify;">
<b>Ika Natassa - Antologi Rasa</b></h3>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="1010" data-original-width="1600" height="402" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEitDQY-8uQZsMwmmdJAQJi807ZUqTHrYxloD7BnbxZyUFegHBMnMI8SsJx0w-XVLKQFXPkDXXSeWKtRgymwP9s2sE1EKaXQIs8XlCoDuIebvhPE3vwBbBjYpHnY3PpD_XWr7H7w_ryatYY/s640/IMG_20190624_212714.jpg" width="640" /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Edisi rilisan ulang dengan kaver film, yang juga belum lama ini dirilis ke pasaran. <b>Lengkap dengan tanda tangan penulisnya</b>, nangkring di kaver depan. Wakakaka. Udah, udah. Nggak usah nanya aneh-aneh tentang dapetnya gimana atau saya pernah ikut acara apaan. Terima aja. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mengantisipasi kalian yang memang belum pernah baca novel ini sekaligus tidak nonton filmnya sewaktu tayang di bioskop lokal, Antologi Rasa <i>in a nutshell </i>adalah kisah cinta saling-silang antara tiga karakter: Keara, Harris, dan Ruly. Formula klasik, yang mana oke-oke aja sepanjang penuturan kisahnya tetap menarik serta mampu melibatkan emosi para pembaca.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b>Entry Four:</b></i></div>
<h3 style="text-align: justify;">
<b>Alberthiene Endah - Athirah</b></h3>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="1065" data-original-width="1600" height="424" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi20gYlEbK3B_BjRvCI3OjjMSZwj46nwR3rbzcquIBKDAgwhMPWCQ965gaWlRtj0Ak5n_U8fZycjKuXEFP_-68NkR8CgOXBvUXjqZnKRzuvSAbB-Q-YSxqk1xBfFsnQqRFytpIPQ3e68zI/s640/IMG_20190624_212612.jpg" width="640" /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Another one still inside its plastic seal</i>. Saya punya satu jilid lagi, nangkring di rumah orang tua. Beli kedua kalinya pas diskonan untuk ditaruh kos, jaga-jaga siapa tahu ingin baca ulang suatu hari nanti, tapi ternyata tumpukan buku-buku baru saya membuatnya terlupakan. Sudah difilmkan juga. Penulisan narasinya bagus, mengingat sejauh yang saya tahu, mbak <b>Alberthiene Endah</b> yang merajut kata demi kata di buku ini juga merupakan seorang editor handal. Sayang beribu sayang, Noura Books selaku penerbit tidak memberikan desain kaver yang lebih oke untuk Athirah. Jadinya yaa kesannya gitu doang. Semenjana. Seadanya. Padahal buku ini sangat layak mendapat kaver yang jauh lebih menarik dan mengesankan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Emma tidak pernah punya gambaran tentang wanita yang dimadu. Sejak Bapak memilih tinggal di rumah keduanya, Emma sering terlihat merenung, tertunduk lesu. Ketika langkah Bapak semakin jarang terdengar di rumah kami, Emma semakin sendu. Namun, Emma tak membiarkan dirinya terlalu lama disiksa rindu. Dia segera berjuang untuk bangkit, menjadi wanita yang mandiri."</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b>Entry Five:</b></i></div>
<h3 style="text-align: justify;">
<b>Pradnya Paramitha - <i>Better Than This</i></b></h3>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_8-aXcbA6qmnLEVxOiHWjw6UCeHZexF5xvPzIQZ8C6g7wuiTtGLNpNudcfGhPFdzT12tYoN1HfISQjNbIqE94kM7u8h8lCeHaYJD8RifMFQmQ9Gbk2JqLM2rT74YxYSI8SSzLu7hfouQ/s1600/IMG_20190624_212806.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1088" data-original-width="1600" height="434" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_8-aXcbA6qmnLEVxOiHWjw6UCeHZexF5xvPzIQZ8C6g7wuiTtGLNpNudcfGhPFdzT12tYoN1HfISQjNbIqE94kM7u8h8lCeHaYJD8RifMFQmQ9Gbk2JqLM2rT74YxYSI8SSzLu7hfouQ/s640/IMG_20190624_212806.jpg" width="640" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sepanjang saya tidak salah ingat (atau tidak ketipu informasi hoax), ini adalah satu dari sekian banyak novel yang tadinya berada di dalam naungan platform Wattpad sebelum akhirnya diterbitkan sebagai buku cetak. Bagi yang menyukai formula romansa klasik benci-jadi-cinta, mungkin bakal menikmati kisah Saras dan Leo yang dipaparkan. Sinopsisnya kurang lebih kayak gini:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Saras tahu pasti Leo membencinya. Sederet gelar positif mulai dari mahasiswa berprestasi nasional, kesayangan dosen, cowok tampan pujaan kita bersama, dan senior tingkat 4 yang terancam lulus suma cum laude, cukuplah untuk membuat Leo risih dengan keberadaan cewek malas, nyolot, bodoh, tukang taruhan, dan kuliah di Fakultas Hukum tapi satu-satunya yang dia tahu hanyalah fotografi. Tapi, memangnya Saras peduli? Dibenci Leo tak akan membuatnya mati. Sayangnya, mau tak mau Saras harus peduli karena saat ini Leo adalah kunci kehidupan bahagianya. Sebuah taruhan dengan musuh bebuyutannya, Morrie, membuat Saras harus menjadikan Leo pacarnya."</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><br /></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b>Entry Six:</b></i></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<h3>
<b>Akmal Nasery Basral - Nagabonar Jadi Dua</b></h3>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="1081" data-original-width="1600" height="432" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgXKI4huuzrESHvsIazLiBf52vCsxgI9euw2T5c6Wvz6R8sgX-m3E5LVuGbyhkBcG5ZIqEembigfFnamAUBgMCX1jeRTeFVmXQeW7TcChD_fj-h933SnqfLNN0CGTFv8DAp61wz_IMC4UY/s640/IMG_20190624_212641.jpg" width="640" /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Nagabonar Jadi Dua termasuk dalam salah satu film Indonesia pertama yang saya tonton di bioskop semasa kecil. <i>Man, that was so fun and refreshing</i>. <i>Deddy Mizwar, before Jawa Barat happened, was such a good filmmaker wasn't he</i>. Novel ini mengupas kisah yang sama dengan filmnya, yakni konflik lintas generasi antara Nagabonar dan putra tunggalnya, Bonaga. Penuturannya sangat bagus dan halus. Bahkan meski mengambil sudut pandang Nagabonar langsung―yang artinya novel ini membelot dari versi film yang menggunakan sudut pandang orang ketiga, sama sekali tidak terkesan narsistik atau janggal dibaca, padahal ada beberapa adegan yang memuat petuah-petuah serius yang dilontarkan oleh Nagabonar sendiri. Saya sempat iri dengan editor buku ini karena kayaknya dia nggak kerja ngapa-ngapain kecuali baca naskah dan cekikikan di depan layar komputer.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Cinta itu memang luar biasa, Monita. Jika sebuah cinta tak menghasilkan hal-hal yang luar biasa bagi dua manusia yang terlibat di dalamnya, aku khawatir apakah perasaan yang menghubungkan mereka itu sungguh-sungguh cinta atau bukan."</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b>Entry Seven:</b></i></div>
<h3 style="text-align: justify;">
<b>Ayu Utami - Cerita Cinta Enrico</b></h3>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjTT172aRQCdUYq2j8RtClVVBzqXKeA-_l9HbU2JarG4VZ3witolE-KldnLstIpNRkP0IVRlz0fPbRF7HE_EL-pK9SuYWXd3MkkCeRAj5mdtToMBHfVMZUa5Lu8Oy0rxfVrgnHRIfkFhTQ/s640/IMG_20190624_212329.jpg" width="640" /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjb9EXowSEAdLAB_fHfN3cVIctnBmoOBt847W54WoQLzhYZopUlUisHqxNtdcBuA8Xh8dvyMuMKcpcqkV04VSSFleNQNt185mnO6AgVRu7ua19r-t313rFTzCYnFkH4cheEEti1lk3Zt9E/s640/IMG_20190624_212407.jpg" width="640" /></div>
<div style="text-align: center;">
<i><span style="font-size: x-small;"><b>SHE SIGNED THE BOOK!</b> LOOK!</span></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jangan tertipu dengan judulnya yang terkesan sangat simpel dan berbau <i>teenlit</i>. Jangan tertipu juga dengan desain kaver minimalis dan tampak manis. <i>This is <b>Ayu Utami</b>, folks</i>. <i>You'll need a summary to know what's the real deal here and I will give you exactly that.</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Cerita Cinta Enrico adalah kisah nyata seorang anak yang lahir bersamaan dengan Pemberontakan PRRI. Ia menjadi bayi gerilya sejak usia satu hari. Kerabatnya tak lepas dari peristiwa '65. Ia menjadi aktivis di ITB pada era Orde Baru, sebelum gerakan mahasiswa dipatahkan. Merasa dikebiri rezim, ia merindukan tumbangnya Soeharto. Ini kisah cinta dalam bentangan sejarah Indonesia sejak era pemberontakan daerah hingga Reformasi."</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Nah, kan. Apanya coba yang <i>teenlit</i>. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b>Entry Eight:</b></i></div>
<h3 style="text-align: justify;">
<b><i>John Green - Looking for Alaska</i></b></h3>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="1036" data-original-width="1600" height="414" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZiQj6vc-xKg_fxVW1eC4OQ5QrmQI8lyHM-kKofIT-Pujjs3d9nWtFuLry9Ad8vJrwOv6ugYPUTe2ohmrcEoUTG2x0W8Joq1UFquaVWjA49nI0vLQ1axBShkRpxIydUybYtvQGtXqOXGM/s640/IMG_20190624_212512.jpg" width="640" /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Versi terjemahan bahasa Indonesia terbitan GPU. Judul lokalnya: <b>Mencari Alaska</b>. Di buku keduanya ini, John Green berkisah tentang Miles Halter, pencinta biografi yang suka menghafal kata-kata terakhir para tokoh terkenal dunia. Dia baru saja lulus SMA, dan sebagai anak yang tidak populer di sekolah, tidak pernah berkencan, tidak punya teman akrab, kehidupan sosialnya garing, dan Miles senang bisa meninggalkan itu semua di Florida. Di lingkungannya yang baru, Miles bertemu orang-orang baru. Mendapatkan pergaulan baru. Salah satunya ya.. cewek bernama Alaska Young. Seseorang yang entah kenapa, nggak ada angin nggak ada hujan, nggak disamber geledek pun, mendadak pergi. Begitu saja.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><i>Last Entry:</i></b></div>
<h3 style="text-align: justify;">
<b><i>Rick Riordan - The Heroes of Olympus: The Lost Hero</i></b></h3>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="1153" data-original-width="1600" height="460" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhEmmgijgO3-xl4wNUuflOpB0etOvozStzBMa-e9PCZjxquqv61xn6Ucmi6IPUuJQybg8NMT-K_8JMT-SnZaUQ7ND3Nt4JSdIuGUzp3YtEp9_EKHpan6lE6z8gWHvcFAuOqXsmK_FlpdWc/s640/IMG_20190624_212736.jpg" width="640" /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>The only book written in English among others in this giveaway! </i>Penggemar Riordan pasti tahu seberapa seru dan kocak gaya penulisan beliau dalam tiap novel-novel karyanya. <i><b>The Lost Hero</b></i> adalah jilid perdana dari serial <i><b>The Heroes of Olympus</b></i> (<i>spin-off</i> serial Percy Jackson yang hits banget itu), sehingga kalian nggak akan kebingungan dengan apa yang terjadi, karena buku ini memang 'kepala' rangkaian buku-buku lain. Biasanya paling susah dicari juga. Ya, kan. Sering kan pengin ngikutin sesuatu tapi cuma bisa nemu jilid-jilid tengahnya doang? Tapi jika kalian males ngumpulin temen-temennya ya nggak masalah. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Welcome Jason Grace, a Roman demigod with no memory of his past. He, along with Piper McLean, a daughter of Aphrodite, and Leo Valdez, a son of Hephaestus, are given a quest to rescue Hera, the queen of gods, from the clutches of Gaea, the primordial goddess of the earth."</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="1024" data-original-width="1600" height="404" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjEVF63YjRa39nTFgceZdsQEXKHnx0zfxmqYyPvtpcphbZRt_BOXDayY1-ve5zrUEHa8L4zoPw62yIGWHyJ1y-wb_LQaEUhQLduDUNRgjsyMELVh0s_WC2p-IhWpg6G_bp1jyg_vzP-KTg/s640/IMG_20190624_212304.jpg" width="640" /></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;">Kesembilan buku dalam satu <i>frame</i>. Iya, ini foto yang sama dengan gambar pembuka.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<h2 style="text-align: justify;">
Jadi, cara ikut <i>giveaway </i>ini bagaimana?</h2>
<div style="text-align: justify;">
Syaratnya mudah sekali, mbak-mbak dan mas-mas sekalian. Silakan <b><u>tinggalkan komentar</u></b> di bawah, yang mana wajib menyertakan hal-hal berikut ini:</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<ul>
<li style="text-align: justify;"><b>Buku yang diinginkan dan alasannya</b>. Contoh: "Aku mau adopsi<i> Better Than This </i>karena nggak punya akun Wattpad!" atau kalau rakus dan nggak pemilih, bisa juga "Buku yang mana aja boleh deh, mau semuanya kok".</li>
<li style="text-align: justify;"><b>Buku favorit, atau buku yang sekarang sedang dibaca.</b></li>
<li style="text-align: justify;"><b>Tulisan di blog ini yang kalian suka dari segala postingan carut-marut yang ada, beserta alasan singkat.</b> Kayak gini misalnya: "Aku suka tulisan '<i><a href="https://adecembergirl.blogspot.com/2018/08/threat-ag2018-merch.html">Asian Games Jakarta-Palembang 2018 Merchandise: a threat</a></i>' karena gara-gara ulasan <i>merchandise </i>Asian Games itu akhirnya aku tahu barang apa yang mau kubeli!"</li>
<li style="text-align: justify;"><b>Sertakan akun Twitter </b>(plis jangan Instagram, saya nggak punya) <b>yang aktif, atau email.</b> Agar saya bisa menghubungi kalian kalau-kalau menang.</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
<u><i>Giveaway </i>akan berlangsung hingga Juli 2019.</u> Tanggal persisnya belum saya tentukan, namun berhubung saya perlu melegakan kamar sesegera mungkin, barangkali di pekan kedua sudah akan ada pengumuman pemenang. <i>Monggo</i> iseng-iseng dibaca konten blog tidak bejuntrung ini agar bisa menjawab poin persyaratan ketiga. Masih ada waktu sekitaran dua minggu, tuh. <b>Sekadar saran: berhubung blog saya sempat mati suri, akan lebih bijaksana jika yang dibedah adalah postingan mulai tahun 2015 saja.</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya tunggu partisipasinya yah! Semoga berkenan menjadi kediaman baru bagi buku-buku ini. Oh iya, sebagai tambahan informasi: <b>pemenang belum tentu mendapatkan buku yang diminati.</b> <u>Poin pertama di atas hanya sebatas panduan bagi saya untuk bikin prioritas</u>. Tapi selebihnya ya tergantung untung-untungan. Hehe. Gapapa kan?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: right;">
<span style="background-color: white; color: #3b3b3b; font-family: "mistral"; font-size: 37px; font-weight: 700;">z. d. imama</span></div>
z. imamahttp://www.blogger.com/profile/16300911470774364068noreply@blogger.com20tag:blogger.com,1999:blog-5262709017274263039.post-65138130456440638932019-06-17T13:53:00.000+09:002019-06-17T18:21:33.378+09:00The Reading Dilemma<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjZ_LD4OZyVtng86Z_0bu0zkoHsi4IUeElB7y3Lh7sJmznMcFTvjjeLrhR4uOu4jirBijSiTwZKNgQY8TsvZ_BhGEpi6a518Ch_scWVG2GamINVeVmD3fqU2K6qRP5NTOINZ5uQLRAjf48/s1600/to+paper+or+not.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="515" data-original-width="794" height="414" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjZ_LD4OZyVtng86Z_0bu0zkoHsi4IUeElB7y3Lh7sJmznMcFTvjjeLrhR4uOu4jirBijSiTwZKNgQY8TsvZ_BhGEpi6a518Ch_scWVG2GamINVeVmD3fqU2K6qRP5NTOINZ5uQLRAjf48/s640/to+paper+or+not.png" width="640" /></a></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Sebagai salah satu manusia yang ngaku-ngaku kebanyakan hobi, saya selalu pusing membagi waktu untuk melakukan semuanya―dan masih berusaha menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab terhadap hidupnya sendiri dengan bekerja nyari nafkah sehari-hari, tanpa keenakan jadi pengangguran. Nonton serial drama atau film dan <i>variety show</i>, kirim-mengirim kartupos, pergi ke bioskop, jalan-jalan <i>random</i> tanpa tujuan, termasuk hobi saya yang paling <i>senpai</i> alias tertua: baca buku. Jenis buku langganan saya sebatas komik dan novel. Terus terang, saya tidak terlalu punya ambisi melahap buku-buku nonfiksi kecuali ensiklopedia―semata-mata lantaran buanyak dijejali foto-foto ilustrasi berwarna-warni yang sangat menarik hati.<br />
<br />
Semasa kanak-kanak sampai remaja, mengoleksi buku cetak adalah satu-satunya hal yang terlintas di benak saya tiap ingin memiliki suatu judul. Ada puluhan, bahkan mungkin ratusan judul berjajar berdesakan memenuhi rak-rak dan lemari buku di kamar selama bertahun-tahun. Hingga saya masuk jenjang pendidikan tinggi, di mana para dosen banyak mengirimkan materi serta referensi belajar berupa buku elektronik (selanjutnya secara selang-seling akan saya sebut '<i>e-book</i>' sebagaimana istilah populer) yang bisa dibaca melalui komputer. Udah nggak usah ngoreksi dengan nyebut, "Lho kan bisa pakai <i>smartphone</i> juga???" karena mahasiswa gembel macem saya baru berhasil nabung cukup untuk beli <i>smartphone</i> di penghujung tahun ketiga kuliah.<br />
<br />
<h3>
Dunia saya terguncang.</h3>
Gak kok. Itu gak lebay. <i>I was really shooketh the first time I read a proper book from my handheld device</i>. Sebelumnya kan mentok-mentok <i>fanfiction </i>ya.. dari situs terkait masing-masing. Nggak nyangka aja ternyata baca novel (dan materi kuliah) bisa sepraktis itu. Sekaligus sejereng itu―<i>disclaimer:</i> layar ponsel pintar saya di masa tersebut relatif sangat kecil.<br />
<br />
<i>But which one I prefer best amongst the two?</i><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhkHGsXZO5pMYx9BGzAuh7GTpSjBnc33dU3YQ-U6m_CL2dHUXhEkzArRg5ySbJwNKoMeKEof2rvkL5GHybuTNHgZa8qquoZYDaIuO6tn4hbuWXFpAKCGawt5HiyUX1zrqxIKR1l8hoTkaY/s1600/The+printed+ones.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="663" data-original-width="800" height="529" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhkHGsXZO5pMYx9BGzAuh7GTpSjBnc33dU3YQ-U6m_CL2dHUXhEkzArRg5ySbJwNKoMeKEof2rvkL5GHybuTNHgZa8qquoZYDaIuO6tn4hbuWXFpAKCGawt5HiyUX1zrqxIKR1l8hoTkaY/s640/The+printed+ones.jpg" width="640" /></a></div>
<br />
Buku-buku bacaan cetak punya banyak kekuatan. Terutama karena secara fisik mereka ada, <b><i>sense of existence</i> sangat kuat</b>. Berasa banget ketika kita memang 'punya'. Bisa dilihat berjajar di lemari atau rak buku. Dipegang, digrepe, dan dibolak-balik sampul maupun halamannya. Bisa ketahuan secara jelas apakah buku-buku tersebut dirawat, dianiaya, atau ya terlupakan begitu saja keberadaannya setelah beberapa lama. <i>ALSO, <b>THE SMELL</b></i>. Pernah nggak sih memperhatikan aroma kertas dari sebuah buku baru yang masih kinyis-kinyis? Wanginya tuh sangat menenangkan hati. Bau buku-buku bekas, atau buku lama, juga beda lagi. Mengendus-endus kertas buku adalah suatu pengalaman yang nggak akan bisa didapati jika kita berhadapan dengan versi non-cetak.<br />
<br />
Saya rasa penyusunan buku cetak pun melibatkan lebih banyak manusia. Banyak pihak bahu-membahu dalam sebuah penerbitan, terutama ya karena mereka memang perlu diurus percetakan, digotong-gotong ke mana-mana saat proses distribusi, dipajang di toko buku yang butuh penataan khusus agar menarik, gudang penyimpanan, dan lain sebagainya. <i>Maybe it's a sentimental value after all, but still a value nonetheless</i>.<br />
<br />
<i><b>The biggest letdown is that printed books demand so much space.</b> SO. MUCH. SPACE.</i> Buset dah gimana nyimpennya kalau tempat tinggal gedenya segitu-gitu aja, rak buku juga cuma satu-satunya? Belum lagi jika ternyata sang kolektor adalah warga kos-kosan yang ruangannya sepetak doang. Mampus ae. Saya yang saat ini hanya mengoleksi beberapa judul komik cetak terbitan lokal sudah berasa empot-empotan karena rasanya nggak ada tempat layak lagi untuk naruh jilid-jilid baru yang rutin bermunculan kayak jerawat. Mau dibawa jalan-jalan pun harus super selektif. Tidak bisa seenaknya main cemplang-cemplung ke dalam tas lantaran berat. Bicara pemeliharaan, musuh buku cetak juga tidak sekadar waktu. Hewan-hewan kecil hama rumah tangga yang serangannya kadang tak bisa diduga harus diperhitungkan sebagai lawan tangguh. Lembar-lembar halaman berangsur menguning, lapuk, hingga bolong-bolong digerogoti kutu, rayap, tikus.. bahkan tidak jarang buku cetak justru rusak akibat keteledoran pemilik sendiri. Ketumpahan kopi, misalnya. Hhhhh. Makan ati. Perih.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="511" data-original-width="940" height="344" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgHed-dFGieq4fGU2EKQhjcDsolpqPof54aA1uJcwYW71pXKktycH5nDAkYd6P4dQIEMDmEdhXmVuoHADC_VkWTFrmAWWdSKobqlTJtX95laeW90yRaJGaLS3BsDPROtpxwXzUfsEGZjiI/s640/digital+books.png" width="640" /></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;"><i>Screenshot</i> segelintir koleksi <i>e-book</i> pribadi. <i>Please (don't) judge me.</i></span></div>
<br />
Sementara itu, buku digital (atau yang biasa disebut <i>e-book</i>) memang tidak semelankolis buku fisik. Itu fakta. <i>But oh dear Lord isn't it groundbreaking</i>. <b>Saya bisa bawa lusinan buku-buku yang saya miliki sekaligus saat bepergian ke mana-mana cukup dengan bermodal satu gawai elektronik</b>―biasanya sih ponsel biasa, berhubung tidak punya Kobo ataupun Kindle―tanpa harus keberatan beban bawaan akibat menggotong-gotong ribuan lembar kertas. Malahan bisa santai nyolong-nyolong <i>nyambi</i> baca novel di komputer kantor sewaktu sedang jenuh ngadepin kerjaan dan perlu penyegaran pikiran (maafkan saya, Bapak dan Ibu bos). Anjer praktis syekale!!! Saya tidak berlangganan paket di situs baca tertentu seperti <b><a href="https://ebooks.gramedia.com/">Gramedia Digital Store</a></b> atau <b><a href="https://bookmate.com/">Bookmate</a></b> sehingga selalu beli ketengan via <a href="http://play.google.com/books"><b>Google Playbooks</b></a>. Agak tidak cukup hemat jika dibandingkan ongkos pengeluaran paket baca bulanan, terlebih saat kalap, namun gini aja saya udah hepi banget karena ada banyak sekali judul-judul yang bisa ditemukan meski rilisan fisiknya udah dicari sampai jebol ke berbagai toko buku tetap kagak dapet-dapet.<br />
<br />
<b>Kelemahan terbesar dari <i>e-book </i>ya nggak bisa dipamerin.</b> Taek banget, kan. Hahaha. <i>No, really. I'm dead serious</i>. Cenderung mustahil―atau setidaknya, sulit sekali―pakai buku-buku digital koleksi pribadi sebagai properti untuk foto-foto cantik dan diunggah ke media sosial. Seandainya temen, pacar, saudara, atau gebetan berkunjung ke tempat tinggal, tidak peduli mau seheboh apa katalog <i>e-book</i> kita di akun pribadi, nggak akan semudah itu kepergok bahwa ternyata kita seorang kolektor buku atau hobi membaca. Lah ya mau gimana <i>wong</i> wujud fisiknya nggak ada... <i>Perhaps this can teach us one or two about humility? I don't know. I wonder?</i><br />
<br />
Buku digital tidak butuh susah-payah dipersenjatai dari serangan hama rumah tangga lantaran tidak menggunakan kertas. <b>Lebih mudah dirawat</b>. Asalkan kita nggak lupa <i>password </i>atau melakukan tindakan bodoh lain yang menyebabkan akun terkunci selamanya, sih. <i>Even it's arguably friendlier to nature</i>. Ketakutan terbesar saya terhadap <i>e-book</i> yang berjajar manis dalam koleksi pribadi adalah membayangkan situs atau penyedia layanan buku digitalnya kukut suatu hari nanti. Bangkrut. Tutup usia. Tidak masalah jika datanya bisa diunduh dan disimpan sebagai salinan. Tapi kan nggak semuanya begitu, kamerad. Bohong kalau saya bilang buku digital bikin bebas kekhawatiran. Tetep cemas, hanya saja lain perkara. Wk.<br />
<br />
Meski kerap terbelit dilema tentang buku cetak versus digital, belakangan ini saya lebih sering baca buku digital. Alasannya sederhana: <u>kamar kos berukuran mungil</u>. <i>I need my precious space!</i> Tidak akan saya serahkan lahan kosong untuk goler-goler di kamar saya, bahkan kepada buku sekalipun.<br />
<br />
Ada yang berkenan bagi-bagi pengalaman berbeda?<br />
Atau sekadar numpang curhat di kolom komentar?<br />
Silakan, lho.<br />
<br />
<div style="text-align: right;">
<span style="background-color: white; color: #3b3b3b; font-family: "mistral"; font-size: 38px;">z. d. imama</span></div>
</div>
z. imamahttp://www.blogger.com/profile/16300911470774364068noreply@blogger.com10tag:blogger.com,1999:blog-5262709017274263039.post-89337425997158201842019-05-19T18:52:00.001+09:002020-05-21T23:15:13.632+09:00"Perfect World" drama series is a redemption of its movie<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgxeUAD2BNRCIf6pncRI7a6Gr8USsQ54Xp-JoXRTzndW7iEF_-yfy0gax71sNw2W92ZzTMOF0Z8efKmY447Op7L_I700253YGQ262RJ8pwaM68c0GlWvvUlC0LPvvnNtTUyS_e-7L7v3MM/s1600/pworld1.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" height="358" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgxeUAD2BNRCIf6pncRI7a6Gr8USsQ54Xp-JoXRTzndW7iEF_-yfy0gax71sNw2W92ZzTMOF0Z8efKmY447Op7L_I700253YGQ262RJ8pwaM68c0GlWvvUlC0LPvvnNtTUyS_e-7L7v3MM/s640/pworld1.png" width="640" /></a></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Setelah sebulan blog ini mengalami kegelapan―<i>please don't make me explain anything</i>―, saya akhirnya menemukan sesuatu yang ingin ditumpahkan uneg-unegnya secara panjang lebar. Desember 2018 lalu, pada <i>event</i> <i><b>Japan Cinema Week</b></i> yang ulasannya saya sampaikan dalam dua tahap (di <a href="https://adecembergirl.blogspot.com/2018/12/jcw-week-one.html">sebelah sini</a> dan <a href="https://adecembergirl.blogspot.com/2018/12/jcw-week-two.html">sini</a>), saya menonton <b>Perfect World</b>. Diadaptasi dari <i>manga</i> populer berjudul sama, film tersebut mengisahkan tentang kisah romansa seorang perempuan yang di dunia kerja bertemu lagi dengan kakak kelas gebetannya semasa SMA dalam kondisi duduk di atas kursi roda akibat kecelakaan semasa kuliah, dan sukses membuat saya menangis... saking frustrasi memikirkan betapa medioker karya ini. Padahal sudah bawa-bawa <a href="https://wiki.d-addicts.com/Sugisaki_Hana">Sugisaki Hana</a>, salah satu aktris muda favorit saya yang paling bisa dipercaya dalam berakting dibanding seangkatannya, sebagai protagonis. Itu pun filmnya gak ketolong. Sangat sulit untuk menikmati filmnya saking membosankan dan segalanya terasa berjalan sangat lambat. Heran.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Fast forward</i> ke 2019, tepatnya musim semi, tampaknya ada sejumlah manusia-manusia yang gemes dengan kualitas film <b>Perfect World</b> dan memutuskan bikin ulang semuanya. Jajaran aktor dan aktris berbeda. Tim produksi berbeda. Bahkan medium berbeda, sebab kali ini Perfect World dihadirkan sebagai serial drama televisi. Saya hampir tidak mau nonton. Ternyata lumayan trauma juga sama filmnya, men. Tetapi setelah mempertimbangkan banyak hal.. sekaligus karena rupanya saya banyak waktu luang, tombol <i>Play</i> di laptop pun saya tekan. Adegan demi adegan bergulir.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>WOW THIS IS ACTUALLY RATHER GOOD????</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjD3-Lw9ve3QWE33EVdLq634yCFQa9yeP1Ph1l-EOX2ZFsWQ8sWBNy3v4KWRDJ87yC4OtoEUsX67ZTx_2g0uw1VBL2rpWePUhzEh-NHRB9JwBXJVgDrHzDz8Mxlh3txwUEBYGMGOJZ1if4/s1600/pw1.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" height="358" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjD3-Lw9ve3QWE33EVdLq634yCFQa9yeP1Ph1l-EOX2ZFsWQ8sWBNy3v4KWRDJ87yC4OtoEUsX67ZTx_2g0uw1VBL2rpWePUhzEh-NHRB9JwBXJVgDrHzDz8Mxlh3txwUEBYGMGOJZ1if4/s640/pw1.png" width="640" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;"><b>Kawana Tsugumi</b> versi film bioskop (2018): Sugisaki Hana.</span></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi9bvxhJ-7nLs8rZ2bqg7RYn0r34PdoYQeis1_qZPHl-YIt3uw_K_-crGyqkAM6Pw4BEopb-ZmQjJSpXiao9dOfHTgUJoC8pj7_UdZ71ft0q8yMgUxnDkMDsrt2G6jHybOPoDJW38rTYWY/s1600/pworld5.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" height="358" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi9bvxhJ-7nLs8rZ2bqg7RYn0r34PdoYQeis1_qZPHl-YIt3uw_K_-crGyqkAM6Pw4BEopb-ZmQjJSpXiao9dOfHTgUJoC8pj7_UdZ71ft0q8yMgUxnDkMDsrt2G6jHybOPoDJW38rTYWY/s640/pworld5.png" width="640" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;"><b>Kawana Tsugumi</b> versi serial drama (2019): <a href="https://wiki.d-addicts.com/Yamamoto_Mizuki">Yamamoto Mizuki</a></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Thanks to enough screen time, so many happenings, backstories, and details are well-put in the drama series</i>. <i>While its movie counterpart is cliche scene after cliche scene along with equally cliche lines (and sometimes with "How the hell is this happening????" inward scream), the drama series fleshes out everything in between and ACTUALLY MAKES THINGS WORK</i>. <i>I haven't read the manga so I don't really know how they both compare with the highly-praised original material, but there are some small differences that I think the drama series gets them right</i>.</div>
<br />
<ul>
<li><u><b>Kawana Tsugumi</b> dan <b>Ayukawa Itsuki</b> (<a href="https://wiki.d-addicts.com/Matsuzaka_Tori">Matsuzaka Tori</a>) dikisahkan sebagai teman sekelas, alih-alih senior-junior SMA sebagaimana filmnya</u>. </li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
Saya curiga kalau versi film pasti diubah dari manga karena emang maksain mau nampilin Iwata Takanori dan Sugisaki Hana sebagai protagonis, tapi mereka berdua jarak usianya cukup terlihat. <i>This ex-classmate trope works wonders in this story because there is a particular closeness and familiarity built up, it makes exchanging banters and hangout invitations feel so much natural. Both characters are on a level ground instead of blind adoration of a junior to her senior</i>. Interaksi Kawana dan Ayukawa versi serial drama sangat menyenangkan disimak, dan karakter Ayukawa dihidupkan sedemikian rupa oleh Matsuzaka Tori sampai-sampai saya kadang lupa kalau dia duduk di atas kursi roda. <i>His personality is very much apparent and it comes forward beautifully and if this doesn't mean justice to any handicapped people out there in real life then I don't know what does</i>. Umur masing-masing tokoh utama yang digambarkan sudah mencapai (atau hampir) 30 tahun pun membuat banyak hal lebih masuk akal, khususnya realita bahwa <i>adulting is hard</i>. Huhuhu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3sLV44FjfPfOs3MC8U5kH0_8roTurglqOQgBqrw13gYbsdGJFfoArq5urHCI3SvJJV57WoPTdbGuAYTUWVyqHeHYElZFJOheN9ViUooofT3EDvowWpGsjK3tfqOI8zNkDIK8pbhA-COc/s1600/pworld2.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" height="358" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3sLV44FjfPfOs3MC8U5kH0_8roTurglqOQgBqrw13gYbsdGJFfoArq5urHCI3SvJJV57WoPTdbGuAYTUWVyqHeHYElZFJOheN9ViUooofT3EDvowWpGsjK3tfqOI8zNkDIK8pbhA-COc/s640/pworld2.png" width="640" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;">Menikmati pemandangan sakura di atas bukit: Perfect World <i>drama series</i> (2019)</span></div>
<br />
<ul>
<li><u>Relasi keluarga dan sosial yang bisa dipercaya</u>.</li>
</ul>
<i>I really like how social interaction in the drama series turns out. </i>Masing-masing punya keluarga, teman, rekan kerja, bahkan... mantan, dengan hubungan yang meyakinkan. Nggak bikin kita merasa "Ini masa di hidup mereka gak ada siapa-siapa sama sekali sih??" yang kadang justru tidak masuk akal. Bahkan ayah Tsugumi yang rajin menelepon demi <i>ngogrek-ogrek</i> anak perempuannya agar pulang kampung setiap pekan karena "Toh di perantauan kamu nggak dapet pacar dan kerjaan juga gitu-gitu aja" terasa sangat dekat dengan apa yang bisa terjadi pada kehidupan nyata. <i>Well, okay, perhaps that's just me</i>. <i>But hey, we even get spectacles-wearing <a href="https://wiki.d-addicts.com/Seto_Koji">Seto Kouji</a> as <b>Koreeda Hirotaka</b>, Tsugumi's best friend since school days, and that serves as cherry on top</i>.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMMY-mBwq8Bs0PGBCaN45ixdW_PmRtCZ7R9k2oA68-DyJEHvauSZ01VHj9IcXquufihZ8Av5_iNnrphLBfCQIMq9aYSBUBq5Nc3llc4UF6Nt_dJI_bscPXB4Dh90Skif6GKNL1JnfXBLo/s1600/pworld3.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" height="358" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMMY-mBwq8Bs0PGBCaN45ixdW_PmRtCZ7R9k2oA68-DyJEHvauSZ01VHj9IcXquufihZ8Av5_iNnrphLBfCQIMq9aYSBUBq5Nc3llc4UF6Nt_dJI_bscPXB4Dh90Skif6GKNL1JnfXBLo/s640/pworld3.png" width="640" /></a></div>
<br />
Pola hubungan antara Tsugumi dan Hirotaka sebenarnya sangat tidak asing: yang cowok sebenarnya naksir sejak lama tapi bertepuk sebelah tangan, dan yang cewek sama sekali tidak menyadari kalau ada yang naksir. <i>A bit worn and overused trope, however, this series use that scenario rather wisely, as the second male lead can pull off the disruptive role without making us the audience pity him unnecessarily, or turning him into the 'villain'</i>.<br />
<br />
<ul>
<li><i><u>Overall color palette.. or scheme? Whatever you name it</u>.</i></li>
</ul>
ITU LOH WARNA FILM SECARA KESELURUHAN. Apa sih namanya???? Perfect World versi film terasa dipaksakan agar tampak <i>bubbly, dreamy</i>, berasa dikasih dandanan berlapis-lapis filter Instagram. Cakep sih.. tapi lama-lama capek juga di mata kalau nggak berhenti-berhenti selama satu setengah jam durasi pemutaran film. Apalagi layar yang dipantengin segede gaban. Bandingkan dengan <i>shot</i> dari serial drama yang lebih.. biasa aja, nggak di-<i>gloss over</i> pakai apa-apa.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJFNOHCN09gMD0bO8mSlyxgkA3df6Cl6ibJoYcLOnKYP2zjpxfE9PjBhyphenhyphenOCJxYSWn_XkSitBc_KMCdKVT9OxQx7PMV-ikSle14fid3zWXq6MDzgaqQLtk2SxVx-AdS2fG1y3zwOAHO5PE/s1600/pw2.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" height="358" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJFNOHCN09gMD0bO8mSlyxgkA3df6Cl6ibJoYcLOnKYP2zjpxfE9PjBhyphenhyphenOCJxYSWn_XkSitBc_KMCdKVT9OxQx7PMV-ikSle14fid3zWXq6MDzgaqQLtk2SxVx-AdS2fG1y3zwOAHO5PE/s640/pw2.png" width="640" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;">Adegan rumah sakit: Perfect World <i>movie version</i> (2018)</span></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh9rh4dtti0pPs1YYj0iW02hDZiSyKK3gh91XYi1x2KLul13qF9-GRF0D6IbqMo-qb0lRsaap1HCsMMEt01Wrp7F3PAk0ruEZds3qkp-NnC_iB6J1ZNoe6mRKl5dgmrCZrAg14pFUwSvJc/s1600/pworld5.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" height="358" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh9rh4dtti0pPs1YYj0iW02hDZiSyKK3gh91XYi1x2KLul13qF9-GRF0D6IbqMo-qb0lRsaap1HCsMMEt01Wrp7F3PAk0ruEZds3qkp-NnC_iB6J1ZNoe6mRKl5dgmrCZrAg14pFUwSvJc/s640/pworld5.png" width="640" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;">Adegan rumah sakit: Perfect World <i>drama series version</i> (2018)</span></div>
<div>
<span style="font-size: x-small;"><br /></span></div>
<i><b>In summary: this drama is a good redemption attempt of its movie counterpart</b></i>. Walau bercerita tentang seseorang dengan keterbatasan fisik, Perfect World versi drama nggak berminat menjual menye-menye, dan sejauh empat episode yang sudah tayang sampai tulisan ini dibuat, saya rasa tim produksinya berhasil. <i><b>Love does apply to everyone. No matter how, what, and who you are</b></i>.<br />
<br />
<div style="text-align: right;">
<span style="background-color: white; color: #3b3b3b; font-family: mistral; font-size: 38px;">z. d. imama</span></div>
</div>
z. imamahttp://www.blogger.com/profile/16300911470774364068noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-5262709017274263039.post-20060342987373012172019-03-18T22:52:00.000+09:002019-03-25T11:58:47.709+09:00Sunday Out: MRT Jakarta Trial Run for Public and Other Things<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="700" data-original-width="1240" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhi6NGyaumLfVjtnmxAZ0PKYpP_EtOa3eRLLaNlyNwcNacnF5gJhfmUFrrXwFsPnY1PsL4OXZbwqYaObSzlcav0Fp7zNy-Z2HMhMNyo9OP-yI4dQYrQeamCTzrRqqQt-KyF6IoyFmc_nMc/s640/special+brew+just+for+you.png" width="640" /></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Akhir pekan lalu, saya memutuskan tidak menghabiskan waktu di kamar, berkutat dengan <i>download</i>-an film, drama, <i>reality show</i>, atau baca buku di atas tempat tidur sepanjang hari. Setelah lima hari kerja yang melelahkan, <i>mood </i>saya menuntut diri untuk berkeliaran di jalanan dan bertemu sinar matahari. Kebetulan, <i><b><a href="http://jakartamrt.co.id/ayocobamrtj">MRT (Mass Rapid Transit/Moda Raya Terpadu) Jakarta</a></b></i> sudah memasuki fase uji coba publik. <i>GOD, FINALLY! </i>Sebagai <i>self-proclaimed public transportation enthusiast</i> sekaligus orang yang dulu selalu frustrasi dengan kondisi trotoar jalanan yang tak henti-hentinya menyerupai area halang-rintang semasa pembangunan stasiun, tentu saja saya tidak mau melewatkan kesempatan menjajal moda transportasi umum terbaru ibukota negeri ini sebelum resmi beroperasi. Secara sewenang-wenang, saya menyeret sesosok teman yang namanya enggan dipublikasikan―bohong <i>ding</i>, orang itu adalah <b><a href="http://twitter.com/Aeronplane">mas Eron</a> </b>(yang sebelumnya telah berjasa besar dalam mengajak saya main ke <a href="https://adecembergirl.blogspot.com/2019/02/the-cat-cabin.html">kafe kucing</a> sekaligus memotretkan sejumlah foto)―untuk ikut naik MRT bareng-bareng. Bukannya tidak mau pergi sendirian, tetapi lebih karena butuh seseorang yang bisa dipercaya untuk membangunkan saya.<br />
<i><br /></i>
<i>I don't trust myself to give up sleeping on weekend mornings</i>.<br />
<i>Not at all.</i><br />
<br />
Supaya matahari belum terlalu terik, kami sengaja memilih jendela keberangkatan paling awal. Mulai pukul delapan hingga sepuluh pagi. Orang-orang masih asyik beraktivitas di CFD atau yaa belum bangun aja. <b>Pemberangkatan uji coba terbagi dalam beberapa kelompok, masing-masing berdurasi 120 menit: 08:00, 10:00, 12:00, 14:00, dan 16:00.</b> Sebelum masuk peron, petugas membagikan stiker partisipasi yang perlu ditempel ke baju sebagai tanda identifikasi kepada penumpang. Berhubung gerbang otomatis juga belum berfungsi, pengguna MRT bebas keluar-masuk stasiun, keliling-keliling, lalu masuk gerbong kereta lagi untuk pindah lokasi. <b>Rute fase pertama MRT Jakarta mencakup Lebak Bulus - Bundaran HI</b>, dan melewati sejumlah wilayah yang selama ini jarang saya jelajahi seperti Fatmawati. Yay! Mulai sekarang bakal bisa lebih sering kelayapan!<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="1051" data-original-width="1600" height="420" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjiDOy5wBIfD_DOfTGUuovM8PFvsdJ79q1A0yr-c6DtMvMu-sbR1BRFpffnyK4hdY4QqptP5eZsw393YprfrAsdoEi9M7Yrp0EupdAFDsBKg-DsiKD9r7OwYJE-_nnAIjJBtEE8bPtGlFs/s640/IMG_20190318_123037.jpg" width="640" /></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;"><b>Stasiun Blok M</b>, salah satu stasiun MRT yang nggak terletak di bawah tanah dan justru nangkring di atas.</span><br />
<span style="font-size: x-small;"><i><span style="text-align: justify;">(Original source for picture above (and opening banner): <b>Ridu</b>'s </span><a href="https://twitter.com/ridu/status/1106843337170927617" style="text-align: justify;">Twitter thread</a><span style="text-align: justify;">)</span></i></span></div>
<div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="1121" data-original-width="1600" height="448" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZQjoOb81cy2AcIHiwDPGNrzQciajN6zXcG-KwSGpEO0QY-s3IBPd7yNtyaAZ2JujHMiX3FgPV-vtqK-IAWWiUNiMgFC4XiCUjlOV_DBl6YCb_lI-vMnVgIGxlGFGObjb8UQ9Ayc7HnVI/s640/IMG_20190318_175506.jpg" width="640" /></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;">Warga negara yang tertib haruslah menunggu kereta di area semestinya.</span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Proses partisipasi <i>Trial Run for Public MRT Jakarta</i> mudah sekali. Cukup mendaftar ke situs <b><a href="http://ayocobamrtj.com/">Ayo Coba MRT Jakarta </a></b>yang terintegrasi dengan laman Bukalapak, isi data diri di kolom yang tertera, lalu tunjukkan <i>QR code</i> yang diterima ke petugas stasiun saat hari uji coba yang dipilih untuk pemindaian. Gitu doang! Mula-mula <i>trial run</i> hanya berlangsung tanggal <b>12-17 Maret 2019</b>, namun kemudian muncul pengumuman yang menyatakan periode tersebut bakal diperpanjang sepekan. Cek cuitan dari akun resmi <a href="https://twitter.com/mrtjakarta">MRT Jakarta</a> di bawah ini, deh.</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<blockquote class="twitter-tweet">
<div dir="ltr" lang="in">
Ayo berangkat atau pulang kerja naik MRT Jakarta karena uji coba publik tanggal 18-23 Maret 2019 diperpanjang, selain itu jam kunjungan dimulai pukul 07.00-17.00. Buruan daftar di <a href="https://t.co/Swy74osQkf">https://t.co/Swy74osQkf</a><a href="https://twitter.com/hashtag/MRTJakarta?src=hash&ref_src=twsrc%5Etfw">#MRTJakarta</a> <a href="https://twitter.com/hashtag/UbahJakarta?src=hash&ref_src=twsrc%5Etfw">#UbahJakarta</a> <a href="https://t.co/nsQ2B1WDs4">pic.twitter.com/nsQ2B1WDs4</a></div>
— MRTJakarta (@mrtjakarta) <a href="https://twitter.com/mrtjakarta/status/1107109874477887489?ref_src=twsrc%5Etfw">March 17, 2019</a></blockquote>
<script async="" charset="utf-8" src="https://platform.twitter.com/widgets.js"></script></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
Pekan uji coba publik banyak dimanfaatkan orang-orang berfoto-foto, <i>vlogging</i>, bahkan liputan acara televisi. Termasuk saya. Nggak apa-apa, kok. Boleh-boleh aja. <b>Asalkan tidak merusak fasilitas umum atau mengganggu dan menghalangi fungsi asli.</b> Jangan kayak... <i>(should I say it???) </i>warga masyarakat di sepanjang jembatan penyeberangan orang Gelora Bung Karno dan Bundaran Senayan, dong <i>(oh yess there I said it)</i>. Sejepret-dua jepret buat konten media sosial sih nggak masalah ya, tapi tolonglah <i>snap-and-go </i>gitu. Lah manusia-manusia kerasukan demit Instagram yang jumlahnya banyak banget ini justru NONGKRONG. Di sepanjang jembatan penyeberangan. Nggak jarang mereka bergerombol, memenuhi sisi tepi, bawa tripod yang diletakkan di tengah-tengah segala. Padahal saat itu jam-jam orang beraktivitas dan lalu-lalang di jembatan. SAMLEKOM SATPOL PP SAYA SUMBANG GAYUNG YHA ITU TOLONG DICIDUK.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Malah jadi curhat JPO baru, kan.<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEimy6ZM6DoqIjGSwQIvhRAajg5sUSZAudjOXr_oc3hKbyNbpjb-7W-macOp9OoIJyfBjySjWDiDkfpzRP0Hbx_wFr4VgqYO9tWkw1zp9EDRID2fKsXcPg6LKt1sxxDtvhjTypWQJ35SQLQ/s640/IMG_20190318_123208.jpg" /></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;">Stiker partisipasi uji coba versi baru. Periodenya sudah diperpanjang.</span></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<i>Anyway</i>. Kondisi stasiun-stasiun MRT sangat menyenangkan. Banyak garis-garis bantu, peta rute, jam, eskalator, elevator lansia dan difabel, papan pengumuman dengan <i>running text...</i> hampir lengkap. Cuma kurang pengadaan tempat sampah. Mungkin memang belum tersedia lantaran masih <i>trial run</i>, tapi berhubung sudah melibatkan publik <i>mbok ya</i> buruan dikasih. Daripada orang-orang buang sampah sembarangan loh. Bahkan saya kemarin sudah sempat beberapa kali memunguti bungkus permen yang dilempar orang lain ke lantai lantaran tidak tersedia kotak sampah. Ntar lama-lama nongol plastik es teh, kertas gorengan, kondom bekas, surat suara pemilihan presiden, entah apa lagi.</div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhcxYP9HcjZRGm8zZyPQ-ZqjhQkhVEDlNJzb-kr1MZNQax9jVxl_E_5m94s_xcWimqsT057eFYZywA6xD3fU4pfmzLid-ExffhX8UqyIZCDVng3Fme9l4CNeX8Fd-7pI_Qrm9gh0RKH3P4/s640/IMG_20190318_173932.jpg" /> </div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;">Papan penjelasan rute jalur MRT dan daftar perhentian.</span></div>
<br />
<div class="" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi5S1hBLweVFoVwiijaDoV3jrgGYzWBzF0xl8rvRM6mnM2kgZHgrEYM3lKxuUf86xNxiNWoWFYToNjoHUEhRmcJBOc13kXjoFtiGyBUQM3Srx3V9FrtKGimZVZusSeHnQi4XqZvDxeb7a4/s640/IMG_20190318_173202.jpg" width="640" /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;"><i>Last (and first) stop:</i> <b>Stasiun Lebak Bulus.</b></span></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Oke. Saya punya pertanyaan akbar. <b><i>Is "Terminated at this station" valid??</i></b> <i>Is that legit?</i> Terus terang, saya bukan orang yang sudah pernah melanglang buana ke berbagai negara di seluruh belahan dunia, namun sejauh pengetahuan saya yang terbatas ini, <i><b>"This is the end of the line"</b></i> atau <i><b>"Last station"</b></i> adalah terminologi paling familier. <i><b>"Terminated at this station" sounds as awkward as long-distance train announcement that says "We will get you off" every single time it makes a stop somewhere.</b></i> <i>Please, please, please. Enlighten me.</i> Barangkali saya aja yang rada bego dan kurang berwawasan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Penampakan dalam gerbong MRT bisa dibilang sama seperti <i>Commuter Line</i> Jabodetabek. Bedanya, bangku-bangku yang berjajar di kedua sisi terbuat dari plastik. Barangkali agar lebih praktis dan mudah dibersihkan jika kotor seiring penggunaan. Saya sangat menyukai momen habis-gelap-terbitlah-terang saat MRT melesat keluar dari lorong bawah tanah setelah stasiun Sisingamangaraga (ASEAN) menuju stasiun Blok M. Asli kece bener.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i style="font-weight: bold;">I truly wish that everyone will use MRT more.</i> <i>Even after the trial period is long over</i>. <i>This is another nice step towards development. Make use of mass transportation like train and bus instead of personal vehicles. Walk more. Keep the environment clean. Preserve and take care public facilities together</i>. <i>I wholeheartedly want us all to pull this off.</i></div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiEzc9LITZW-iDEAOphr9VeU1yboIi6L0nFu01WCJdJzEXLbnBk5kY39ZalWgpM5-nSU7kd5IeTLK85TSGXDUMUItvZcxoDMvh8JnV8Yqdo7VFubqTUIywMrIEPdNB1cLDzUuJDNttnXcM/s640/IMG_20190318_173414.jpg" /></div>
<div style="text-align: center;">
<i><span style="font-size: x-small;">Mandatory "looking out of the window" pose.</span></i><br />
<br />
<img border="0" data-original-height="1038" data-original-width="1600" height="414" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiMDMmJS_a_7DflzX8wQDcb61zyK598ftPmtZCJo04_m7hEGbEW2r6E2h4lUhdSGLAo-5wimriVg4CKh-Dc6DYu6GEdwJLatXxLJh2yHczmNeobMlHvk_huXFUDRN6hTaKRrdbPmkHUt20/s640/IMG_20190318_173824.jpg" width="640" /></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;">Meski suasana gerbong sepi, tetap duduk di posisi favorit: pojokan</span>.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEikQVpGBU8PcP8rZrqngJkx9tyEPulH4qmkkrIiv8uVd-sng5Gch5bu7ddX3RBdtVr9fXaLcixDfySpdSnQjFOYOdUWgWrcWaR7m03ef6utg3K0ZaNn1OmXxGAhLowKFJ7oV3rxadBT2ic/s1600/IMG_20190318_185154.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1118" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEikQVpGBU8PcP8rZrqngJkx9tyEPulH4qmkkrIiv8uVd-sng5Gch5bu7ddX3RBdtVr9fXaLcixDfySpdSnQjFOYOdUWgWrcWaR7m03ef6utg3K0ZaNn1OmXxGAhLowKFJ7oV3rxadBT2ic/s640/IMG_20190318_185154.jpg" width="446" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<b><span style="font-size: x-small;">CAPTAIN M... RT. </span></b><i><span style="font-size: x-small;">No no no stay where you are, I'll show myself out.</span></i></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Setelah dua jam berlalu dan puas naik-turun kereta di berbagai stasiun, petualangan menjajal MRT diakhiri di Stasiun Istora Mandiri, Senayan, lantaran akan meneruskan petualangan ke <b>Festival Jajanan Bango 2019</b> yang digelar <b>16-17 Maret 2019</b> lalu di <b>Lapangan Parkir Squash Stadium, Gelora Bung Karno</b>. RAME BANGET SUMPAH. Pesta rakyat <i>through and through</i>. Sistem masuk area festival sudah terbagi dua, yakni registrasi di lokasi dan <i>online</i>. Barangkali karena acara ini terbilang sudah cukup veteran, tidak ada hambatan berarti yang terjadi biarpun suasananya benar-benar lautan manusia. Setiap pengunjung dapat gelang kertas yang bisa dipakai keluar-masuk area selama dua hari (asalkan nggak sobek atau hilang) dan kartu pengumpul stempel. Setiap transaksi pembelian di kios FJB dapat satu stempel―idealnya, biarpun kadang-kadang ada yang berbaik hati ngasih bonus―yang mana bisa ditukarkan dengan <i>merchandise </i>khusus setelah mencapai jumlah tertentu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="1299" data-original-width="1600" height="518" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQMmSZos0UJI_9l_mgkxDGBXDxmO98XRUTLUogUlwbgpjkiXpFiCcHDNNT6xBitQeMLB4nnxifgFtkTXgS3fGWtzIhUHuPr5nI8WkIL0WnzqL_xA35-5EO5YyxzCJ47DDu9kynKbxdfGQ/s640/IMG_20190318_174708.jpg" width="640" /></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;">Memotret langit lantaran daratan dipadati oleh umat.</span></div>
<br />
<i>Merchandise </i>khusus tersebut berupa... KECAP.<br />
<i>Believe me, that is real. I speak truth only</i>.<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Festival Jajanan Bango memang diperuntukkan bagi mereka yang ingin berburu aneka kuliner dalam negeri tanpa perlu jalan-jalan jauh. Makanan khas Semarang sampai Sulawesi ada semua di sana. Saking tingginya animo masyarakat, rasa-rasanya tengsin sendiri kalau nggak mengunyah dan hanya sekadar duduk-duduk santai, sementara hampir semua orang yang lewat di hadapan mata sibuk celingukan mencari kursi kosong dengan piring di tangan. Alhasil begitu perut kenyang, saya memutuskan bersantai di area Go-Food Festival saja. Sekaligus nyari kucing-kucing liar.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhCQ6thWn0jxhSUXUa5sBoGn8yTpXDNmA5eNlsuxYVaUPewsuHwZ2aDh9b7KVIyoSBCOajClcO5a_nHHvdhn92psSeJYpNeS985JWiUjU1LapQG-BnMFL9Ls_fT9pMDJfB1wHUfOhBSRFs/s640/IMG_20190318_185100.jpg" width="640" /></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;">Tampang makhluk yang sudah kenyang.</span></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Terima kasih banyak <b><a href="http://twitter.com/Aeronplane">mas Eron</a></b>, atas kesediaan dan kepasrahan hati untuk saya seret menemani berkeliaran sepanjang hari. Berpanas-panasan. Berdesak-desakan. Berjamaah kekenyangan. Terima kasih juga atas dokumentasi dan foto-foto yang―secara ajaib―saya tidak tampak seperti dugong terdampar. Selain itu, ini kali pertama saya tahu bahwa ternyata ada orang yang bilang bacang Ny. Lena "nggak enak". Tetapi buat apa marah-marah disebabkan perbedaan selera lidah? Lebih baik saya ambil dan makan bacangnya sampai habis. Damai dan anti-mubazir. Mantep, kan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: right;">
<span style="background-color: white; color: #3b3b3b; font-family: "mistral"; font-size: 38px;">z. d. imama</span></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
*P.S.: <i>BY THE WAY</i> <i>GUYS, GUYS,</i> GO-FOOD FESTIVAL GELORA BUNG KARNO SEKARANG SEPI BANGETTT. UDAH LEBIH DARI SETENGAH KIOSNYA KOSONG YAMPUN NGELIATNYA AJA <i>AUTO</i>-BAPER.</div>
</div>
z. imamahttp://www.blogger.com/profile/16300911470774364068noreply@blogger.com6